BAB I PENDAHULUAN. nafsu. 2 Rumusan pendidikan Islam merupakan wacana yang telah lama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Aku (Allah ) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)

MODEL PENELITIAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT, terampil cerdas memiliki etos kerja yang tinggi, budi

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar. pembelajaran.

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. menyadarkan manusia akan potensi-potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

UNIVERSITI KEBANGSAAN MALAYSIA FAKULTI PENGAJIAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik. 1. Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamiin merupakan konsekuensi logis

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 85.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang dan juga mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

HUBUNGAN PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA KELAS XI DI SMA N 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB II LANDASAN TEORI. diantaranya sebagaimana berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

Transkripsi:

nafsu. 2 Rumusan pendidikan Islam merupakan wacana yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya. 1 Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan dan keburukan. Alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani, akal, ruh, dan sir. Sedangkan alat yang dapat digunakan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu syahwat yang berpusat di perut dan hawa nafsu amarah yang berpusat di dada. Dalam konteks ini, pendidikan harus berupaya mengarahkan manusia agar memiliki keterampilan untuk dapat mempergunakan alat yang dapat membawa kepada kebaikan, yaitu akal, dan menjauhkannya dari mempergunakan alat yang dapat membawa kepada keburukan, yaitu hawa dikembangkan dalam dunia Islam dari zaman dulu hingga saat ini. Baik oleh para ulama fiqih, ulama tafsir, dan tokoh Islam lainnya yang berusaha mengembangkan konsep pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka konsep pendidikan Islam yang dahulu terus dikembangkan untuk menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi saat ini. Untuk itu, perlu terlebih dahulu kita melihat ke belakang 129 1 Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 98 2 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 1

2 mengenai bagaimana konsep-konsep pendidikan yang telah ditulis tokohtokoh tersebut untuk dikembangkan konsep pendidikan baru yang dapat menjawab permasalahan yang terjadi saat ini dan akan datang. Pendidikan menurut pandangan Islam merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban itu baru bisa dituntut kalau ada aturan dan pedoman pelaksanaannya. Oleh karenanya, Islam tentunya memberikan garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsepkonsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek kependidikan. 3 Dengan pendidikan, manusia bisa mempertahankan kekhalifahannya sebagaimana pendidikan adalah hal pokok yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Dan pendidikan yang diberikan atau dipelajari harus dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai mediasi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Hal ini dalam agama sangatlah diperhatikan, akan tetapi dalam pelaksanaan pendidikan yang dilakukan manusia terkadang melenceng dari esensi ajaran agama itu sendiri. Hal inilah yang harus menjadi perhatian dasar pendidikan Islam. Secara sederhana, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Sebagaimana tugas dari pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik yang optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. 4 Maka untuk mencapai titik yang optimal, pendidikan Islam membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan tersebut. Bagaimanapun 3 Zuhairini, et.al. Op. Cit., hlm. 148 4 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hlm. 32-33

3 baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam menerapkan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas pendidikan Islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang sangat penting, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. 5 Dengan demikian, metode bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuannya, tetapi juga sangat menentukan berjalan tidaknya suatu pendidikan. Begitulah pentingnya sebuah metode. Salah satu tokoh Islam yang telah mengembangkan konsep pendidikan di abad ke 20 adalah Muhammad Quthub, beliau adalah ulama terkemuka yang lahir di Mesir dan wafat di Makkah. Beliau berkata: Saya merasa bahwa di dalam al-qur an tampaknya terdapat banyak sekali tuntunan-tuntunan mengenai pendidikan, bahwa tuntunan-tuntunan itu mempunyai pengaruh tertentu di dalam jiwa, dan seseorang bila sudah merasakan dan menghayatinya, pasti akan mempunyai cara tertentu dalam bertingkah laku, berpikir, dan merasa. Ia akan lebih dekat kepada kebenaran dan ketaqwaan serta akan menjadi seorang yang lebih peka dan lebih berperikemanusiaan. 6 Muhammad Quthub sebagai salah seorang pemikir muslim yang hidup di dua negara: yaitu Mesir dan Arab Saudi, serta terlibat dalam berbagai organisasi, baik organisasi kemasyarakatan (sosial) maupun organisasi keilmuan (Akademik). Dalam membangun teori pendidikannya beliau berlandaskan pada sumber utama ajaran Islam, di samping itu beliau memanfaatkan teori-teori atau produk-produk pemikiran Barat modern terutama sekali dalam bidang psikologi, filsafat, dan pendidikan. Dalam hal 5 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur an, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 197 6 Muhammad Quthub, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, Alma'arif, Bandung, 1993, hlm. 11

4 ini, beliau mengambil teori-teori Barat itu secara selektif, artinya tidak menerima apa adanya yang datang dari Barat, akan tetapi beliau mengadakan analisis, sintesis, dan komparatif. 7 Muhammad Quthub yang hidup pada abad ke-20 dan 21 ini, tentu saja pemikirannya dipengaruhi oleh teori-teori, baik dalam bidang Psikologi maupun Pendidikan dari para pemikir Barat modern, karena bagaimanapun juga pada saat ini Barat sangat unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan dunia Islam. Keunggulan Barat tersebut jangan membuat umat Islam alergi, sehingga kita mengambil jarak atau memandang dengan sebelah mata terhadap apa yang telah dihasilkan Barat. Karena kemajuan Barat tidak terlepas dari kontribusi pemikiran pemikir-pemikir muslim pada abad pertengahan, sehingga perlu mengambil nilai-nilai yang baik dari Barat. Muhammad Quthub dalam mengambil ide-ide atau teori-teori maupun pemikiran-pemikiran para pemikir Barat tersebut, tidak sekedar menerima apa adanya, tetapi dibarengi dengan sikap kritis, mengadakan perbandingan, dan bahkan menolak teori yang dipinjamnya, karena tidak sesuai dengan khasanah intelektual Muslim. Apabila ada yang sesuai dengan khasanah intelektual Muslim, beliau mengambilnya, sebagaimana ungkapan beliau: Umat Islam di masa kini dapat mengambil manfaat dari tuntunan yang terbentang dari Rasulullah, merenungkan dan membuka pandangan untuk beramal (jangan hanya bertawakkal) tetapi berusaha sekuat mungkin dalam mencapai aneka ragam ilmu dan sains modern, berusaha di medan perekonomian, lapangan industri, politik, sastra, pendidikan/ kebudayaan dan lain sebagainya. 8 Salah satu hasil karya beliau dalam hal pendidikan adalah kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah. Menurut Syaikh Muhammad Quthub, pendidikan Islam pada hakikatnya adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya, serta segala aktivitasnya; baik berupa aktivitas pribadi maupun hubungannya dengan 7 Saifullah, Muhammad Quthb Dan Sistem Pendidikan Non Dikotomik, Suluh Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 13-14 8 Muhammad Quthub, Percikan Sinar Rasulullah, Terj. Khudri Thaib, Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1985, hlm. 31

5 masyarakat dan lingkungannya, yang didasarkan pada nilai-nilai moral Islam. 9 Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan individu (anak didik) berdasarkan nilai-nilai moral Islam. Islam memandang manusia secara keseluruhan, dari apa yang terdapat dalam dirinya, potensi yang telah Allah berikan padanya, sehingga tidak ada sedikitpun yang diabaikan. Bahkan jika orang melihat konsep pendidikan Islam, maka dia akan kagum melihat kecermatan luar biasa yang dilakukan Islam yang terdapat dalam diri manusia. Kecermatannya dalam menggarap setiap unsur dengan tepat, bagaikan disiapkan begitu rupa sehingga sempurna dan tidak ada bandingannya. Serta seluruh pendekatannya sangat cermat dalam menggarap setiap bagian sekaligus, dan hal tersebut tak lain tentu bersumber dari Dzat Yang Maha Pencipta, Pengatur Yang Maha Besar. Konsep pendidikan yang berasal dari selain Islam terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang ingin membawa manusia kepada Sang Penciptanya tetapi untuk itu manusia harus meninggalkan dunia beserta segala isinya bahkan memusuhi dunia ini, dan golongan kedua adalah golongan yang membawa manusia ke dalam dunia lalu menikmati segalanya, bekerja matimatian untuk memperoleh dan membangun dunia ini tetapi meninggalkan Allah. Hanya Islam sendiri yang mengantarkan manusia kepada Allah dengan memperbaiki keadaannya dan menata hidupnya di dunia ini. Dengan demikian manusia itu berada di bumi dengan tubuhnya akan tetapi rohnya tertuju kepada langit. 10 Selain itu, Muhammad Quthub juga menyatakan bahwa manusia terdiri atas tiga unsur yang integral, yaitu: jasmani, rohani, dan akal. Selanjutnya ia menyatakan bahwa roh, akal, dan tubuh ketiga-tiganya membentuk satu wujud yang utuh yang disebut manusia, semuanya berinteraksi secara utuh dari kenyataan. 11 Hal tersebut menjadikan kekhususan hlm. 18 9 Muhammad Quthub, Manhajut Tarbiyatil Islamiyah, Jilid I, Darus Syuruq, Kairo, 1993, 10 Ibid., hlm. 16-17 11 Ibid., hlm. 24

6 tersendiri bagi konsep metode pendidikan Islam, yang terdiri dari pendidikan rohani, pendidikan intelektual, dan pendidikan jasmani. Adapun konsep metode pendidikan Islam yang paling utama adalah sistem ibadah. Ibadah tidaklah terbatas hanya pada amal ibadah yang sudah dikenal seperti sholat, puasa, dan zakat. Akan tetapi, lebih luas pengertiannya daripada itu. Yaitu tentang pengabdian yang hanya tertuju kepada Allah, mengambil petunjuk hanya dari-nya saja tentang urusan dunia maupun akhirat, dan berhubungan secara terus-menerus dengan Allah tentang semua hal tersebut. 12 Berangkat dari konsep tentang hakikat manusia tersebut, tujuan pendidikan dirumuskan. Muhammad Quthub, ketika berbicara tentang tujuan pendidikan, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting daripada sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak berubah, sedangkan tujuan pendidikan yang khusus dapat berubah sesuai dengan kondisi tertentu. Namun bagian yang mendasar dalam tujuan pendidikan yang khusus tidak pernah berubah. 13 Seperti memperkenalkan akidah Islam, dasar-dasarnya, asal-usul, dan lain sebagainya. Muhammad Quthub, dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, hanya berbicara tentang tujuan akhir (umum), yakni untuk membentuk manusia yang baik dan beribadah kepada Allah SWT (shaleh). Islam dalam membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia dalam kebimbangan dan terus-menerus berjalan di dalam kegelapan, dimana masingmasing membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi Islam menetapkan ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggariskan metode yang dapat mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu. 14 Adapun metode-metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah yaitu: pendidikan melalui teladan, pendidikan melalui 12 Ibid., hlm. 34 13 Ibid., hlm. 11 14 Ibid., hlm. 14

7 nasehat, pendidikan melalui hukuman, pendidikan melalui cerita, pendidikan melalui kebiasaan, menyalurkan kekuatan, mengisi kekosongan, dan pendidikan melalui peristiwa. Dengan adanya metode-metode tersebut, maka tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat tercapai, yaitu terciptanya masyarakat Islam yang mengokohkan ajaran-ajaran Islam, yang terbentuk berdasarkan ajaran Islam, dan menjadi pembawa ajaran Islam. Masyarakat Islam merupakan masyarakat yang didirikan atas dasar iman kepada Allah dan berasal dari sistem pendidikan Allah. Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka penulis sangat tertarik dan berminat untuk mengadakan studi secara mendalam yang akan disajikan dalam skripsi dengan judul Metode Pendidikan Islam dalam Kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah Karya Syaikh Muhammad Quthub. B. Fokus Penelitian Penelitian ini adalah tentang metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub, yang secara rinci difokuskan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub. 2. Relevansi konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub dengan konsep pendidikan Islam dewasa ini. C. Rumusan Masalah Fungsi dari rumusan masalah adalah untuk membatasi masalah penelitian yang telah ditetapkan. Rumusan masalah ini pada umumnya ditulis atau dinyatakan dalam kalimat pertanyaan untuk menambah ketajaman perumusan. 15 2009, hlm. 162 15 Abu Achmadi dan Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,

8 Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang menjadi bahan kajian penulis, yaitu: 1. Bagaimana konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub? 2. Bagaimana relevansi konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub dengan konsep pendidikan Islam dewasa ini? D. Tujuan Penelitian Dengan formulasi rumusan masalah di atas, maka hal-hal mendasar yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran Syaikh Muhammad Quthub tentang metode pendidikan Islam. Adapun secara khusus, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pemikiran Syaikh Muhammad Quthub tentang konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah. 2. Mencari relevansi konsep metode pendidikan Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh Muhammad Quthub dengan konsep pendidikan Islam dewasa ini. E. Manfaat Penelitian Dari hasil eksplorasi beberapa literatur dan referensi yang berkaitan dengan penelitian ini, serta berbekal intelektual yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan kontribusi pemikiran pendidikan Islam sehingga diharapkan tercipta masyarakat Islam yang mengokohkan ajaran-ajaran Islam, yang terbentuk berdasarkan ajaran Islam, dan menjadi pembawa ajaran Islam. 2. Menampilkan cakrawala baru pendidikan Islam yang mencoba memberikan penyadaran akan pentingnya pemikiran-pemikiran positif dari konsep yang diajukan Syaikh Muhammad Quthub untuk diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan Islam.

9 3. Memperkaya khasanah keilmuan, pengetahuan, dan pemahaman tentang pendidikan Islam bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. 4. Menjadi bekal bagi para calon guru agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan dengan baik dan benar. 5. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus.