BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dan tingkah laku individu. Individu akan berusaha untuk dapat berhasil mengatasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 3 (1), (2016) 1-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan adaptasi (Lazarus, 1969). Penyesuaian diri merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. tempat tinggal maupun lingkungan keluarga dengan baik. Namun hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

ETIK UMB MENYONGSONG PERUBAHAN. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DABN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSEP DIRI

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia dengan kemampuan berbeda-beda dengan rencana yang. kesialan atau kekurangan dengan istilah cacat.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan(S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan Konseling

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep diri merupakan hal yang penting artinya bagi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II PENYESUAIAN DIRI. dari pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu di kemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Etos Kerja. kepribadian, serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini dan cara

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

KESEHATAN MENTAL. Oleh : Isti Yuni Purwanti

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN)

Efektivitas Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Ambon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu. Individu akan berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang di alaminya. Hal tersebut dapat mewujudkan tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang di harapkan oleh lingkungan individu tinggal (Schneiders dalam Pritaningrum, 2013). Hurlock (2008) menjelaskan bahwa penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu apabila seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan individu memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti individu diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan kata lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya. Menurut Ali dan Asrori (2005) penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada sebelumnya. 10

11 Semiun (2006) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan karena penyesuaian diri mengandung banyak arti. Kriteria untuk menilai penyesuaian diri tidak dapat dirumuskan secara jelas karena penyesuaian diri atau ketidak mampuan menyesuaikan diri (maladjustment) memiliki batas yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan di antara keduanya. Lebih lanjut, penyesuaian diri tidak bisa dikatakan baik atau buruk, sehingga Semiun mendefinisikan penyesuaian diri dengan sangat sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustrasi-frustrasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin dengan tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepada individu oleh dunia dimana individu hidup. Penyesuaian diri juga merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri idividu dengan lingkungannya (Sunarto, 2008). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental tingkah laku dan individu mampu untuk mengatasi konflik konflik yang dialami, sehingga akan terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam dirinya dan dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan. 2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Evi, 2003) aspek penyesuaian diri terbagi menjadi tiga, yaitu :

12 a. Kemampuan individu untuk menerima keadaan dirinya Kemampuan individu untuk menerima keadaan dirinya ialah kemantapan suasana kehidupan emosional, kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain, kemampuan untuk santai, gembira dan mampu menerima kenyataan diri sendiri. b. Keharmonisan dengan lingkungan Keharmonisan dengan lingkungan ialah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, keterlibatan dalam partisipasi sosial, kesediaan kerjasama, kemampuan kepemimpinan, dan sikap toleransi. c. Kemampuan mengatasi ketegangan, konflik dan frustrasi Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan diri tanpa terganggu oleh emosi, kemudian kemampuan memahami orang lain dan keragaman, kemampuan mengambil keputusan dan dapat mengatasi suatu permasalahan dengan tenang. Aspek-aspek penyesuaian diri berikutnya dikemukakan oleh Hurlock (2008), yaitu : a. Mampu menilai diri secara realistik Mampu menilai diri secara realistik ialah individu dengan kepribadian sehat dapat menilai diri sesuai dengan kenyataan, baik kelebihan maupun kelemahan yang menyangkut fisik (postur tubuh, wajah, kesehatan dan kemampuan). b. Mampu menilai situasi secara realistik

13 Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dihadapi secara realistik dan bersedia menerimanya secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan tersebut sebagai suatu yang harus sempurna. c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik Individu dapat menilai prestasinya secara realistik dan menanggapi secara rasional, tidak menjadi sombong dan angkuh apabila memperoleh prestasi yang tinggi, atau kesuksesan dalam hidup. Pada saat mengalami kegagalan tidak menanggapi dengan frustrasi, namun dengan sikap yang tetap optimis. d. Menerima tanggung jawab Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab, mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah - masalah kehidupan yang dihadapi. e. Kemandirian Individu memiliki sikap mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atat dapat dikesimpulan bahwa aspek-aspek penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Evi, 2003), yaitu kemampuan individu untuk menerima keadaan dirinya, keharmonisan dengan lingkungan, kemampuan mengatasi ketegangan, selain itu terdapat aspek-aspek penyesuaian diri lainnya menurut Hurlock (2008) yaitu mampu menilai diri secara

14 realistik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik, menerima tanggung jawab, dan kemandirian. Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek penyesuaian diri Schneider (dalam Evi, 2003) sebagai acuan untuk penyusunan skala. Aspek tersebut dipilih karena dapat mengungkap penyesuaian diri yang dimiliki subjek dan dilihat juga dari kondisi tempat yang akan di jadikan penelitian. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Menurut Schneiders (dalam Noviana, 2010) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah sebagai berikut ; a. Faktor fisiologis Seringkali kondisi fisik berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri. Aspek aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah (1) hereditas dan konstitusi fisik (2) sistim utama tubuh dan, (3) kesehatan fisik b. Faktor psikologis Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri sendiri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi dan juga konsep diri. 1) Pengalaman Pengalaman yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri yang menyenangkan atau pengalaman yang traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan seperti mendapat hadiah dari suatu kegiatan, cendrung

15 akan menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya pengalaman yang traumatis (menyusahkan) akan menimbulkan penyesuaian diri yang keliru. 2) Belajar Belajar merupakan suatu faktor yang fundamental dalam proses penyesuaian diri. Hal ini karena melalui belajar, pola-pola respon yang membentuk kepribadian yang berkembang. Sebagian besar respon dan ciri ciri kepribadian lebih banyak di peroleh dari proses belajar daripada di peroleh secara di wariskan; 3) Determinasi diri Determinasi diri mempunyai fungsi penting dalam proses penyesuaian diri, karena berperan dalam pengendalian arah dan pola penyesuaian diri. Keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri banyak ditentukan oleh kemapuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya, meskipun sebetulnya situasi dan kondisi tidak memungkinkan bagi penyesuaian diri. 4) Faktor konflik Pengaruh konflik terhadap perilaku bergantung pada sifat konflik itu sendiri. Sebenarnya beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian dirinya. Ada orang mengatasi konfliknya dengan cara meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang menguntungkan bersama secara sosial, akan tetapi adapula orang yang memecahkan konflik dengan melarikan diri sehingga menimbulkan gejalagejala neurotis.

16 5) Konsep diri Konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilainilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Berdasarkan faktor penyesuaian diri diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa faktor -faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Noviana, 2010) yaitu ; a) faktor fisiologis dan b) faktor psikologis yang meliputi ; faktor pengalaman, faktor belajar, determinasi diri, faktor konflik, konsep diri Dari berbagai faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri di atas, maka peneliti memilih konsep diri sebagai variabel bebas dalam melakukan penelitian ini. Menurut Astutik, Astuti, dan Yusuf (2010) bahwa konsep diri dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitiannya yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan postitif yang signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, konsep diri akan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014) menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral tersebut adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Brooks (dalam Rakhmat,

17 2002) menjelaskan bahwa konsep diri sebagai pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, pandangan individu diperoleh dari pengalaman berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. Konsep diri ini bukan merupakan faktor bawaan tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman individu berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana dikatakan oleh Grinder (1976) bahwa persepsi orang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang di sekitarnya. Selanjutnya Pudjijogyanti (1993) menambahkan bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak dari keseluruhan perilaku. Dengan kata lain, perilaku individu akan sesuai dengan cara individu memandang dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melakukan suatu tugas tertentu, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut. Partosuwido, dkk (1985) menambahkan bahwa konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial. Menurut Centi (1993) konsep diri (selfconcept) adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita meninginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan. Sasse (dalam Suyuti, 2010) mengelompokkan

18 konsep diri menjadi dua yaitu; konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan dapat menerima dirinya apa adanya tanpa merasa tertekan dan terbebani dengan keadaan dirinya maupun pandangan orang lain terhadapnya. Individu dengan konsep diri negatif tidak memiliki kepercayaan diri, cenderung tidak dapat menerima kelemahankelemahan dirinya sehingga individu menjadi frustrasi, cenderung berpikir negatif dan selalu khawatir. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri, meliputi bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita meninginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan. 2. Aspek-aspek Konsep Diri Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014) mengemukakan bahwa aspekaspek konsep diri meliputi: a. Aspek fisik (physical self) Penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya. Seperti contohnya apakah individu merasa puas atau tidak dengan apa yang dimiliki oleh individu tersebut. b. Aspek sosial (sosial self) Bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian individu terhadap perfomannya. Seperti peranan individu dalam lingkup peran sosialnya dan penilaian individu terhadap peran tersebut.

19 c. Aspek moral (moral self) Merupakan persepsi individu mengenai dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Menyangkut kepuasan hidup akan nilainilai keagamaan dan moral yang dipegangnya yang menyangkut atasan baik dan buruk. d. Aspek psikis (psychological self) Aspek psikis meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri. Bagaimana individu akan berpikir tentang dirinya sndiri dan juga melihat bagaimana sikap-sikap individu sendiri. Selanjutnya, aspek-aspek konsepdiri dikemukakan oleh Fitts (dalam Burns, 1979), yaitu: a. Diri fisik (physical self) Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang kondisi kesehatannya, badannya, dan penampilan fisiknya. Indivu mampu menerima kondisi fisiknya. b. Diri moral-etik (moral-ethical self) Aspek ini menggambarkan bagaimana individu memandang nilai- nilai moraletik yang dimilikinya. Hal tersebut meliputi sifat - sifat baik atau sifat - sifat jelek yang dimiliki induvidu tersebut dan penilaian dalam hubungannya dengan Tuhan-nya. c. Diri sosial (sosial self) Aspek ini mencerminkan sejauh mana perasaan yang dimiliki indivu mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain. Indivu merasa

20 mampu untuk berinteraksi dengan cara yang dimilikinya sendiri tanpa ada perasaan cemas. d. Diri pribadi (personal self) Aspek ini menggambarkan perasaan mampu sebagai seorang pribadi, dan evaluasi terhadap kepribadiannya atau hubungan pribadinya dengan orang lain. Individu merasa dapat menilai diri sendiri dengan positif. e. Diri keluarga (family self) Aspek ini mencerminkan perasaan berarti dan berharga dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Dukungan dari anggota keluarga dapat membantu individu untuk lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek konsep diri menurut Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014) yaitu fisik (physical self), sosial (sosial self), aspek moral (moral self), dan psikis (psychological self), sedangkan aspek-aspek konsep diri menurut Fitts (dalam Burns, 1979) yaitu diri fisik (physical self), diri moral-etik, (moral-ethical self), diri sosial (sosial self), diri pribadi (personal self) dan diri keluarga (family self). Dari berbagai aspek yang sudah dijabarkan di atas, maka peneliti memilih untuk menggunakan aspek-aspek konsep diri dari Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014) yaitu fisik (physical self), sosial (sosial self), aspek moral (moral self), dan psikis (psychological self). Aspek tersebut dipilih karena dapat mengungkap konsep diri yang dimiliki subjek dan disesuaikan juga dengan keadaan tempat penelitian. Oleh karena itu, aspek-aspek konsep diri dari

21 Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014) sebagai acuan untuk membuat skala dalam penelitian ini. C. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Yang Tinggal Di Tempat Kos Konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang didapat dari hasil interaksinya dengan orang lain. Aspek aspek Konsep diri mencangkup fisik, psikis, sosial, moral etik dan keluarga. Lebih lanjut, konsep diri dapat mempengaruhi penyesuaian diri yang dimiliki seseorang Berzonsky (dalam Rahmaningsih, 2014). Penyesuaian diri adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk dapat secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi dan relasi sosial, sehingga tuntutan dalam kehidupan sosialnya dapat diterima dan memuaskan (Schneiders dalam Pritaningrum, 2013). Aspek yang pertama dari konsep diri ialah aspek fisik yang merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya (Berzonsky dalam Evi, 2003). Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri (Schaneiders dalam Pritaningrum, 2013). Menurut Walgito (1994) penilaian positif terhadap keadaan fisik seseorang sangat membantu perkembangan sikap penerimaan diri ke arah yang positif. Lebih lanjut, ini disebabkan penilaian positif akan membuat rasa puas terhadap keadaan diri,

22 dan rasa puas ini merupakan awal sikap positif terhadap dirinya dan diri orang lain. Sebaliknya, kondisi fisik yang tidak sehat dapat mengakibatkan perasaan rendah diri, kurang percaya diri atau bahkan menyalahkan diri sendiri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses penyesuain diri (Schaneiders dalam Pritaningrum, 2013). Peranan sosial juga menjadi salah satu yang berperan dalam kehidupan individu dengan sejauh mana individu menilai perfomannya sendiri yang didapatkan melalui aspek sosial (Berzonsky dalam Evi, 2003). Seseorang yang memiliki aspek tersebut akan membuatnya memiliki kemampuan untuk menghargai diri sendiri secara objektif sehingga individu yang mempunyai konsep diri yang baik, akan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik juga. Penyesuaian diri yang baik akan membantu individu melakukan evaluasi diri sehingga dapat dengan mudah berinteraksi dengan lingkungannya (Wallis, 1992). Dilain sisi, kurangnya peranan sosial didlam kehidupan seseorang, akan menimbulkan perasaan kurang berharga dalam lingkup interaksi sosial dengan orang lain. Indivu merasa tidak mampu untuk berinteraksi dengan cara yang dimilikinya sehingga menimbulkan perasaan cemas (Fitts dalam Burns, 1979). Perasaan tersebut dapat mempengaruhi keharmonisan dengan lingkungannya yaitu kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, keterlibatan dalam partisipasi sosial, kesediaan kerjasama, kemampuan kepemimpinan, dan sikap toleransi dalam lingkungannya (Schneiders dalam Evi, 2003).

23 Lingkungan tidak lepas dari bagaimana aspek moral yang dimiliki oleh individu yaitu mengenai persepsi individu mengenai dirinya yang dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika (Berzonsky dalam Evi, 2003). Menurut Schneiders (dalam, Pritaningrum, 2013) individu akan mempertimbangkan adanya norma-norma yang berlaku di lingkungan dalam memenuhi kebutuhan untuk menyesuaikan diri. Pemenuhan kebutuhan akan didapatkan individu melalui proses belajar, seperti belajar memahami, mengerti, dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh diriya dan juga lingkungannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak memenuhi aspek moral akan sulit memiliki sikap mandi mandiri dalam cara berpikir serta bertindak, ketidakmampuan untuk mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta sulit menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungan (Hurlock, 2008). Norma yang berlaku dalam lingkungan tentunya tidak lepas dari sikapsikap individu, pikiran, perasaan, dan sikap-sikap terhadap dirinya sendiri merupakan aspek psikis (Berzonsky dalam Evi, 2003). Aspek psikis akan mempengaruhi setiap tindakan yang di lakukan oleh seseorang untuk menghadapi masalah ditempat kos, baik yang berkaitan dengan hubungan sosial, pelajaran dan juga aktifitas di sekolahnya atau kampus (Hurlock, 2008). Dilain sisi, aspek psikis yang tidak terpenuhi akan membuat keadaan mental menjadi tidak sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental dapat melatar belakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang tidak baik, sulit mendorong individu untuk memberikan respon yang

24 selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya (Schneiders, Pritaningrum 2013). Konsep diri yang tinggi membuat seseorang menentukan perilakunya sendiri atau bagaimana sesorang memandang dirinya akan tampak dari keseluruhan perilaku (Pudjijogyanti, 1993). Salah satu perilaku yang ditunjukan yaitu dengan penyesuaian diri yang baik, dengan begitu seseorang akan memiliki respon mental dan tingkah laku dalam berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang di alaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang di harapkan oleh lingkungan seseorang tinggal (Schneiders dalam Evi, 2003). Lain halnya, ketika seseorang memiliki konsep diri yang rendah, maka akan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan cemas (Fitts dalam Burns, 1979). Hal tersebut membuat seseorang berpandangan atau menilai dirinya dengan buruk yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang didapat dari hasil interaksinya dengan orang lain untuk dapat secara efektif dan, sehingga tuntutan dalam kehidupan sosialnya sulit diterima dan tidak memuaskan (Schneiders dalamevi, 2003). Hal tersebut didukung berdasarkan hasil penelitian Astutik, dkk. (2010) yang mengungkapkan bahwa konsep diri dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Begitu pula dari hasil penelitian Evi (2003) yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja (mahasiswa).

25 D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini ialah ada hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa yang tinggal di tempat kos. Artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin baik pula penyesuaian diri pada mahasiswa yang tinggal di tempat kos dan sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin buruk pula penyesuaian diri pada mahasiswa yang tinggal di tempat kos.