JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Penerapan Tema Adaptasi Dalam Rancangan Konservasi Stasiun Semut Surabaya Indra Kusuma Listiyawan, dan Andy Mappajaya, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. AriefRahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: indroew@gmail.com Abstract---Tujuan utama dari konservasi Stasiun Semut adalah berusaha menghidupkan kembali kawasan Stasiun ini sebagai salah satu landmark kota Surabaya. Keberadaannya sebagai Stasiun pertama kota Surabaya menjadikan bangunan Stasiun ini memiliki nilai sejarah sehingga dapat mendukung tujuan tersebut. Tampilan yang ingin disajikan adalah sebuah wajah yang menunjukkan bahwa Surabaya dapat menghargai sejarah yang mengiringi perkembangannya, namun juga tidak menutup diri dengan pengembangan kawasan tersebut. Konsep inilah yang kemudian diterapkan pada rancangan tugas akhir ini. - Untuk dapat menghasilkan usulan desain yang baik, perlu pemahaman yang dalam mengenai permasalahan utama yang muncul di kawasan stasiun Semut saat ini. Isu sirkulasi masih menjadi permasalahan utama bagi sebagian besar stasiun di Indonesia termasuk kawasan Stasiun Semut. Perlu perhatian khusus dalam menyelesaikan permasalahan ini sehingga desain yang penulis usulkan, selain dapat menjadi ikon kota Surabaya, juga dapat menjadi solusi yang baik bagi stasiun ini dalam menyelesaikan isu pokoknya. Gambar 1 lokasi lahan dan batas-batasnya kata kunci-konservasi, stasiun, adaptasi I. PENDAHULUAN Bangunan Stasiun Semut merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di kota Surabaya. Melihat nilai yang terdapat pada bangunan ini sangat disayangkan apabila kondisi yang ada sekarang cukup memprihatinkan. Selain tidak berfungsi baik sebagai stasiun maupun fasilitas publik lain, bangunan Stasiun Semut ini juga telah mengalami pengerusakan pada tahun 2003 yang menyebabkan kondisi bangunan semakin buruk. Untuk itu diperlukan adanya konservasi pada bangunan Stasiun Semut ini dengan mengembalikan bentuk bangunan ke bentuk aslinya, dan menambah beberapa fasilitas yang dapat menunjang aktifitas di Stasiun Semut ini. fasilitas yang ditambahkan meliputi stasiun komuter yang melayani lingkup dalam kota, halte sebagai fasilitas untuk berpindah moda transportasi, dan beberapa area parkir. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas diharapkan dapat lebih memudahkan pengunjung dalam melakukan aktifitas di kawasan ini, mengingat lokasi bangunan Stasiun Semut yang terletak tepat di depan mall Pasar Atum, dan kawasan perdagangan lain diharapkan dengan menghidupkan kembali kawasan Stasiun Semut juga lebih menghidupkan berbagai kegiatan yang ada di Gambar 2 Rencana Pengembangan Kereta Perkotaan oleh Satuan Kerja PT KAI Jawa Timur. Gambar 3 Rencana penataan massa pada site
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 2 sekitarnya. Penambahan fasilitas seperti stasiun komuter juga sudah termasuk ke dalam rencana pengembangan kereta api perkotaan yang sudah direncanakan oleh Satuan Kerja PT KAI Jawa Timur. Eksplorasi dan Proses Rancang Penggunaan tema Adaptasi ini mengacu pada 2 hal, yaitu adaptasi bentukan, dan adaptasi fungsi. Salah satu tujuan dari pembuatan tugas akhir Konservasi Stasiun Semut ini adalah untuk menghidupkan atau memfungsikan kembali kawasan ini dari yang sebelumnya terbengkalai. Secara fungsi bangunan Stasiun Semut lama tidak dapat digunakan kembali sebagai fasilitas stasiun kereta api karena telah dibangun Stasiun Surabaya Kota yang terletak di ujung barat, sehingga fungsi sebagai stasiun sudah dapat digantikan. Untuk itu diperlukan adaptasi fungsi agar dapat sesuai dengan kebutuhan pada masa sekarang. Dengan nilai sejarah yang ada pada bangunan ini makan fungsi yang paling tepat menurut saya untuk diaplikasikan pada bangunan ini adalah fungsi edukasi. Tidak hanya pemerintah kota dan pengembang yang dulu ingin menghancurkan stasiun ini, namun anak-anak sekolah, praktisi pendidikan, dan mahasiswa pun juga perlu mengenal Stasiun Semut sebagai bagian penting dari sejarah perkembangan kota Surabaya pada masa penjajahan Belanda. Fungsi lain yang ditambahkan adalah penambanhan fasiulitas di sekitar bangunan Stasiun Semut lama, yaitu Stasiun Semut Komuter tang terletak di sebelah barat daya dari stasiun lama, serta beberapa area parkir agar pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat memarkir kendaraannya, setelah itu baru menggunakan kereta api komuter untuk berkeliling kota Surabay, sehingga dapat mengurangi volume kendaraan di jalan. Selain itu juga terdapat halte yang digunakan apabila penumpang hendak berpindah moda transportasi dari kereta api ke bemo atau taksi, dan sebaliknya. -Sedangkan untuk adaptasi bentuk pada bangunan lama tidak dilakukaan perubahan, hanya ada beberapa penambahan yang tidak merubah bentuk asli dari bangunan Stasioun Semut itu sendiri. Warna yang digunakan pun juga dikembalikan ke warna asli yaitu krem. Sedangkan pada bangunan Stasiun Semut Komuter mengadaptasi pola-pola yang muncul dari Stasiun Semut lama seperli adanya lengkingan, penggunaan atap pelana, terdapat kolom yang berjajar serta adanya lubang pada atap peron yang berfungsi sebagai saluran pembuangan udara panas. Penggunaan bentukan-bentukan yang mengadaptasi pola Stasiun Semut lama bertujuan agar pengunjung masih dapat merasakan Stasiun Semut lama pada stasiun komuter, sehingga tidak serta merta lepas antara bangunan lama engan bangunan baru. Karakteristik tema adaptasi. Gambar 4 Bentuk bangunan Stasiun Semut lama Gambar 5 Bentuk bangunan Stasiun komuter baru Gambar 6 Bentuk bangunan Stasiun Semut lama Gambar 7 Bentuk bangunan Stasiun komuter baru 1. Menampilkan karakteristik kawasan, atau daerah dimana bangunan itu berdiri
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 3 2. Fungsi bangunan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan 3. Langgam bangunan yang dipakai harus mampu selaras dengan langgam bangunan yang ada di sekitarnya. II. HASIL PERANCANGAN A. AspekGubahan Massa danruangluar Konsep gubahan massa pada kawasan Konservas Stasiun Semut ini mengacu pada gubahan bentuk bangunan Stasiun Semut yang diambil beberapa pola dan nilainya dan diaplikasikan ke ke dalam bentuk bangunan baru yang ada di sekitarnya, yang mana bentuk yang dihasilkan adalah suatu bentukan yang memiliki karakter yang berbeda dengan bangunan Stasiun Semut asli, namun masih dapat dirasakan suasana banguna lama. Pada bangunan penunjang yaitu Stasiun Komuter terdapat permainan kolom yang disejajarkan, selain itu juga terdapat variasi bentuk massa bangunan yang menyerupai pola yang muncul pada bangunan lama. Pemberian ruang luar publik ditujukan sebagai area transisidari kawasan bangunan lama ke area pengembangan yang dihubungkan dengan jembatan. Selain itu juga terdapat ruang luar yang berfungsi sebagai area parkir dan area perpindahan moda transportasi. B. AspekPencapaian Terdapat 2 main entrance yang sengaja dibedakan untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan aktifitasnya. Main entrance utara berada di sepanjang jalan Stasiun Kota mulai dari di depan bangunan Stasiun Semut lama untuk pejalan kaki, halte yang agak ke timur untuk pengguna kendaraan umum, dan dari area parkir untuk yang menggunakan mobil pribadi Main entrance selatan digunakan untuk pengunjung yang hendak langsung melakukan perjalanan menggunakan kereta komuter. Untuk dapat keluar dari site pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung menuju ke area parkir yang terdapat di sisi selatan maupun utara. Sedangkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum seperti taksi atau bemo dapat menunggu di halte yang telah disediakan. Bagi pengunjung yang hendak melanjutkan perjalannya menggunakan kereta api komuter dapat langsung naik begitu kereta datang. Karena kawasan Stasiun Semut ini terletak di antara area perdagangan dan sarana transportasi, sehingga bisa jadi pengunjung tidak langsung pulang ketika keluar dari site, malainkan berbelanja dulu di Mall Pasar Atum, atau meneruskan perjalan yang lebih jauh menggunakan kereta api dengan rute antar kota disediakan jalur pejalan kaki untuk menuju Stasiun Surabaya Kota. Gambar 8 Interior hall lantai 2 Stasiun komuter Gambar 9 Interior ruang kepala Stasiun komuter Gambar 9 Interior hall lantai 1 Stasiun komuter Gambar 10 Interior ruang tunggu lantai 2 Stasiun komuter
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 4 C. AspekBentuk Bentuk bangunan Stasiun Semut lama dikembalikan ke bentuk aslinya, namun terdapat beberapa penambahan seperti teras di bagian utara dan anak tangga di sebelah timur yang tidak merusak bentukan asli dari bangunan stasiun ini. Sedangkan fasilitas penunjang baru seperti halte, jembatan, hingga bangunan Stasiun Semut Komuter dengan tema adaptasi mengadaptasi beberapa pola yang terdapat pada bangunan Stasiun Semut lama di antaranya adanya garis lengkung pada tampilan muka, penggunaan kolom-kolom besar, dan menggunakan atap pelana seperti atap peron Stasiun Semut lama. D. AspekUtilitas Penyedia air bersih utama berasal dari PDAM. Untuk distribusi di dalam bangunan menggunakan sistem downfeed, yaitu air dari PDAM ditampung ke dalam reservoir yang berada di bawah ruang henset, kemudian dipompa ke tandon atas yang berdekatan dengan ruang motor di atas elevator, setelah itu baru dipompa ke ruangruang yang memerlukan. Air kotor dibedakan menjadi 3 macam, yaitu air bekas, air kotoran, dan air hujan. Untuk air bekas seperti habis mencuci piring atau tangan, dapat disalurkan ke dalam pipa yang langsung terhubung dengan saluran utama bangunan dan langsung dibuang di saluran kota yang kemudian dialirkan ke Kali Mas yang berada di sebelah selatan site., sedangkan air kotoran manusia diolah dulu dengan menggunakan STP (Sewage treatment Plant) yang terdapat di bawah area KM/WC, baru kemudian dapat langsung dibuang karena sudah aman apabila dibuang ke lingkungan. Untuk air hujan, air dari atap dialirkan ke talang yang kemudian masuyk ke dalam pipa yang terhubung dengan selokan yang berada di sepanjang dinding bangunan, setelah itu baru masuk ke saluran kota, dan dibuang ke Kali Mas. Terdapat beberapa bukaan lebar pada area entrance, dan area sirkulasi lainya untuk memaksimalkan pergantian udara, serta penggunaan atap dan plafon yang tinggi diupayakan dapat memaksimalkan pendinginan alami bangunan. Penghawaan buatan yang digunakan pada bangunan ini adalah AC.jenis AC yang digunakan adalah AC splpit dan AC multisplit. AC split digunakan pada rung-ruang tertentu yang tidak digunakan setiap saat agar apabila ruangan tidak digunakan AC dapat dimatikan dan diharapkan dapat mengurangi pemakaian listrik Stasiun. Sedangkan AC multisplit digunakan pada ruangan dengan kapasitas besar dan aktifitas yang terjadi di dalamnya berlangsung hampir sepanjang hari, seperti hall, dan ruang tunggu penumpang. Gambar 11 Halte di jalan Semut Kali Gambar 12 Jembatan penghubung / area transisi Gambar 13 Halte di jalan Stasiun Kota Pencahayaan menggunakan 2 jenis yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami digunakan pada saat pagi hingga sore hari, sedangakan buatan pada malam hari menggunakan lampu LED yang selain lebih hemat
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 5 juga lebih tahan lama sebagai lampu utama pada ruangruang utama. Sumber listrik utama dari PLN kemudian masik ke trafu untuk disesuaikan tegangannya, baru disalurkan ke panel untuk disebar ke rang-ruang. Sumber listrik daruurat menggunakan Genset yang akan otomatis menyala dengan menggunakan automatic transfer switch sehingga apabila ada pemadaman. Genset terletak di ruang khusus yang terdapat paada lantai 1 bangunan. Gambar 14 Alur penyediaan air bersih E. AspekStruktur Walaupun bentukan mengadaptasi dari pola yang muncul pada stasiun semut lama, namun struktur yang digunakan menggunakan material dan sistem baru seperti atap menggunakan metal sheet, dan kerangka atap menggunakan baja profil. III. KESIMPULAN/RINGKASAN Perancangan Konservasi Stasiun Semut Surabaya dengan tema Adaptasi, memiliki kekhususan dan issue imagedan sirkulasidalam perancangannya yang memiliki misi yaitu kawasan cagar budaya yang dapat memberi manfaat edukasi dan menjadi salah satu solusi bagi masalah transportasi massa bagi masyarakat umum khususnya di Surabayayang nantinya diharapkan dapat Gambar 14 Alur pembuangan air kotor menjadi sebuah landmark dan daya tarik bagi wisatawan untuk kota Surabaya itu sendiri. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis I. K. L menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga penulis; Ir. Andy Mappajaya, MT. Selaku dosen pembimbing; Ir. M. Salatoen P., MT. selaku dosen koordinator mata kuliah Tugas Akhir, dan segenap teman satu angkatan penulis; segenap dosen Jurusan Arsitektur ITS. Penulis menyampaikan terima kasih atas semua doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses pengerjaan Tugas Akhir dan penyelesaian jurnal ilmiah ini. Gambar 15 Rencana zonasi pada bangunan Stasiun Komuter DAFTAR PUSTAKA [1] www.indonesianheritagerailway.com [2] Ross,Julian.2000.Railway Stations.Architectural Press.Oxford [3] Jencks, Charles.Kropi,Karl.1997. Theories and Manifestoes of Contemporary Architecture. London [4] Kurokawa,Kisho.1987. The Architecture of Symbiosis.Rizzoli. USA [5] P. Duerk, Donna.Architectural Programming [6] Rencana satuan kerja pengembangan perkeretaapian di Jawa Timur mengenai kereta perkotaan (gubeng wonokromo waru bandara juanda) Gambar 16 Struktur pada bangunan Stasiun Komuter