BAB I PENDAHULUAN. Gejolak krisis keuangan global telah mengubah perekonomian dunia. Krisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang dipicu oleh permasalahan lembaga-lembaga keuangan raksasa

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar juga tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. terus beroperasi secara berkesinambungan untuk suatu masa yang tidak tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga-lembaga keuangan menurun akibat ketidakpercayaan dari konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Para investor memakai laporan keuangan guna menganalisis kondisi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (suprime mortgage) di Amerika Serikat yang membawa implikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. usaha (going concern). Salah satu cara untuk mempertahankan. kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dari suatu perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dari waktu ke waktu perkembangan dunia usaha terus semakin meningkat yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang begitu besar bagi perekonomian dunia. Dalam hal ini auditor. antara pihak dalam dengan pihak auditor.

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. publik menjadi kritikan karena diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan usaha suatu perusahaan merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kita sebut Going Concern. Mengingat tujuan utama suatu entitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak yang paling. mengeluarkan opini going concern. Auditor dalam mengeluarkan opini,

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk

BAB I. utama dari suatu entitas bisnis dari sejak berdirinya entitas bisnis tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern). Dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata-mata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka panjang. Kondisi dan peristiwa yang dialami oleh suatu. perusahaan dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi going concern (kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN...

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gejolak krisis keuangan global telah mengubah perekonomian dunia. Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Krisis keuangan global tahun 2008 bermula dari jatuhnya Lehman Brothers, sebuah perusahaan jasa keuangan global di Amerika Serikat yang membawa pengaruh pada kondisi ekonomi global secara menyeluruh. Dampak krisis keuangan terhadap sektor keuangan di Indonesia sudah dirasakan selama tahun 2008, yaitu dengan turunnya nilai tukar rupiah secara drastis, turunnya indeks harga saham karena larinya investor asing, serta pelarian modal baik dari bursa saham maupun pasar obligasi pemerintah. Salah satu yang mendapat sorotan adalah kelangsungan hidup perusahaan. Perekonomian mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak dapat melanjutkan usahanya. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah perusahaan yang mendapatkan opini audit Qualified Going Concern dan Disclaimer (Mirna dan Indira, 2007). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. Sedangkan, yang dimaksud opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk

mengevaluasi apakah auditor memiliki kesangsian terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini secara tidak langsung membuat manajemen bertanggung jawab terhadap kelangsungan entitas. Namun tanggung jawab tersebut juga berpotensi melebar ke auditor. Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Margaretta dan Sylvia, 2005). Auditor dapat memberikan opini audit going concern jika memiliki keraguan mengenai kelangsungan hidup klien. Opini going concern merupakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Masalah yang sering timbul adalah sulit untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga menyebabkan auditor mengalami dilema dalam memberikan opini going concern. Hal ini disebabkan oleh self fulfilling prophecy (Louwers et al, 1999). Self fulfilling prophecy merupakan keyakinan akan terjadinya suatu peristiwa yang sama di masa depan akibat dari kejadian yang sama di masa lalu. Adanya self fulfilling prophecy membuat auditor mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian yang seharusnya auditor meragukan kemampuan suatu entitas untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya (Venuti, 2007). Penyebab lainnya adalah tidak adanya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Revol dan Hasan, 2009). Informasi yang berlawanan dengan asumsi going concern adalah ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, restrukturisasi utang, dan perbaikan operasi

yang dipaksakan dari luar (Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 341, 2011). Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai prosedur penetapan status going concern tersebut, antara lain modal kerja negatif, laba ditahan negatif, menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, serta dua sampai tiga tahun berturutturut rugi (Geiger et al, 2005). Opini yang dikeluarkan auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu informasi penting yang digunakan oleh para investor untuk memutuskan apakah akan melakukan investasi ke perusahaan atau tidak. Auditor dituntut untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai atas suatu laporan keuangan perusahaan, bahwa laporan tersebut tidak mengandung salah saji yang material yang nantinya dapat menyesatkan penggunanya. Selain itu, di dalam melakukan proses auditnya, auditor diharuskan mempertimbangkan kondisi going concern dari auditee. Fenomena yang terjadi beberapa tahun belakangan yaitu meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan (Tucker et al, 2003). Di Indonesia, beberapa bank juga dilikuidasi setelah sebelumnya menerima pendapat wajar tanpa pengecualian. Pada tahun 2004, Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali dilikuidasi. Sedangkan, Bank Global Internasional dilikuidasi pada tahun 2005. Dalam peristiwa tersebut, laporan audit yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik

(KAP) menyatakan bahwa kondisi perbankan saat itu sangat baik, tetapi dalam kenyataannya buruk (Meriani dan Ayu Krisnadewi, 2011). Akibat sulitnya menilai kelangsungan hidup klien, maka diharapkan auditor sangat berhati-hati dalam memberikan opini dalam laporan auditnya. Bila auditor memiliki keraguan mengenai kelangsungan hidup kliennya, maka keraguan tersebut harus diungkapkan pada laporan auditnya (Menon dan Williams, 2010). Menurut Geiger dan Rama (2006), di dalam menerbitkan opini audit yang mengungkapkan mengenai keraguan atas kelangsungan hidup suatu perusahaan, auditor dihadapkan oleh dua kemungkinan kesalahan yaitu laporan audit yang tidak memberikan opini going concern pada perusahaan yang kemudian bangkrut dan laporan audit yang memberikan opini going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan pada tahun berikutnya. Kedua tipe kesalahan tersebut dapat menimbulkan cost bagi auditor. Apabila kesalahan pertama yang terjadi maka klien tidak akan dapat menerima hal tersebut dan akan terjadi pergantian auditor di tahun berikutnya. Kehilangan klien merupakan suatu kerugian bagi auditor. Apabila kesalahan kedua yang terjadi, maka auditor akan dihadapkan pada tuntutan hukum yang dapat menyebabkan auditor kehilangan reputasi (Geiger dan Rama, 2006). Pemberian status going concern berkaitan erat dengan reputasi auditor. Penghakiman terhadap auditor sering dilakukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah dengan melihat kondisi bangkrut tidaknya perusahaan yang diaudit. Jika perusahaan bangkrut, masyarakat tidak lagi menilai apakah auditor telah menerapkan

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dengan benar atau tidak (Purba, 2006). Ini menunjukkan bahwa reputasi auditor dipertaruhkan saat memberikan opini audit. Semakin besar Kantor Akuntan Publik dan memiliki reputasi yang baik maka kualitas auditor tersebut juga baik. Opini audit yang diterima suatu perusahaan di tahun sebelumnya menjadi salah satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit perusahaan. Arga dan Linda (2007) memberikan bukti bahwa setelah auditor mengeluarkan opini audit going concern, perusahaan harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini bersih di tahun berikutnya, jika perusahaan tidak dapat menunjukkan peningkatan keuangan, maka perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern. Penelitian Alexander (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima sebelumnya dengan opini audit tahun berjalan. Jika tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka kemungkinan besar auditor akan menerbitkan kembali opini audit going concern di tahun berikutnya. Kemampuan manajemen dalam mengelola suatu perusahaan sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Jika perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress), maka akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut (Margaretta dan Sylvia, 2005). Hal ini tentu akan mempengaruhi opini

yang diberikan auditor. Semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini going concern (Eko,dkk, 2006). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur. Industri manufaktur Indonesia memiliki peran penting dalam perekonomian. Ekspor industri manufaktur telah menyumbang sekitar 83-85% terhadap ekspor nonmigas dan sekitar 64-67% terhadap total ekspor Indonesia selama tahun 1994-2005. Bahkan kontribusi ekspor industri telah melampaui ekspor sektor pertanian dan migas sejak awal dasawarsa 1990-an (Wawan, 2009). Selama lebih dari dua puluh tahun, peran industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia telah meningkat secara substansial, dari 19% terhadap Produk Domestik Bruto tahun 1990 menjadi 26% tahun 2009 (Yati dan Yanfitri, 2010). Hal ini menunjukkan pentingnya pengungkapan opini going concern pada perusahaan manufaktur. Kebangkrutan pada perusahaan ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh reputasi auditor pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur? 2) Bagaimana pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur? 3) Bagaimana pengaruh kondisi keuangan perusahaan pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur?

1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui pengaruh reputasi auditor pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur. 2) Untuk mengetahui pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur. 3) Untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan perusahaan pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur. 1.3 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta memberikan bukti empiris mengenai pengaruh reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan kondisi keuangan perusahaan pada pemberian opini audit going concern perusahaan manufaktur serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian di masa yang akan datang. 2) Kegunaan Praktis Bagi praktisi audit, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan masukan serta dapat memberikan penilaian keputusan opini

audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di masa yang akan datang dan bagi investor dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan keputusan berinvestasi. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi 5 (lima) bab, sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan pengantar bagi pembaca untuk dapat mengetahui permasalahan yang ada dalam penelitian ini, meliputi uraian latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penyajian. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini memuat uraian sistematis tentang teori-teori dan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian sebelumnya yang akan digunakan untuk membangun rumusan hipotesis sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang objek penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis, sumber dan metode pengumpulan data serta teknik analisis yang digunakan dalam memecahkan masalah penelitian.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menyajikan hasil pengujian atas hipotesis ini dan deskripsi hasil penelitian (pembahasan) mengacu pada pokok permasalahan serta tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teknik analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bab V Penutup Bab ini menyajikan simpulan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.