BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desain penelitian ini adalah eksperimental in vivo pada hewan uji.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendorong seseorang untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad,

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

Lampiran 1. Protokol Hypobaric Chamber untuk Bedah Tikus

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

1. Persentasi penyerapan zat besi dari tiga jenis makanan sebagai berikut (data fiktif)

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. LEMBAR PENJELASAN CALON SUBJEK PENELITIAN

Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Identifikasi Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB V HASIL PENELITIAN

RESPONS ANTIINFLAMASI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding. x = g/kgbb/hr

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka

LAMPIRAN A DETERMINASI BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

Interpretasi: Output Test of Homogenity of Variance Dari hasil output diatas dapat diketahui nilai probabilitas untuk hasil belajar dengan nilai

BAB IV HASIL PENELITIAN. cacing Ascaris suum Goeze yang mati pada perendaman dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Ceplukan (Physalis angulata L).

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari Laboratorium Parasitologi, Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Pakan Br2 Gambar Obat Streptozotosin. Gambar Kandang Tikus. dan Nikotinamid

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB 5 HASIL. Hasil perhitungan perkembangan tumor disajikan pada tabel sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN PUTRI MALU

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

Lampiran 1 Surat keterangan lolos etik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

LAMPIRAN A SURAT DETERMINASI TANAMAN MONDOKAKI

Perlakuan Lama Waktu 2 minggu. 4 Minggu. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid. Ket: (I). Inti, (L).Lemak. Ket: (I). Inti, (S).Sinusoid

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

Sampel darah sebelum disentrifuge Sampel darah setelah disentrifuge

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar minyak kemangi. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB V HASIL. berat badan gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN DOSIS

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 TABEL STATISTIK

BAB IV METODE PENELITIAN

Lampiran 1: Data Sebelum Dan Sesudah Perlakuan. Kadar Glukosa Darah Puasa (mg%) Setelah Induksi Aloksan. Setelah Perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding

Lampiran 1: Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan. Marmot. Kelinci. 400 g. 1,5 kg 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Ekstrak Air Daun Stroberi (EADS)

Transkripsi:

51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Desain penelitian ini adalah eksperimental in vivo pada hewan uji. Penelitian ini menggunakan subjek 33 ekor tikus (spraguey dawlew jantan) yang diseleksi berdasarkan kriteria inklusi penelitian, yaitu jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan, berat badan 250-300 gram, kondisi sehat, dan aktif.. Pada penelitian ini, sebelum subjek dilakukan induksi luka, tikus (Spraguey dawley jantan) jantan dilakukan anestesi dengan inhalasi clorofom untuk mengurangi rasa sakit. Clorofom akan menghasilkan efek sedasi dan tikus akan sedikit tenang saat diberikan perlukaan. Tikus didiamkan hingga lemas, dilanjutkan dengan induksi luka menggunakan larutan hidrogen peroksida 35% yang di aplikasikan menggunakan micro brush pada daerah gingival gigi anterior mandibula tikus. Pemberian aplikasi gel ekstak daun pepaya konsentrasi 75% dan kenalog dilakukan setelah 24 jam pasca induksi luka sesuai kelompok perlakuan, diaplikasikan pada gingiva tikus yang telah di beri perlukaan dengan menggunakan micro brush tanpa adanya kontak antara brush dengan area luka. Kelompok kontrol positif pada penelitian ini menggunakan kenalog. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran diameter luka menggunakan sliding caliper pada beberapa tikus yang dilakukan bersamaan dengan dekapitulas pada hari ke-1, ke-3, ke-5dan ke-7 sebanyak empat kali yaitu dekapitulasi rahang pada hari pertama, ketiga, kelima dan ketujuh pasca diberi 51

52 perlakuan. Pengamatan dilakukan pada hari pertama, ketiga, kelima dan ketujuh. Prosedur untuk mengambil rahang tikus dengan melakukan proses euthanasia menggunakan klorofom. Tikus dimasukkan ke dalam toples yang tertutup rapat, setelah tikus mati proses pengambilan rahang dilakukan dengan menggunakan gunting bedah. Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi, Universitas Gadjah Mada. Jumlah sel PMN dapat dilihat dengan pewarnaan HE. Preparat selanjutnya diamati di Laboratorium Histopatologi FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pembacaan preparat dengan mikroskop cahaya yang dihubungkan dengan kamera pada perbesaran 40x, sehingga pengamatan jumlah sel PMN dapat diambil dan diteliti sesuai perhitungan rata-rata jumlah sel PMN yang menjadi tolak ukur kesembuhan luka secara mikroskopis pada penelitian ini.

53 A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini, diperoleh dari data yang didapat dari pengukuran diameter luka dapat dilihat pada tabel 1 dan pembacaan preparat jumlah sel pmn yang dibaca pada 5x lapang pandang pada perbesaran 40x untuk melihat proses penyembuhan luka dapat dilihat pada tabel 6. 1. Diameter Luka Berikut merupakan gambaran diameter luka pada gingiva tikus spraguey dawley jantan : Gambar 6. Diameter Luka Pasca induksi luka pada gingiva tikus

54 Berikut cara perhitungan rata-rata diameter luka : Rata-rata diameter = dx(1)+dx(2)+dx(3) 3 Gambar 7. Diameter luka pada hari ke- 1 Gambar 8. Diameter luka pada hari ke-3

55 Gambar 9. Diameter luka pada hari ke- 5 Gambar 10. Diameter luka pada hari ke- 7

56 Tabel 1. Rata-Rata Diameter Luka Gingiva Tikus (Spraguey Dawley) Jantan Kelompok perlakuan Diameter luka (mm) Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7 Kelompok I 1,00 0,50 0,10 0,00 Kelompok II 1,20 0,80 0,10 0,00 Kelompok III 3,00 2,20 1,70 0,50 Keterangan : Kelompok I : Kontrol positif (kenalog) Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% Kelompok III : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data dari Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata diameter terkecil pada kelompok 1 kontrol positif dengan rata-rata diameter luka adalah sebesar 0,00 pada hari ketujuh, pada kelompok II perlakuan dengan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% dengan rata-rata sebesar 0,00 pada hari ketujuh, pada kelompok III kontrol negatif sebesar 0,50 pada hari ketujuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa diameter luka hari ketujuh pada ketiga kelompok perlakuan tersebut secara konsisten menunjukkan penurunan diameter luka pada proses penyembuhan luka pasca diinduksikan luka hidrogen peroksida 35% pada tikus (spraguey dawley) jantan, dan pada hari ketujuh kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% dan kelompok I kontrol positif perlakuan menggunakan kenalog menunjukan bahwa keduanya memiliki ukuran diameter yang sama yaitu 0,00.

57 Pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian, dengan menggunakan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan tiap perlakuan dan uji lanjutan dengan uji Post Hoc Least Significant Differences, tetapi sebagai persyaratan untuk melakukan uji One Way Anova, maka sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk, karena jumlah sampel pada penelitian ini kurang dari 50, yaitu sebesar 33 sampel dan dilakukan uji homogenitas data. Uji Shapiro Wilk sesuai dengan data pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pada Pengukuran Diameter Luka tikus spraguey dawley jantan Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kelompok I.193 4..986 4.938 Kelompok II.271 4..897 4.416 Kelompok III.245 4..916 4.517 Keterangan : Kelompok I : Kontrol positif (kenalog) Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% Kelompok III : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data pada Tabel 2, menunjukan bahwa hasil uji normalitas Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi penurunan diameter luka setiap kelompok sebesar (0,938, 0,416 dan 0,517) sehingga (p-value > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa data jumlah sel PMN memiliki distribusi data yang normal. Perhitungan data dilanjutkan dengan uji homogenitas. Tujuan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians data pada setiap kelompok, karena syarat untuk melakukan uji parametrik One Way Anova, varians data harus sama. Uji homogenitas sesuai data pada Tabel 4

58 Tabel 3. Hasil Uji homogenitas Pengukuran Diameter Luka Tikus Spraguey Dawley Jantan Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.201 2 9.345 Dari hasil uji homogenitas diperoleh data signifikansi dengan nilai (pvalue= 0,345) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4, hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen karena nilai (p > 0,05). Pengujian distribusi dan variansi data didapatkan hasil normal dan variansinya sama, maka data tersebut dapat dilakukan pengujian berikutnya dengan menggunakan uji hipotesis parametrik One Way Anova. Uji One Way Anova sesuai dengan data pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji One Way Anova Pada Pengukuran Diameter Luka Tikus Spraguey Dawley Jantan Diameter Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 5.165 2 2.583 4.746.039 Within Groups 4.898 9.544 Total 10.063 11 Berdasarkan data pada Tabel 4, menunjukan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,039 sehingga (p < 0,05), nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas penurunan diameter luka pada tiap kelompok perlakuan. Pada uji One Way Anova hanya dapat menunjukkan ada tidaknya perbedaan efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji Post Hoc Least Significant Differences, sesuai dengan Tabel 5.

59 Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc LSD Diameter Luka Tikus Spraguey Dawley Jantan (I) sampel (J) sampel Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Lower Bound Interval Upper Bound KL EP -.12500.52162.816-1.3050 1.0550 AQ -1.45000 *.52162.021-2.6300 -.2700 EP KL.12500.52162.816-1.0550 1.3050 AQ -1.32500 *.52162.032-2.5050 -.1450 AQ KL 1.45000 *.52162.021.2700 2.6300 EP 1.32500 *.52162.032.1450 2.5050 Keterangan : KL (Kelompok I) : Kontrol positif (kenalog) EP (Kelompok II ) : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% AQ (Kelompok III) : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data pada Tabel 6, menunjukkan bahwa Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 1.45000 dibandingkan dengan kelompok I dan hasil dari kelompok III dengan kelompok II sebesar 1.32500, sedangkan hasil antara kelompok II dengan kelompok I sebesar 12500. Hasil dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) konsentrasi 75% efektif terhadap penurunanan jumlah diameter luka yang signifikan dibandingkan dengan kelompok III (aquades) pada proses penyembuhan luka akibat efek samping bahan bleaching tikus (spraguey dawley) jantan, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti.

60 2. Sel PMN Berikut merupakan gambaran sel pmn pada gingiva tikus spraguey dawley jantan : Gambar 11. Salah satu sel PMN yang ditemukan pasca induksi luka Gambar 12. Jumlah sel PMN pada hari ke- 1

61 Gambar 13. Jumlah sel PMN pada hari ke- 3 Gambar 14. Jumlah sel PMN pada hari ke- 5

62 Gambar 15. Jumlah sel PMN pada hari ke- 7 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5x lapang pandang dengan perbesaran 40x didapatkan hasil sebagi berikut : Tabel 6. Jumlah Sel PMN Tikus Spraguey Dawley Jantan Kelompok Hari Dekapitula si Lapang pandang 1 Lapang pandang 2 Jumlah Sel PMN Lapang pandang 3 Lapang pandang 4 Lapang pandang 5 Ratarata I 1 9 9 9 9 6 8 3 4 7 3 4 4 4,4 5 4 6 4 3 5 3,6 7 2 2 4 2 2 2,2 II 1 9 10 10 6 6 8,2 3 5 6 4 5 4 4,8 5 4 7 4 2 4 4 7 2 3 3 2 3 2,4 III 1 25 37 15 11 13 20,2 3 15 24 16 8 19 16,4 5 20 12 9 11 19 14 7 18 9 4 13 11 11

63 Keterangan : Kelompok I : Kontrol positif (kenalog) Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% Kelompok III : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data dari Tabel 6, menunjukkan bahwa jumlah sel PMN terkecil pada kelompok I kontrol positif dengan rata-rata jumlah sel pmn sebesar 2,2 pada hari ketujuh, pada kelompok II perlakuan dengan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% dengan rata-rata sebesar 2,4 pada hari ketujuh, pada kelompok III kontrol negatif sebesar 11,0 pada hari ketujuh. Secara umum dapat dikatakan bahwa hari dekapitulasi hari ketujuh pada kelima kelompok perlakuan tersebut secara konsisten menunjukkan penurunan jumlah sel PMN pada proses penyembuhan luka pasca diinduksikan luka hidrogen peroksida 35% pada tikus (spraguey dawley) jantan, dan pada hari ketujuh kelompok II perlakuan gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% dan kelompok I kontrol positif perlakuan menggunakan kenalog menunjukan bahwa keduanya memiliki perbedaan jumlah yang tidak signifikan yaitu kelompok II sebesar 2,4 dan kelompok I sebesar 2,2, ini menunjukan bahwa keduanya memiliki efektifitas yang hampir mendekati. Pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian, dengan menggunakan uji One Way Anova untuk melihat perbedaan tiap perlakuan dan uji lanjutan dengan uji Post Hoc Least Significant Differences, tetapi sebagai persyaratan untuk melakukan uji One Way Anova, maka sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro Wilk, karena jumlah sampel

64 pada penelitian ini kurang dari 50, yaitu sebesar 33 sampel dan dilakukan uji homogenitas data. Uji Shapiro Wilk sesuai dengan data pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk data Jumlah Sel PMN Sampel Kolmogorov- Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. sel_pmn Kelompok I.274 4..925 4.563 Kelompok II.258 4..945 4.687 Kelompok III.149 4..996 4.986 Keterangan : Kelompok I : Kontrol positif (kenalog) Kelompok II : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% Kelompok III : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data pada Tabel 7, menunjukan bahwa hasil uji normalitas Shapiro-Wilk diperoleh nilai signifikansi penurunan jumlah sel PMN setiap kelompok adalah kelompok I II dan III I (0,563, 0,687, dan 0,986) sehingga (p-value > 0,05). Hal ini menunjukan bahwa data jumlah sel PMN memiliki distribusi data yang normal. Perhitungan data dilanjutkan dengan uji homogenitas. Tujuan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varians data pada setiap kelompok, karena syarat untuk melakukan uji parametrik One Way Anova, varians data harus sama. Uji homogenitas sesuai data pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas pada jumlah sel PMN Levene Statistic df1 df2 Sig..695 2 9.524

65 Dari hasil uji homogenitas diperoleh data signifikansi dengan nilai (sig = 0,524) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9, hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen karena nilai (p > 0,05). Pengujian distribusi dan variansi data didapatkan hasil normal dan variansinya sama, maka data tersebut dapat dilakukan pengujian berikutnya dengan menggunakan uji hipotesis parametrik One Way Anova. Uji One Way Anova sesuai dengan data pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji One Way Anova Jumlah Sel PMN Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 305.487 2 152.743 16.834.001 Within Groups 81.660 9 9.073 Total 387.147 11 Berdasarkan data pada Tabel 10, menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,001 atau (p < 0,05), nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas penurunan jumlah sel PMN pada tiap kelompok perlakuan. Pada uji One Way Anova hanya dapat menunjukkan ada tidaknya perbedaan efektifitas antara kelompok perlakuan, untuk mengetahui besar perbedaan efektifitas dari setiap kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjutan. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji Post Hoc Least Significant Differences, sesuai dengan Tabel 10.

66 (I) sampel (J) sampel Tabel 10.Hasil Uji Post Hock LSD Kelompok Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound AQ EP 10.55000 * 2.12995.001 5.7317 15.3683 KL 10.85000 * 2.12995.001 6.0317 15.6683 EP AQ -10.55000 * 2.12995.001-15.3683-5.7317 KL.30000 2.12995.891-4.5183 5.1183 KL AQ -10.85000 * 2.12995.001-15.6683-6.0317 EP -.30000 2.12995.891-5.1183 4.5183 Keterangan : KL (Kelompok I) : Kontrol positif (kenalog) EP (Kelompok II ) : Gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75% AQ (Kelompok III) : Kontrol negatif (aquades) Berdasarkan data pada Tabel 10, menunjukkan bahwa Mean Difference tertinggi pada kelompok III yaitu sebesar 10,85000 dibandingkan dengan kelompok I dan hasil dari kelompok III dengan kelompok II sebesar 10,55000, sedangkan hasil antara kelompok I dengan kelompok II sebesar 3000. Hasil dari data-data tersebut menunjukan bahwa pemberian gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) konsentrasi 75% efektif terhadap penurunanan jumlah sel PMN pada proses penyembuhan luka akibat efek samping bahan bleaching tikus (spraguey dawley) jantan, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti.

67 B. Pembahasan Pada penelitian ini 24 jam setelah dilakukan induksi luka secara makroskopis terjadi pembentukan luka (Gambar 16) dan secara mikroskopis terjadi peningkatan jumlah sel PMN, dapat dilihat pada (Gambar 17). Sesuai dengan sumber yang mengatakan bahwa sel PMN jarang ditemukan dalam jaringan ikat normal, dan akan berjumlah banyak pada saat proses inflamasi (Bloom dan Fawcet, 2002). Pada fase inflamasi terjadi reaksi vaskuler dan komponen seluler pada tempat terjadinya luka yang ditandai dengan banyaknya sel radang seperti leukosit polimorfonuklear (Kumar dkk., 2005). Gambar 16. Diameter luka pasca induksi bahan hidrogen peroksida 35% sebelum diberikan perlakuan obat

68 Gambar 17. Peningkatan jumlah sel PMN pasca induksi luka sebelum diberikan perlakuan obat Hasil pengukuran diameter dan pengamatan jumlah sel PMN menunjukkan bahwa pada kelompok I kontrol positif (kenalog ), kelompok II gel ekstrak daun pepaya (carica pepaya L.) 75%, kelompok III kontrol negatif (aquades), secara umum tampak terjadinya penurunan diameter luka dan penurunan jumlah sel PMN, tetapi pada kelompok II (ekstrak pepaya (carica papaya L.) 75% dan kelompok I ( kenalog) menunjukan penurunan yang cepat dibandingkan kelompok III (aquades), menurut (Dian, 1997) Sel PMN akan terus meningkat apabila luka pada gingiva bertambah parah melalui proses yaitu bermigrasinya sel PMN ke jaringan yang mengalami radang dan memulai fagositosis. Pada hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian tentang zat antiinflamasi yang diambil dari tanaman rimpang yang dilakukan (Nitawati dkk., 2014) bahwa pada hari ke-1 terlihat warna kemerahan dan pembengkakan pada margin gingiva, hari ke-3 terlihat gambaran klinis kemerahan yang telah menurun dibandingkan hari ke-1, hari

69 ke-4 tidak terlihat warna kemerahan maupun pembengkakan kemungkinan telah terjadi proses penyembuhan, dan hari ke-5 pada kelompok perlakuan tidak terlihat gambaran kemerahan maupun pembengkakan. Berdasarkan kelompok perlakuan, pada data diameter luka yang dapat dilihat pada tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok II gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% dan kelompok I (kenalog) memiliki ukuran diameter terkecil pada hari ke- 7 yaitu sama-sama memiliki rerata diameter 0,00 mm (Gambar 10). Luka akan sembuh melalui reaksi inflamasi, tujuannya adalah agar membentuk jaringan parut yang keras yang akan menggabungkan bagian yang luka sehingga diameter luka mengecil dan mengembalikan fungsinya seperti semula. Proses penyembuhan luka berasal dari proliferasi epitel sepanjang tepi-tepi luka (Sabiston, 1995). Pada data jumlah sel PMN yang dapat dilihat pada tabel 7 menunjukan bahwa jumlah terkecil diantara semua kelompok perlakuan lainnya adalah pada kelompok I kontrol positif (kenalog ) yaitu dengan rerata sebesar 2,2 dan tidak berbeda jauh dengan kelompok II gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% yang memiliki rerata sebesar 2,4 pada hari ketujuh sehingga selisih diantaranya sangat kecil (Gambar 15). Penurunan diameter luka dan jumlah sel PMN yang terjadi pada klompok II gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 75% ini disebabkan oleh adanya zat antiinflamasi pada daun pepaya sesuai sumber yang di dapat mengatakan bahwa daun pepaya sering digunakan dalam pengobatan

70 tradisional. Dilaporkan bahwa tanaman ini memiliki kandungan kimia yaitu alkaloid, saponin dan flavonoid pada daun, akar dan kulit batangnya, mengandung polifenol pada daun dan akarnya, serta mengandung saponin pada bijinya (Depkes 2000) Menurut Douglas dkk (2002), konsentrasi ekstrak tanaman yang terlalu rendah hanya mengandung senyawa aktif kimia dalam jumlah yang sedikit sehingga fungsi biologisnya menjadi tidak optimal. Hasil penelitian ini didapatkan penurunan diameter luka disertai penurunan jumlah sel PMN pada kelompok perlakuan II gel ekstrak daun pepaya (carica papaya L.) 75% lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Sifat antiradang dari flavonoid telah terbukti baik secara in vitro maupun in vivo. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya radang melalui dua cara, yang pertama menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel endotelial, dan yang kedua menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses radang. Terhambatnya pelepasan asam arakidonat dari sel radang akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan di satu sisi dan asam hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrien di sisi lainnya (Sabir, 2003) Pada fase inflamasi, flavonoid berperan membatasi radikal bebas seperti Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan yang berlebihan (Rodhiyah & Sulistiyawati, 2011). Flavonoid juga dapat

71 meningkatkan ekspresi reseptor insulinlike growth factor-1 (IGF-1) sebagai mediator proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen (Nayak dkk., 2009). Flavonoid juga dapat digunakan sebagai vasculoprotector agent yang merupakan agen untuk memperbaiki peredaran darah vena dengan meningkatkan tonus pembuluh serta mengurangi edema. Sifat-sifat yang dimiliki oleh flavonoid ini dipertimbangkan memiliki peran dalam proses penyembuhan luka (Hasanoglu dkk., 2001). Flavonoid berasal dari kata flavon atau fenil 2 kromosom yang mempunyai kerangka dasar ϒ piron. Flavonoid mempunyai struktur kerangka dasar C6-C3-C6. Setiap gugus C6 merupakan cincin benzena yang berikatan dengan C3 (tiga atom karbon) yang merupakan rantai alifatis yang dapat pula membentuk cincin ketiga (Sabir, 2003). Flavonoid tersebar dalam fotosintesi sel dan tersebar luas di semua tanaman. Senyawa ini dapat ditemukan di buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, batang dan bunga. Flavonoid adalah istilah genetik yang digunakan untuk aromatik senyawa oksigen heterosiklik yang berasal dari 2-phinil-benzo(α) pirin atau inti flavon yang terdiri dari dua cincin benzene (A dan B) dihubungkan melalui cincin pirin heterosiklik (C). flavonoid telah diteliti bahwa flavonoid mempunyai aktivitas biologis dan farmakologis, antara lain sebagai antibakteri karena flavonoid mempunyai gugus hidroksil, anti inflamasi, inhibisi enzim, aktivitas alergi, aktivitas antitumor sitotoksik (Sari dkk., 2011) Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya inflamasi yaitu pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pelepasan asam arakidonat dan

72 sekresi enzim lisosom dari membran dengan memblok jalur siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2, sementara konsentrasi rendah hanya memblok jalur lipoksigenase. Asam arakidonat dari sel inflamasi yang terhambat akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakidonat bagi jalur sirklooksigenase dan lipoksigenase, yang akhirnya menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan saru sisi dan asam hidroperoksida, asan hidroksieikosatetraienoat, leukotrin disisilainnya (Sabir, 2003). Saponin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka dan menghentikan perdarahan. Saponin memiliki sifat mengendapkan (precipitating) dan mengumpulkan (coagulating) sel darah merah (Harisaranraj dkk., 2009). Efek antibakteri saponin berperan dalam mengoptimalkan pembentukan kolagen kelompok perlakuan, dengan mencegah kerusakan jaringan akibat bakteri dan produknya. Hal ini juga dapat menstimulasi respons inflamasi (Middleton, 2000). Tanin melakukan aktivitas penyembuhan luka dengan meningkatkan regenerasi dan organisasi dari jaringan baru (Karodi dkk., 2009). Kelebihan lain yang dimiliki tanin diantaranya meringankan rasa nyeri, membatasi terjadinya infeksi sekunder, mencegah hilangnya plasma, dan promosi epitelisasi yang produktif (Hasselt, 2005). Tanin berfungsi sebagai astringen yang menyebabkan pengecilan pori-pori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat, dan pendarahan yang ringan, antiseptik dan obat luka bakar (Darwin, 2011)