I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Porphyromonas gingivalis merupakan flora normal rongga mulut dan berperan dalam perkembangan penyakit mulut seperti penyakit periodontal, halitosis, kanker mulut serta kondisi sistemik seperti diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler (Newman dkk., 2006; Ongole dan Shenoy, 2010; Katz dkk., 2011). Bakteri tersebut dapat menjadi patogen apabila terjadi penurunan fungsi sistem pertahanan tubuh dan peningkatan jumlah bakteri, yang menyebabkan keseimbangan interaksi antara host dan bakteri dalam rongga mulut terganggu (Lamont dan Jenkinson, 1998). Porphyromonas gingivalis dapat menginduksi terjadinya gingivitis dan periodontitis (Newman dkk., 2006). Unsur-unsur yang mempengaruhi virulensi Porphyromonas gingivalis, yaitu sistein protease yang disebut gingipain dan lipopolisakarida. Gingipain dapat mengubah kondisi lingkungan mulut dengan meningkatkan ph mulut yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob gram negatif lain, sehingga terjadi peningkatan jumlah bakteri dan gangguan keseimbangan flora normal rongga mulut (Cugini dkk., 2013). Gingipain juga dapat mengaktifkan sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF- α) dan interleukin-6 (IL-6) yang dapat memicu terjadinya inflamasi (Yoshino, 2007; Opree dan Kress, 2000). Dinding sel Porphyromonas gingivalis tersusun atas lipopolisakarida (LPS) yang dapat menginduksi produksi dan pelepasan sel-sel radang, seperti Reactive Oxygen Species (ROS). ROS dapat menghasilkan 1
2 senyawa radikal bebas yang bersifat sangat toksik dan mengakibatkan kerusakan komponen seluler seperti lipid, protein dan DNA (Kallapura dkk., 2014). Porphyromonas gingivalis dapat menyebabkan terjadinya halitosis (Ongole dan Shenoy, 2010). Istilah halitosis umumnya digunakan untuk mendeskripsikan bau udara pernafasan yang tidak enak yang berasal dari udara di dalam mulut mupun udara pernafasan (Sanz dkk., 2001). Halitosis dapat disebabkan oleh pembentukan Volatile Sulvur Compound (VSC) oleh aktivitas bakteri dalam rongga mulut (Chang, 2011). Gas VSC umumnya terdiri dari H 2 S (hidrogen sulfit), CH 3 SH (metil merkaptan) dan (CH 3 ) 2 S (dimetil sulfit) (Ongole dan Shenoy, 2010). Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri anaerob gram negatif dalam rongga mulut yang dapat menghasilkan metil merkaptan (Persson dkk., 1990). Penelitian yang dilakukan oleh Katz dkk. (2011) melaporkan keberadaan Porphyromonas gingivalis pada sampel karsinoma sel skuamosa gingiva. Porphyromonas gingivalis mempunyai kemampuan masuk ke dalam sel normal dan sel kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri tersebut lebih banyak terdapat pada sel epitel yang berdiferensiasi buruk dibandingkan sel epitel yang berdiferensiasi baik, namun keterkaitan antara derajat diferensiasi dan keterlibatan Porphyromonas gingivalis belum dapat dijelaskan. Porphyromonas gingivalis juga dapat meningkatkan proliferasi sel epitel gingiva sehingga dapat mengganggu siklus sel yang berperan dalam terjadinya kanker. Meskipun karsinogenesis merupakan suatu proses multifaktorial, namun keterlibatan bakteri
3 seperti Porphyromonas gingivalis yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan peningkatan proliferasi sel tidak dapat dikesampingkan (Kuboniwa dkk., 2008). Porphyromonas gingivalis berpengaruh terhadap kontrol glikemik penderita diabetes mellitus (Al-Maskari dkk., 2011). Menurut American Diabetes Association (2012), diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi dan kerja insulin atau keduanya. TNF-α dan IL-6 pada infeksi Porphyromonas gingivalis berperan terhadap kontrol glikemik penderita diabetes mellitus karena TNF-α dapat menghambat sekresi insulin, sedangkan peningkatan IL-6 dalam sirkulasi sering dihubungkan dengan terjadinya resistensi insulin (Nishihara dkk., 2009). Porphyromonas gingivalis dilaporkan dapat mempercepat perkembangan atherosclerosis (Li dkk., 2002). Atherosclerosis merupakan respon inflamasi kronis yang ditandai dengan deposisi kolesterol di dalam arteri (Maekawa dkk., 2011). LPS Porphyromonas gingivalis dapat menyebabkan respon inflamasi dan memicu peningkatan metabolisme lipid sehingga kadar lipoprotein dalam darah meningkat (Nugraha dkk., 2014). Pengendalian pertumbuhan Porphyromonas gingivalis penting dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang ditimbulkan bakteri tersebut terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik, yang dapat dilakukan dengan menggunakan obat kumur mengandung antibakteri (Newman dkk., 2006; Nishihara dkk., 2009). Obat kumur yang saat ini banyak digunakan adalah obat kumur yang mengandung clorhexidine, namun obat kumur tersebut apabila digunakan secara berkepanjangan dapat menyebabkan pewarnaan gigi dan
4 mengurangi daya pengecapan (Newman dkk., 2006). Oleh karena itu, diperlukan penelitian terhadap agen baru sebagai alternatif antibakteri khususnya terhadap Porphyromonas gingivalis. Salah satu bahan alami yang saat ini dikembangkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit adalah ekstrak kulit manggis. Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dapat digunakan untuk berbagai macam pengobatan antara lain sebagai antioksidan, antivirus, antialergi, anti-inflamasi, antijamur, antitumor dan antibakteri (Pedraza-Chaverri dkk., 2008). Ekstrak etanol kulit manggis mengandung senyawa antimikroba seperti flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, alkaloid dan xanthone (Ragasa dkk., 2010; Dewi dkk., 2013). Xanthone yang diisolasi dari kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa (Ragasa dkk., 2010). Ekstrak kulit manggis mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, Micrococcus lutus, Flavobacterium dan Enterobacterium (Torrungruang dkk., 2007; Priya dkk., 2010; Maliana dkk., 2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas timbul permasalahan sebagai berikut: Apakah ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis in vitro sehubungan dengan relevansi Porphyromonas gingivalis terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik?
5 C. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilaporkan oleh Pedraza-Chaverri dkk. (2008) menyebutkan bahwa ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dapat digunakan sebagai antioksidan, antivirus, antialergi, anti-inflamasi, antijamur, antitumor dan antibakteri. Penelitian yang dilakukan oleh Maliana dkk. (2013) melaporkan bahwa ekstrak etanol kulit manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Flavobacterium dan Enterobacterium. Penelitian tersebut menggunakan metode difusi dengan membuat sumuran pada media perbenihan dalam cawan petri dan diusap bakteri yang diperiksa. Ekstrak etanol kulit manggis konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35% dan 40% diteteskan kedalam sumuran tersebut. Perbenihan tersebut kemudian diinkubasi dan diukur garis tengah zona hambatan yang terlihat jernih di sekeliling sumuran sebagai ukuran kekuatan hambatan bahan antibakteri. Penelitian tersebut memberikan hasil konsentrasi efektif ekstrak etanol kulit manggis yang dapat menghambat pertumbuhan Enterobacter dan Flavobacterium, yaitu 30% dan 35%. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis in vitro sehubungan dengan relevansi Porphyromonas gingivalis terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik yang sejauh penulis ketahui penelitian serupa belum pernah dilaporkan.
6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui daya hambat ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis in vitro sehubungan dengan relevansi Porphyromonas gingivalis terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan tambahan informasi ilmiah mengenai daya hambat ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis in vitro sehubungan dengan relevansi Porphyromonas gingivalis terhadap perkembangan penyakit mulut dan kondisi sistemik. 2. Hasil penelitian menggunakan kulit manggis dapat memotivasi masyarakat untuk membudidayakan tanaman manggis. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau referensi penelitian selanjutnya. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ekstrak etanol kulit manggis sebagai salah satu alternatif antibakteri yang terkandung dalam obat kumur.