digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu badan usaha, dimana perusahaan dianggap tidak akan dilikuidasi. Dalam akuntansi, asumsi going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan dimana suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2009). Akan tetapi banyak faktor yang dapat mengganggu kelangsungan hidup perusahaan. Krisis global pada tahun 2009 telah memberikan dampak berupa penurunan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang mengalami kerugian dan sampai menutup usahanya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Carson et al. (2013) menjelaskan bahwa sebanyak 60,10% dari pengajuan kebangkrutan didahului oleh pendapat modifikasi going concern. Perusahaan yang akan bangkrut akan cenderung untuk menerima opini going concern. Sementara itu, proporsi perusahaan yang masih bertahan hidup yang menerima opini going concern hanya 15,71%. Opini going concern cenderung dikeluarkan untuk perusahaan yang akan mengajukan kebangkrutan daripada perusahaan yang masih akan bertahan. Kelangsungan hidup suatu perusahaan menjadi tanggungjawab manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat survive. Tanggungjawab ini juga meluas kedalam area auditor. Auditor tidak commit berwenang to user dalam menjaga kelangsungan 1
digilib.uns.ac.id 2 hidup perusahaan, melainkan berkewajiban untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP SA Seksi 341, PSA No. 30, 2011). AICPA (1988) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sampai satu tahun kemudian setelah pelaporan (Januarti, 2008). Auditor memiliki tanggungjawab menurut SAS (AU 341) untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai kemungkinan untuk bertahan (Arens et al., 2008: 66). Apabila auditor menemukan hal-hal atau indikasi yang memunculkan keraguan perusahaan dapat melakukan kelangsungan usahanya, auditor dapat memberikan opini going concern. Laporan audit dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa terdapat resiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Menurut Mutchler (1985) dalam Januarti (2008) kriteria perusahaan akan menerima opini going concern adalah jika mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 s/d 3 tahun berturutturut mengalami rugi, dan laba ditahan negatif. Salah satu kriteria tersebut adalah menerima opini going concern tahun sebelumnya. Perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun
digilib.uns.ac.id 3 sebelumnya akan cenderung mendapatkan opini yang sama pada tahun berikutnya. Pemberian opini going concern periode sebelumnya berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana sehingga membuat perusahaan tidak dapat memperbaiki kondisi pada periode sebelumnya. Hal ini berdampak pada semakin memburuknya kondisi perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern. Pertumbuhan laba juga menjadi salah satu kriteria dalam penerimaan opini audit going concern. Pertumbuhan laba sering menjadi proksi dari pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang positif cenderung dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Laba yang diperoleh perusahaan dapat digunakan untuk mendanai kelangsungan hidup perusahaan seperti membiayai operasi perusahaan, membagikan deviden kepada investor, membayar kewajiban pada kreditor sehingga auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern. Selain pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan juga dapat dijadikan pertimbangan dalam opini audit going concern. Mutchler (1985) dalam Alichia (2013) menyatakan bahwa auditor akan cenderung mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapi daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki tatanan struktur organisasi jelas,
digilib.uns.ac.id 4 pengendalian internal yang baik serta sistem operasi perusahaan dan tehnologi yang lebih baik dari perusahaan kecil. Hal ini membuat perusahaan besar lebih mudah mendapatkan dana dari kreditur maupun investor untuk menjamin kelangsungan hidup usahanya. Dalam penelitian Carson et al. (2013) menyebutkan bahwa 36,70% perusahaan kecil menerima opini going concern di antara perusahaan yang kapitalisasi pasarnya tidak lebih besar dari $ 75 juta. Sebaliknya, untuk perusahaan yang kapitalisasi pasarnya antara $ 75 juta - $500 juta hanya 3,66% frekuensi opini going concernnya. Untuk perusahaan yang sangat besat dengan kapitalisasi pasar lebih dari $ 500 juta, frekuensi opini going concern hanya 0,33%. Peningkatan frekuensi opini going concern didorong oleh perusahaan-perusahaan yang kapitalisasi pasarnya kurang dari $ 500 juta. Kriteria lain yang juga dapat mempengaruhi opini audit going concern adalah kualitas audit. Auditor akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Auditor diharapkan mampu mengungkapkan masalah-masalah yang ada termasuk masalah going concern. Mutchler et al. (1997) dalam Setyarno dkk. (2006) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non Big 6. Dalam Carson et al. (2013) dijelaskan bahwa Australia yang meneliti krisis keuangan global menemukan bahwa auditor Big 4 memiliki respon lebih cepat daripada auditor non Big 4 terhadap krisis dengan mengeluarkan opini going concern lebih konservatif.
digilib.uns.ac.id 5 Opini audit going concern dapat mempengaruhi berbagai pihak pengguna laporan keuangan. Bagi perusahaan opini ini dapat digunakan dalam mengambil tindakan atau kebijakan dan keputusan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya agar terhindar dari ancaman kebangkrutan. Opini ini juga dapat digunakan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church 1992, dalam Praptitorini dan Indira, 2011). Oleh karena itu, auditor diharapkan dapat mempertimbangkan adanya gangguan atas kelangsungan hidup perusahaan untuk menghasilkan opini yang berkualitas. Beberapa penelitian terdahulu mengenai opini going concern di Indonesia telah dilakukan oleh Setyarno dkk. (2006) yang menyimpulkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sementara kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Januarti (2008) menyimpulkan bahwa pemberian opini audit going concern dipengaruhi oleh debt default, In sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun sebelumnya dan kualitas auditor. Sedangkan audit lag, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak mempengaruhi pemberian opini going concern. Widyawati (2009) menyimpulkan bahwa pemberian opini going concern dipengaruhi oleh profitabilitas yang diproksikan dengan ROA, sementara itu
digilib.uns.ac.id 6 kualitas audit, likuiditas dengan proksi quick rasio dan auditor changes tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Praptitorini dan Indira (2011) menyimpulkan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Kualitas audit yang diproksi dengan auditor industry specialization dan opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Alichia (2013) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern. Sementara pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Alichia (2013) yang meneliti Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Penelitian ini menambahkan satu variabel yaitu kualitas audit. Variabel ini dianggap relevan dengan pemberian opini going concern karena auditor yang besar dinilai dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dan berani mengungkapkan masalah yang ada pada perusahaan klien termasuk mengungkapkan masalah going concern karena mereka lebih kuat menghadapi resiko pengadilan. Variabel kualitas audit juga digunakan pada penelitian
digilib.uns.ac.id 7 Januarti (2008) yang menyimpulkan bahwa kualitas audit mempengaruhi pemberian opini going concern. Variabel ini ditambahkan juga untuk melengkapi kekurangan pada penelitian sebelumnya yang telah disarankan oleh peneliti sebelumnya. 2. Penelitian Alichia menggunakan populasi pada tahun 2009-2011. Penelitian ini menggunakan populasi pada tahun 2012-2013 yang meneruskan tahun penelitian terdahulu. Pada tahun penelitian ini dan terdahulu telah diberlakukan PMK No. 17 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan tersebut menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Menurut Davis dan Trompeter (2000) dalam Triesmarandita (2012), rotasi audit perlu dilakukan karena adanya argumen: a. Semakin lama auditor bertindak seolah-seolah sebagai advisor bagi manajemen. b. Semakin lama auditor memberikan jasa audit akan timbul rasa bosan pada klien karena auditor gagal menemukan dan memasukkan bukti baru ke dalam penilaian mereka atau juga karena adanya perubahan situasi pada klien. c. Semakin lama auditor memberikan jasa audit kepada klien akan mengurangi independensinya karena auditor merasa takut kehilangan klien yang telah memberikan economic rent kepadanya.
digilib.uns.ac.id 8 Diberlakukannya peraturan tersebut tentunya berpengaruh salah satunya terhadap independensi auditor. Masa pemberian jasa audit oleh akuntan publik yang lebih singkat membuat auditor tidak akan memiliki rasa ketergantungan dengan klien dan mampu bekerja secara objektif. Hal ini diharapkan dapat membuat independensi auditor menjadi lebih kuat. Selain independensi, peraturan tersebut juga mempengaruhi kualitas audit auditor. Masa pemberian jasa audit yang tidak terlalu lama (tiga tahun) akan menghindarkan auditor dari rasa bosan karena gagal menemukan dan memasukkan bukti baru ke dalam penilaiannya. Auditor diharapkan mampu menemukan bukti baru dan mengungkapkan masalah-masalah yang ada termasuk masalah going concern. Berdasarkan pada uraian di atas, peneliti akan meneliti PENGARUH KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, UKURAN PERUSAHAAN DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DALAM BURSA EFEK INDONESIA). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut: 1. Apakah kualitas audit mempengaruhi pemberian opini audit going concern? 2. Apakah opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi pemberian opini audit going concern?
digilib.uns.ac.id 9 3. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi pemberian opini audit going concern? 4. Apakah pertumbuhan perusahaan mempengaruhi pemberian opini audit going concern? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh: a. Kualitas Audit terhadap pemberian opini audit going concern. b. Opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit going concern. c. Ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. d. Pertumbuhan perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan para akademisi dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada peneliti terkait topik yang diteliti. b. Bagi perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan perusahaan dan dalam pengambilan keputusan oleh manajemen.
digilib.uns.ac.id 10 c. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat memberikan gambaran terkait opini audit going concern. d. Bagi pihak ketiga perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan para investor dan kreditor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memberikan pinjaman kepada perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulis akan menguraikan sistematika penulisan untuk mempermudah menjelaskan mengenai bagian-bagian yang ada dalam laporan penelitian (skripsi) yang terdiri dari lima bab dan subbab yang ada. Sistematika penulisan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari teori agensi, opini audit, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan, kemudian review penelitian terdahulu, kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis.
digilib.uns.ac.id 11 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang poulasi dan sampel penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil pemilihan sampel, analisis statistik deskriptif, serta hasil pengujian hipotesis. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran serta keterbatasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.