II. TINJAUAN PUSTAKA dan mencapai puncaknya pada sekitar pukul WIB kemudian

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

II. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Suhu dan Konsumsi Ransum Manik dan Pamono (2001) menyatakan bahwa perbedaan suhu Indonesia antara siang dan malam hari cukup besar, umumnya suhu mulai meningkat setelah pukul 07.00 dan mencapai puncaknya pada sekitar pukul 13.00--14.00 WIB kemudian suhu udara mulai menurun sekitar pukul 18.00 dan mencapai minimum sekitar pukul 05.00 pagi. Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan itu meliputi nilai kebutuhan gizi bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan. Penyamaan nilai gizi yang ada di dalam bahan makanan yang digunakan dengan nilai gizi yang dibutuhkan ayam dinamakan teknik penyusunan ransum (Rasyaf, 2011 b ). Menurut Sudaro dan Siriwa (2007), pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas maupun terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya disajikan dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dimakan ayam selama masa pemeliharaan. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, ukuran

8 ransum, penempatan ransum, dan cara pengisian tempat ransum. Menurut Aksi Agraris Kanisius (2003), kebutuhan konsumsi ransum dipengaruhi oleh strain dan lingkungan. Selain itu, konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, kesehatan lingkungan, zat-zat makanan, kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1992). Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam mengonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Menurut Farrel (1979), suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum. Bila suhu tinggi unggas akan lebih banyak minum dari pada mengonsumsi ransum. Hafez (1968) dalam Fati (1991) menyatakan bahwa konsumsi zat-zat makanan pada ternak tergantung pada suhu udara sekeliling, dan pertumbuhan akan menurun pada suhu udara lingkungan yang tinggi sebagai akibat penurunan konsumsi bahan makanan dan peningkatan penggunaan energi untuk pelepasan panas. Kandang yang lingkungannya terkontrol adalah paling cocok untuk daerah tropis, tetapi didalamnya barangkali tidak ada usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres panas. Salah satu praktek pengelolaan yang diperlukan adalah rencana memberi makan ayam ketika suhu sekitar pada titik terendah, yaitu jam 03.00 sampai 05.00 subuh dan pada waktu malam hari (Williamson dan Payne, 1993). Di daerah tropis seperti halnya Indonesia memiliki perbedaan suhu antara siang dan malam hari cukup tinggi, yaitu berkisar antara 3 dan 5 0 C dengan kisaran suhu harian 26--32 0 C (AAK, 2003). Servatus (2004) menambahkan bahwa suhu ideal untuk ayam jantan tipe medium berkisar 25--27 0 C. Fati (1991) menyatakan

9 bahwa suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi konsumsi ransum. Bila suhu tinggi, ayam akan mengonsumsi air lebih banyak, akibatnya nafsu makan menurun. Menurut hasil penelitian Nova (2008), pembagian persentase pemberian ransum pada broiler dengan persentase 30% siang dan 70% malam berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum dengan rata-rata 658,98 g/ekor/minggu. Rendahnya suhu lingkungan di malam hari (25,4--27,6 0 C), menyebabkan ayam akan meningkatkan konsumsi ransumnya, dan sebaliknya pemberian ransum pada siang hari menyebabkan konsumsi ransum rendah karena tingginya suhu kandang di siang hari (±29,9 0 C). B. Potongan dan Persentase Karkas Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam (Abubakar et al., 1991). Bentuk-bentuk pemrosesan karkas biasanya berbentuk New York Dressed (NYD) yaitu unggas yang telah bersih dari darah dan bulu. Pada umumnya unggas yang telah mengalami pengolahan dipasarkan dalam bentuk karkas siap masak atau Ready To Cook (RTC), yaitu unggas yang telah bersih dari bulu, darah, dan kosong dari jeroan serta tanpa kaki dan kepala, tetapi ditambah giblet dan leher (RTC = karkas + leher + giblet). Penyusutan bobot hidup untuk NYD adalah 10--15% sedangkan pada RTC 25--35 % (Kurtini, dkk., 2011). Chicken part yaitu karkas yang telah dipotong-potong atas permintaan

10 pelanggan atau untuk persiapan proses boneless. Lebih lanjut dijelaskan bahwa potongan karkas yaitu dada, paha atas, paha bawah, punggung, dan sayap (Priyatno, 2000). Soeparno (1998) menyatakan bahwa komponen dan komposisi karkas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari fisiologis dan nutrisi. Faktor fisiologis yang memengaruhi bobot karkas adalah bobot hidup, umur dan jenis kelamin, sedangkan faktor genetik yang memengaruhi adalah karakteristik laju pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur dan bobot hidup. Penurunan bobot karkas dapat disebabkan oleh bobot hidup yang menurun. Produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup. Semakin tinggi bobot hidup maka produksi karkas semakin meningkat. Bobot hidup rendah menghasilkan bobot karkas rendah karena komponen utama karkas adalah tulang dan otot. Persentase karkas ayam adalah bobot tubuh ayam tanpa bulu, darah, kepala, kaki dan organ dalam (visceral), hati, jantung, dan ampela (giblet) dibagi dengan bobot hidup dikali 100%. Faktor yang memengaruhi berat karkas antara lain umur, galur, jenis kelamin, bobot badan, kualitas, dan kuantitas pakan (Soeparno, 1998). Bertambahnya bobot hidup ayam pedaging akan mengakibatkan bobot karkas meningkat dan persentase karkas akan meningkat pula. Persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang terbuang seperti kepala, leher, kaki, jeroan, bulu, dan darah (Jull, 1972). Persentase karkas erat hubungannya dengan bobot hidup ternak, semakin besar bobot hidup ternak maka produksi karkas semakin tinggi. Hubungan ini dapat

11 dinyatakan dengan persentase bobot karkas yang dihasilkan. Persentase karkas merupakan faktor penting untuk menilai produksi ternak yang sebenarnya, sebab dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam yang bobotnya berbeda untuk masing-masing ternak (Daryanti, 1982). Newell (1954) menyatakan bahwa persentase potongan-potongan karkas terhadap bobot hidup pada ayam New Hampshire, Silver Oklabar dan hasil persilangannya ialah 9,34% sayap, 9,64% kaki, paha atas 10,41%, leher 4,99%, punggung 12,22%, dada 15,59% dan giblet 4,64% pada ayam betina. Selanjutnya dijelaskan bahwa sekalipun betina lebih kecil daripada jantan, tetapi persentase dadanya lebih tinggi atau sama dengan jantan. Persentase potongan komersial karkas dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, bobot, volume, dan dimensi karkas. Nilai persentase potongan komersial karkas broiler berdasarkan bobot hidup adalah dada 28--30%; paha atas 15--17%; paha bawah 14--16%; sayap 12--14%; dan punggung 20--22% (Acker dan Cunningham,1998). Selain itu, menurut hasil penelitian Rudianto (2003), persentase potongan karkas komersial broiler berdasarkan bobot hidup adalah dada 21,26--24,12%; paha atas 11,09--11,86%; paha bawah 10,18--10,75%; sayap 7,77--8,75%; dan punggung 11,71--12,71%. Bagian dada memiliki kecepatan pertumbuhan bersamaan dengan bobot hidupnya. Perdagingan dada mempunyai hubungan sangat erat dengan persentase daging yang dapat dikonsumsi, tetapi peningkatan daging pada lokasi tertentu seperti punggung sukar untuk dilakukan karena peningkatan penyebaran daging lebih sedikit jika dibandingkan dengan tulangnya (Hetzel, 1983 dalam Rinomo, 2003).

12 Menurut Swatland (1984), sayap adalah bagian yang terdiri atas daging pada tulang radius, ulna dan humerus dengan tulang-tulang tersebut. Dada terdiri atas tulang-tulang sternum dan daging yang melekat padanya. Thigh (paha atas) terdiri atas daging yang melekat pada tulang femur sampai pertemuan tulang femur dengan tulang tibia dengan tulangnya. Drumstick (paha bawah) terdiri atas daging yang melekat pada tulang tibia dan tulang fibula pada paha dengan tulangnya. Punggung adalah bagian yang memanjang dari pangkal leher sampai pada bagian pelvis dengan daging dan tulang yang ada padanya. Paha dipisahkan pada acetabulum, otot pelvic diikutkan, sedangkan tulang pelvic tidak diikutkan pada paha. Bagian proximal paha yang disebut thigh dapat dipisahkan dari bagian distal, paha (drumstick) pada sendi antara femur dan tibia (Soeparno, 1998). Bagian punggung utuh meliputi tulang pelvic, scapula bagian dorsal dari rusuk dan vertebrae dari bagian posterior leher sampai ekor (Swatland, 1984). C. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium Wahju (1992) menyatakan bahwa dalam perunggasan dikenal tiga tipe ayam ras yaitu tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber); tipe medium (diantaranya Dekalb, Kimbrown, dan Hyline B11); dan tipe berat (diantaranya Hubbard, Starbro, dan Jabro). Ketiga tipe ayam ras tersebut ditandai bobot badan maksimal dari ayam-ayam petelur dewasa dan mempunyai perbedaan konsumsi makanan tiap ekor per hari. Bobot badan dewasa untuk ayam tipe ringan tidak

13 lebih dari 1.880 g, tipe medium 2.500 g dan tipe berat 3.500 g. Konsumsi ransum per ekor per hari untuk ayam tipe ringan maksimal 100 g, tipe medium 120--150 g dan tipe berat di atas 150 g. Menurut hasil penelitian Anggraini (2011) menyatakan bahwa rata-rata konsumsi ransum ayam jantan tipe medium pada lingkungan kandang siang dan malam hari berkisar antara 265,5 dan 288,14 g/ekor/minggu. Anak ayam jantan tipe medium merupakan hasil ikutan dari perusahaan penetasan ayam petelur. Pada awalnya ayam jantan tersebut tidak dimanfaatkan karena belum mendapat perhatian masyarakat. Namun, dewasa ini ayam jantan tipe medium telah banyak dimanfaatkan oleh peternak di negara kita sebagai ayam penghasil daging (Dwiyanto, dkk., 1979). Sementara itu pemanfaatan anak ayam jantan di negara-negara maju bidang peternakannya adalah dengan memproses anak ayam tersebut untuk dijadikan makanan ternak (Dwiyanto, dkk., 1979; Darma, 1982). Beberapa keuntungan dalam pembudidayaan ayam jantan tipe medium ini adalah harga bibit lebih murah serta penimbunan lemaknya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ayam ras pedaging sehingga lebih disukai konsumen, sedangkan kelemahannya adalah waktu yang diperlukan untuk satu periode produksi memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, ayam jantan tipe medium hampir menyerupai ayam buras, sehingga nampaknya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang menyukai ayam yang kadar lemaknya rendah seperti ayam buras (Darma, 1982). Keuntungan lain yang dapat

14 diperoleh dengan memelihara ayam jenis ini adalah dapat dijual per ekor ayam hidup ataupun per kilogram dengan harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga broiler (Supriyanto, 2002). D. Kandang Panggung Kandang merupakan tempat pemeliharaan ternak yang mempunyai fungsi primer sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin) serta gangguan lainnya (binatang buas atau pencurian). Selain itu, kandang juga berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari cekaman (stres) (Suprijatna, 2005). Menurut Suprijatna (2005), kandang panggung adalah kandang yang lantai kandangnya menggunakan bilah-bilah kayu, logam, atau bambu yang disusun memanjang sehingga lantai kandang bercelah-celah. Sudaryani dan Santosa (1999) menyatakan bahwa kandang panggung adalah kandang dengan lantai renggang dan ada jarak dengan tanah serta terbuat dari bilah-bilah bambu atau kayu. Menurut Fadilah (2004), kandang panggung merupakan bentuk kandang yang paling banyak dibangun untuk mengatasi suhu panas. Kelebihan kandang panggung adalah laju pertumbuhan ayam tinggi, efisiensi dalam penggunaan ransum, dan kotoran mudah dibersihkan (Suprijatna, 2005). Kandang panggung mempunyai ventilasi yang berfungsi lebih baik karena udara bisa masuk dari bawah dan samping karena pada kandang ini memiliki lantai berlubang (slat system). Oleh karena itu, sirkulasi udara di dalam kandang lebih baik dan suhu kandang relatif lebih mudah sehingga ayam merasa lebih nyaman

15 (Fadilah, 2004). Kekurangan kandang panggung adalah tingginya biaya peralatan dan perlengkapan, tenaga dan waktu pengolahan meningkat, ayam mudah terluka dan kaki bubulen sehingga ayam kesakitan dan stres (Suprijatna, 2005). Rata-rata pertambahan bobot tubuh ayam jantan tipe medium pada kandang panggung dengan pemeliharaan 7 minggu sebesar 97,63 g/ekor/minggu dengan koefisien keragaman sebesar 7,04% (Anggraini, 2011).