BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Pengertian Koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Undang-Undang Perkoperasian sebelumnya pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, yang sekarang dapat diketahui definisinya dengan jelas dalam Undang-Undang Perkoperasian No.25 Tahun 1992, Bab I pasal 1 ayat 1, yang mengartikan koperasi sebagai suatu badan yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi tersebut maka peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Penerapan mengenai prinsip koperasi dapat dilihat pada pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992, yaitu : 1. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka 2. Penggolongan dilakukan secara demokratis 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota 7
8 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian Jadi, jelaslah bahwa prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. 2.2 Tujuan Koperasi Tujuan koperasi berdasarkan Bab II pasal 3 Undang-Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2.3 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan keberhasilan / kesuksesan suatu perusahaan. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dikelola dengan baik. Dalam operasional dunia usaha kinerja perusahaan dapat dirumuskan sebagai hasil kerja yang diperoleh atas kegiatan / operasi yang dilakukan oleh perusahaan selama periode waktu tertentu, dan laba merupakan salah satu tolak ukur penting dalam penilaian kinerja perusahaan.
9 Penilaian kinerja keuangan bagi manajemen dapat diartikan pengukuran atas kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian pencapaian tujuan perusahaan di bidang keuangan dan secara keseluruhan kontribusi tersebut dapat berupa atau bersifat kuantitatif seperti akuntansi dan personalia serta bersifat kualitatif pemasaran dan produksi sedangkan penilaian kinerja bagi pihak luar manajemen dapat diartikan sebagai pengukur atas suatu prestasi yang dicapai untuk dapat memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan serta mengevaluasi kinerja manajemen (Standar Akutansi Keuangan : 2001). 2.4 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah menjadi bahan informasi bagi para pemakaiannya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accontability. Dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya (Sofyan Syafri Harahap : 1993). 2.4.1 Jenis-Jenis Laporan Keuangan a. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu koperasi pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu koperasi pada suatu
10 tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet (S. Munawir : 2004). Neraca terdiri atas tiga bagian utama (S. Munawir, 2004) yaitu : 1. Aktiva Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak terwujud lainnya (intangible assets) misalnya: goodwill, hak patent, hak penerbitan dan sebagainya. Pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. a) Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer pada periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Misalnya: kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima dan persekot atau biaya yang dibayar dimuka. b) Aktiva Tidak Lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai
11 umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi koperasi). Misalnya: investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain contohnya : gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian. 2 Hutang Hutang merupakan semua kewajiban keuangan koperasi kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal koperasi yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban koperasi dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. a) Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek merupakan kewajiban keuangan koperasi yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh koperasi. Misalnya: hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, penghasilan yang diterima di muka. b) Hutang Jangka Panjang merupakan kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang
12 meliputi: hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka panjang yang lainnya. 3. Modal Modal koperasi berasal dari modal sendiri dan modal dari luar (simpanan) yaitu : a) Modal Sendiri, adalah modal yang menaggung risiko atau disebut modal ekuiti. Terdiri dari : 1. Simpanan Pokok, adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib, adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Simpanan Sukarela, adalah suatu jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota / bukan anggota terhadap koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan. 4. Cadangan Dana, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan
13 untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan. b) Modal Luar (Simpanan), yaitu untuk mengembangkan usahanya koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Diperoleh dari : 1. Anggota, yaitu pinjaman yang diperoleh dari anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. 2. Pinjaman pihak ke tiga, yaitu pinjaman yang berasal dari non anggota atau bukan dari koperasi itu sendiri. 3. Bank dan Lembaga keuangan lainnya, yaitu pinjaman yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Sumber lain yang sah, yaitu pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum (UU Perkoperasian No.25, 1992). b. Laporan Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu koperasi selama periode tertentu (S. Munawir : 2004).
14 Prinsip-prinsip umum yang diterapkan dalam laporan rugi-laba (Munawir : 2004) adalah : 1) Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2) Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expenses). 3) Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (Non operating / financial income and expenses). 4) Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. c. Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal merupakan antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan, yang memberikan informasi mengenai perubahan modal (laba ditahan) selama periode tertentu (Dwi Prastowo D: 2002).
15 2.5 Pengertian Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah segera jatuh tempo. Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan, dan bukan kekuatan untuk membayar kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Namun kekuatan membayar tersebut belum mencerminkan kemampuannya apabila sudah saatnya tiba. Hal ini disebabkan karena beberapa alat likuid memiliki tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Misalnya, kas mempunyai sifat yang paling likuid diantara alat-alat likuid yang lain, piutang mempunyai sifat yang lebih likuid dibandingkan dengan persediaan. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tertu mempunyai kemampuan membayar (Bambang Sudiyatno, 1997). Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut
16 adalah likuid dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid (Bambang Riyanto, 2001). Aktiva Jumlah U tan g Lancar x100% Ada beberapa cara untuk mengukur tingkat likuiditas adalah : 1. Current Ratio Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal suatu koperasi adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Sebagai pedoman umum tingkat current ratio 200% sudah dapat dianggap baik. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio = 100 % Huta ng Lancar (S. Munawir: 2004). 2. Quick Ratio Quick ratio yaitu perbandingan antara (aktiva lancar-persediaan) dengan hutang lancar. Ratio ini merupakan ukuran kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataan mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
17 Aktiva Lancar Persediaan Quick Ratio = 100% Huta ng Lancar (S. Munawir: 2004). 3. Cash Ratio Cash ratio menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki koperasi di dalam menjamin seluruh hutang lancarnya. Ratio ini lebih menggambarkan tingkat kemampuan yang sebenarnya dibandingkan dengan ratio-ratio likuiditas yang lain. Hal ini disebabkan karena kas merupakan komponen alat likuid yang paling likuid dan fleksibel, sehingga setiap saat dapat digunakan. Ratio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Kas + Efek Cash Ratio = 100 % Huta ng Lancar Tingkat cash ratio ditentukan dengan jalan membandingkan antara jumlah kas dan surat berharga atau yang dapat dipersamakan dengan kas, dengan seluruh hutang lancarnya (Bambang Sudiyatno : 1997). Hampir secara keseluruhan ratio likuiditas tersebut dihitung dari dua sektor yaitu sektor aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian maka untuk mempertinggi atau menurunkan tingkat likuiditas sesuai dengan keinginan koperasi dapat dilakukan dengan mengubah-ubah komposisi didua sektor tersebut. Sedangkan apabila current ratio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas koperasi, maka ratio ini dapat juga dinaikkan atau diturunkan dengan mengubah sektor aktiva lancar dan hutang lancarnya (Bambang Sudiyatno : 1997).
18 2.6 Pengertian Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan suatu koperasi atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya baik berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan (Bambang Riyanto : 2001). Apabila koperasi mampu membayar seluruh hutang-hutangnya bilamana dilikuiditasi atau dibubarkan maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaaan solvabel, sebaliknya bilamana koperasi tidak mampu membayar seluruh hutang-hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang bila dilikuiditasi maka koperasi tersebut dikatakan dalam keadaaan insolvabel atau tidak solvabel (Bambang Riyanto : 2001). Jumlah Aktiva JumlahU tan g x100% Rasio solvabilitas yang digunakan adalah (S. Munawir, 2004) : 1. Total Debt to Equity Ratio Total Debt to Equity Ratio yaitu perbandingan antara total kewajiban (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang), dengan modal sendiri. Dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Kewajiban Total Dept to Equity Ratio = 100% Modal Sendiri 2. Total Debt to Total Capital Assets Total Debt to Total Capital Assets yaitu perbandingan antara jumlah hutang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka
19 panjang), dengan jumlah modal atau aktiva. Dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Debt to Total Capital Assets = Jumlah Huta ng 100% Jumlah Modal / Aktiva 2.7 Pengertian Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, dan umumnya dirumuskan sebagai berikut : Laba Modal x100% (Bambang Riyanto : 2001). Ratio yang rendah menunjukkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut (S. Munawir, 2004) : 1. Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut. 2. Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan. 3. Adanya efisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran. 4. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.
20 Tinggi rendahnya ratio rentabilitas koperasi dapat diukur dengan menggunakan ratio-ratio sebagai berikut : 1. Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas modal sendiri atau disebut juga dengan rentabilitas usaha merupakan kemampuan koperasi dengan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah laba yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba bersih (sesudah pajak). Dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih( sesudah pajak) RMS = 100% Modal Sendiri (Bambang Sudiyatno : 1997). 2. Rentabilitas Ekonomi Merupakan perbandingan antara laba usaha dengan jumlah modal (modal sendiri dan modal asing) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena itu rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. LabaUsaha Rentabilitas Ekonomi = x100% Total Aktiva (Bambang Riyanto : 2001)
21 Dalam menghitung, ada 2 faktor yang mempengaruhi yaitu : a. Profit Margin Yaitu perbandingan antara laba bersih usaha dengan penjualan bersih koperasi, perbandingan ini dinyatakan dalam persentase. Dapat dirumusak sebagai berikut : Laba Bersih Usaha Profit Margin = 100% Total Penjualan b. Turnover of Operating Assets (Tingkat Perputaran Aktiva Usaha) Yaitu kecepatan berputarnya aktiva dalam periode tertentu, dan dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan aktiva. Dapat dirumuskan sebagai berikut : Penjualan Bersih Turnover of Operating Assets = 100% Total Aktiva Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi koperasi dengan melihat kepada dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubunganya dengan sales, sedangkan operting asset dimaksud untuk mengetahui efisiensi koperasi dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam suatu periode tertentu (Bambang Riyanto : 2001). 2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk menggambarkan keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan. Maka KPRI Tulus Karya Kantor Departemen Agama Kota
22 Semarang sangat penting dipantau kinerjanya.untuk dapat memperoleh gambaran tentang kinerja koperasi perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yaitu laporan neraca, dalam menganalisis laporan keuangan KPRI Tulus Karya Kantor Departemen Agama Kota Semarang, dapat menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Analisis rasio adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara satu pos dengan pos lainnya, baik dalam neraca atau perhitungan SHU maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan terhadap laporan keuangan KPRI Tulus Karya Kantor Departemen Agama Kota Semarang diharapkan dapat lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan. Sehingga dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam mengambil keputusan dimasa mendatang.
23 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran LAPORAN KEUANGAN RASIO LIKUIDITAS RASIO SOLVABILITAS RASIO RENTABILITAS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PADA KPRI TULUS KARYA KANDEPAG KOTA SEMARANG