1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan, baik untuk pembenihan, pembesaran di kolam pekarangan, air deras, maupun sistem keramba jaring apung. Ikan mas disukai para petani karena budidayanya yang mudah, cepat mengalami pertumbuhan, dan dagingnya enak untuk dikonsumsi, sehingga mudah pemasarannya dan secara teknis juga mempunyai beberapa keunggulan sebagai ikan yang dibudidayakan. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Negara Cina. di Indonesia, ikan mas diintroduksikan sejak 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, dan Jepang. Ikan mas majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia (Pudjiatmoko, 2008). Pada tahun 2010, produksi ikan mas mencapai 374.112 ton yang melampaui target awal (Kementerian Kelautan dan Perikanan ke-3, 2011). Produksi ikan mas tahun 2011 mencapai 380.000 ton, padahal proyeksi awal sebenarnya hanya 280.400 ton. Walaupun permintaan ikan mas di tingkat pasaran lokal selalu mengalami pasang surut, tetapi dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Secara umum penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak ada masalah, bahkan prospeknya cukup baik. Oleh karena itu, sektor perikanan, khususnya budidaya ikan mas merupakan salah satu 1
2 peluang usaha bisnis yang berpotensi. Selain sumber penyedia protein hewani, ikan mas juga berpotensi sebagai ikan hias. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan mas adalah pakan. Selama ini para petani lebih banyak menggunakan pakan berupa pelet buatan pabrik sebagai makanan ikan mas. Namun, biaya pakan pelet mencapai 60-70% dari keseluruhan biaya produksi dalam budidaya ikan (Nasution, 2006). Padahal harga pakan ikan (pelet) cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan bahan baku pelet seperti tepung ikan masih mengandalkan dari impor, ditambah lagi dengan ongkos produksi dan pemasaran menyebabkan harga pelet ikan semakin mahal. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mencari bahan baku lokal yang bernilai ekonomis atau harganya murah tetapi masih mengandung komposisi gizi yang baik untuk pakan ikan, salah satunya adalah ampas tahu. Walaupun ampas tahu telah dikenal dimanfaatkan untuk pakan ikan, tetapi perlu dioptimalisasikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan. Ampas tahu merupakan hasil dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Ditinjau dari komposisi kimianya, Berat kering ampas tahu mengandung 23,6 24% protein dan 12% serat kasar (Shurtleff & Aoyagi, 1979 dalam Witjaksono, 2005). Selain protein dan serat kasar, ampas tahu juga masih mengandung lemak 5,9%, karbohidrat 67,5%, kalsium 19% dan fosfor 29% (Suprapti, 2005).
3 Ampas tahu memiliki kelemahan sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk dicerna itik dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya menjadi lebih pendek. Ampas tahu tidak tahan lama untuk disimpan, cepat asam, dan busuk karena aktivitas mikroba - mikroba perusak seperti bakteri, kapang, dan ragi. Sifat ampas tahu yang tidak tahan lama disimpan mengakibatkan penggunaan ampas tahu tidak bisa lebih dari sehari atau langsung diberikan pada ikan. Penggunaan ampas tahu akan lebih efisien jika dilakukan dengan cara pengawetan. Pengawetan yang biasa dilakukan adalah dengan cara pengeringan. Pengeringan mengakibatkan berkurangnya asam lemak bebas dan ketengikan ampas tahu serta dapat memperpanjang umur simpan (Andy, 2006). Hasil penelitian suplementasi asam amino pada pelet yang mengandung silase ampas tahu 30% pada ikan nila, mempunyai bobot rata-rata individu yang lebih tinggi dari pada ikan nila yang diberi silase ampas tahu 30% tanpa penambahan asam amino dan silase ampas tahu 50% tanpa penambahan asam amino (Haetami et al,. 2006). Penelitian pertumbuhan ikan nila gift yang diberi pakan tepung teri, dedak halus, ampas tahu, dan premiks menunjukkan pertambahan berat yang paling cepat yaitu 63,12 g atau 0,903 g/harinya dibandingkan dengan pemberian pakan berupa tepung ikan, ampas tahu, dan premiks serta pemberian pakan sebagai kontrol yaitu pakan komersial dari pabrik (Haryono et al., 2001). Penelitian pemanfaatan ampas tahu yang difermentasi pada pakan ikan mas didapatkan hasil
4 perubahan pertumbuhan ikan mas yaitu bobot tiap individu mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan (Lestari, 2001). Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak ada persaingan dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Dedak banyak digunakan sebagai sumber protein nabati dalam pembuatan pakan ternak (Mappiratu et al., 2009). Kandungan nutrisi dedak: Bahan kering : 91,0 %, Protein kasar : 13,5 %, Lemak kasar : 0,6 %, Serat kasar : 13.0 %, Energi metabolis : 1890,0 kal/kg, Kalsium : 0,1 %, Total Fosfor : 1,7 %, Asam Pantotenat : 22,0 mg/kg, Riboflavin : 3,0 mg/kg, dan Tiamin : 22,8 mg/kg. (Mappiratu et al., 2009). Ikan teri mudah didapat di seluruh perairan Indonesia. kecuali daerah Kutub, mulai dari Samudera Atlantik, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ikan ini lebih senang berada di perairan yang beriklim sedang. Pada umumnya, ikan teri dapat beradaptasi dengan berbagai suhu dan salinitas. Ikan teri memiliki badan silindris, bagian perut membulat, kepala pendek, moncong nampak jelas dan runcing, anak sirip sedikit di belakang dan warna tubuh seperti perak mengkilat. Ikan teri merupakan salah satu sumber kalsium terbaik untuk mencegah pengeroposan tulang. Ikan teri merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Kandungan gizi teri segar meliputi energi 77 kkal, protein l6g, lemak 1.0 g, kalsium 500 mg, fosfor 500 mg, besi 1.0 mg, Vit A RE 47, dan Vit B 0.1 mg.
5 Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka akan diteliti penggunaan pelet kombinasi ampas tahu, dedak halus, dan rucah ikan teri terhadap pertumbuhan ikan mas. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengaruh penggunaan pelet kombinasi ampas tahu, dedak halus, dan rucah ikan teri terhadap pertumbuhan ikan mas. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengkaji penggunaan pelet kombinasi ampas tahu, dedak halus, dan rucah ikan teri terhadap pertumbuhan ikan mas. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan pelet kombinasi ampas tahu, dedak halus, dan rucah ikan teri sebagai pembuatan pakan pelet pada ikan mas. Selain itu, diharapkan dapat membantu petani dengan memberi alternatif pakan pelet yang murah sehingga dapat mengurangi biaya produksi. 1.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan pelet kombinasi ampas tahu, dedak halus, dan rucah ikan teri berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan mas.