BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional telah mengalami keberhasilan di berbagai bidang, hal ini dibuktikan dengan terwujudnya hasil yang positif, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya, jumlah penduduk yang lanjut usia meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) di perkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Lansia merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, secara fisik masih berkemampuan (potensial) namun karena suatu hal yang tidak mampu lagi serta berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial) (Depkes, 2001). Jadi lanjut usia adalah mereka yang mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar, kulit sudah tidak kencang, otot-otot sudah mengendor, dan organ-organ tubuhnya kurang berfungsi dengan baik. Seseorang pada usia diatas 55 tahun akan mengalami proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologi. Bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau degeneratife (Nugroho,2000). Berbagai perubahan fisiologis akibat proses penuaan akan dialami oleh lansia yang diantaranya mengarah pada gangguan sistem kardiovaskuler, termasuk terjadinya hipertensi (Mickey, 2007). Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia (Palmer, 2005). Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Gejalanya terkadang tidak terasa, maka hipertensi menjadi salah satu penyakit yang disebut sebagai silent killer, karena 1
2 penyakit hipertensi mengakibatkan berbagai komplikasi pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, ginjal dan stroke dikemudian hari (Palmer, 2005). Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia lanjut pada golongan umur 55-64 tahun. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3% dengan faktor utama adalah hipetensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap, karena sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya (Kusuma, 2010). Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol, stres dan kelebihan berat badan (obesitas) (Palmer, 2005). Penyakit hipertensi ini terjadi karena salah satu akibat masalah yang sering muncul dari perubahan hidup, seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi garam, stress yang dialami, obesitas. Bagi laki-laki kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol akan memacu timbulnya hipertensi. cara untuk penanganan hipertensi yaitu dengan mengubah ke arah hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak, dan tidak mengkomsusi alkohol serta rokok (Palmer, 2005). Berkaitan dengan hidup, maka pengetahuan, sikap dan kepatuhan menjadi faktor utama agar penyakit hipertensi ini tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih parah. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, didapatkan data melalui wawancara dengan dua orang petugas di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang diperoleh informasi bahwa di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang menampung lansia kurang lebih 115 lansia, jumlah lansia tersebut terdapat lebih dari 80,0% lansia yang mengalami keluhan hipertensi.
3 Berdasarkan fenomena tersebut, dilakukan wawancara terhadap 10 orang lansia penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang diketahui bahwa pada dasarnya lansia telah mendapat penjelasan dari pembina panti maupun petugas kesehatan yang lain menangani penyakitnya bahwa mereka harus melakukan hidup sehat seperti pola diet, olah raga, dan stress. Namun demikian, ternyata 6 dari 10 orang lansia mengatakan lupa atau tidak tahu tentang penatalaksanaan hipertensi dan 4 orang lansia lainnya menunjukkan sikap yang kurang mendukung dimana terlihat dari hidup mereka yang tidak sesuai dengan hidup sehat. Hal ini terjadi karena sudah menjadi kebiasaan lansia dalam keidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan dan sikap lansia di atas yang menyebabkan lansia tidak dapat melakukan hidup sehat hipertensi dengan baik. Berkaitan dengan fenomena-fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan pola hidup sehat pada lansia yang mengalami hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang dapat peneliti rumuskan adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang 2. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. b. Mendeskripsikan pola hidup sehat pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan hipertensi dengan pola hidup sehat lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.
4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu : 1. Bagi peneliti Memberi informasi, pengalaman dan menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga dapat menjadi pengalaman, dan pengetahuan lebih bagi peneliti. 2. Bagi Responden (lansia) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan dapat mengaplikasikan hidup sehat hipertensi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam menangani pasien yang menderita hipertensi. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menyusun kebijaksanaan yang dapat mencegah kejadian hipertensi pada masyarakat. 4. Bagi institusi a. Sebagai penambahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. b. Sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya yang menyangkut tentang hubungan dukungan keluarga dan kemandirian lansia dengan konsep diri pada lansia E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan gerontik. F. Originalitas Penelitian No. Nama/Tahun Judul Metode/Sampel Hasil 1. Haryono (2009) Peran Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta corelasional dan metode pendekatan yang digunakan adalah metode crossectional, serta sebanyak 35 responden Ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan diet dengan analisis uji Sperman s rho didapatkan nilai r=0,565 dengan P value=0,000 < alpha 0,05.
5 2. Karomah (2010) Studi deskriptif hidup sehat pada lansia Penderita Hipertensi di Desa Bogosari Wilayah Kerja Puskesmas Guntur Kabupten Demak ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, sebanyak 95 orang sebagian besar tidak memiliki hidup sehat sebanyak 67,2%. Sedangkan yang memiliki hidup sehat sebanyak 32,8%. 3. Sumarman (2010) Pengetahuan Penderita Hipertensi tentang Diet Rendah Garam dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Diet Rendah Garam di Klinik As-Sakinah Tamansari Tegalsari Banyuwangi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan sebanyak 3 orang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan penderita hipertensi tentang diet rendah garam dan pengaruhnya terhadap kepatuhan melaksanakan diet rendah garam sangat dipengaruhi oleh perilaku penderita itu sendiri terhadap kepatuhan melaksanakan diet rendah garam, karena faktor yang menjadi kendala penderita hipertensi dalam melaksanakan kepatuhan diet rendah garam adalah penyakit kronis, kejenuhan, dukungan sosial dan kurangnya motivasi perilaku hidup sehat.