BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskular (World Health Organization,2010). Pada tahun 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

1

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI DESA TANJUNGSARI KECAMATAN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN HUBUNGAN STRES DENGAN KENAIKAN TEKANAN DARAH PASIEN RAWAT JALAN

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

WIJI LESTARI J

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. diastoliknya lebih dari 90 mmhg. ( Smeltzer, Suzzane, 2002 )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia karena tingginya tingkat prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular (World Health Organization,2010). Pada tahun 2008 prevalensi penderita hipertensi di dunia berjumlah sekitar 40% atau sekitar 1 milyar jiwa dengan prevalensi tertinggi penderita hipertensi terdapat di Benua Afrika yaitu dengan jumlah prevalensi 46% sedangkan prevalensi penderita hipertensi terendah terdapat di Benua Amerika dengan jumlah prevalensi 35% (WHO, 2012). Prevalensi hipertensi di Benua Asia menduduki urutan ke 3 dengan prevalensi sebesar 44% (WHO, 2014). Penyakit hipertensi di Indonesia merupakan salah satu penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Masalah hipertensi di Indonesia cenderung meningkat dibuktikan dengan Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2000 sebesar 21% dan meningkat pada tahun 2001 dan 2004 sebesar 26,4% dan 27,5%. Pada tahun 2015 prevalensi penderita hipertensi diperkirakan meningkat dari 37% dan menjadi 42% pada tahun 2025 (Apriany, 2012). Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia tahun 2007 sebesar 31,7% pada umur 18 tahun ke atas dengan prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 39,6% sedangkan prevalensi terendah di Papua Barat sebesar 20,1%. Di Provinsi jawa timur prevalensi penderita hipertensi pada tahun 2007 masih lumayan tinggi dengan 1

2 tingkat prevalensi sebesar 30,9% (Kemenkes RI, 2014). Pada tahun 2010 masalah hipertensi di Jawa Timur menempati urutan ke 12 dari 34 provinsi di Indonesia (Infodatin, 2013). Penyakit hipertensi atau yang sering disebut dengan penyakit darah tinggi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat maupun mendadak (Agoes, 2011). Seseorang dikatakan memiliki hipertensi ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Terkadang seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami penyakit hipertensi karena seseorang tersebut tidak mengalami tanda gejala yang menunjukkan adanya hipertensi, oleh sebab itu hipertensi sering disebut dengan sillent killer ( Smeltzer and Bare, 2002). Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya hipertensi meliputi faktor mayor yaitu faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan dan faktor minor yaitu faktor risiko yang masih dapat dikendalikan. Keturunan, ras, jenis kelamin, dan usia merupakan faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor). Sedangkan kurang olahraga, merokok, pola pikir, pekerjaan, obesitas, minum kopi, alkohol, pola makan, stress merupakan faktor risiko yang masih dapat dikendalikan (minor) (Andria, 2013).Upaya penanganan terhadap penderita hipertensi dititik beratkan pada faktor yang masih bisa dikendalikan seperti mengubah gaya hidup yang negatif dari penderita hipertensi itu sendiri. Gaya hidup negatif dapat dipengaruhi oleh pola pikir yang kurang baik misalnya karena beban dalam pikiran yang

3 menumpuk dan mekanisme koping yang kurang baik sehingga lama kelamaan mengakibatkan stress. Stres atau ketegangan emosional dapat mempengaruhi system kardiovaskular. Secara psikologis stress dapat meningkatkan tekanan darah, oleh sebab itu penderita hipertensi harus mampu mengendalikan emosi (Marliani, 2007). Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memantau,mengenali, mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan yang dimilikinya untuk mengarahkan pikiran dan tindakan orang lain (Goleman, 2001). Dalam kehidupan sehari-hari seperti bermasyarakat, pengendalian emosi sangat penting karena dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan nyaman sehingga dapat meminimalkan stress karena beban pikiran dan emosi yang tidak terkontrol. Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam semua aspek kehidupan mulai dari keluarga, pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosial (Notoatmodjo, 2012).Terdapat lima dimensi kecerdasan emosional menurut Goleman (2005) yaitu meliputi mengetahui emosi dalam diri sendiri, mengatur emosi diri sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, dapat mendukung dan memahami emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kiki Mellisa Andria (2013) diperoleh hasil ada hubungan antara stress dengan tingkat hipertensi, dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa stress terjadi karena adanya permasalahan dalam keluarga seperti masalah dengan anaknya, suaminya, maupun anggota keluarga yang lain. Dalam setiap permasalahan,

4 kebanyakan responden memilih untuk diam dan memendam dalam hati daripada mengutarakan kepada orang lain atau mencurahkan isi hati kepada orang lain untuk menemukan solusi. Menurut penelitian Bhochhibhoya & Brancum (2015) tentang kecerdasan emosional dalam promosi kesehatan publik dan pendidikan menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah sebuah konsep yang muncul untuk memahami kesehatan mental dan perilaku manusia, pentingnya kecerdasan emosional untuk promosi kesehatan tidak dapat terlewatkan, misalnya emosi yang tidak terkendali terhadap situasi dapat menyebabkan stres dan dapat menyebabkan gejala fisiologis tertentu seperti hipertensi, sehingga kecerdasan emosional seseorang membantu orang tersebut untuk melakukan promosi kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Kecamatan Pacitan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pacitan yang menjadi denyut nadi perekonomian dan Pemerintahan di Kabupaten Pacitan dengan jumlah penduduk 76.512 jiwa. Kecamatan Pacitan merupakan wilayah yang kepadatan penduduknya paling tinggi dibanding kecamatan lain di Kabupaten Pacitan, kecamatan Pacitan memiliki penduduk yang heterogen dan sangat majemuk serta memiliki keberagaman dalam tingkat sosial dan pendidikannya sehingga kecamatan Pacitan menjadi tolok ukur bagi kecamatan lain di Kabupaten Pacitan. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan pada tahun 2011 menunjukkan kasus hipertensi sebesar 4.805 kasus dari jumlah total penduduk kabupaten Pacitan yaitu sebesar 576,392 jiwa (Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, 2011).

5 Kecamatan Pacitan memiliki 20 desa dan 5 kelurahan, salah satu desa di kecamatan Pacitan adalah Desa Tanjungsari. Desa Tanjungsari merupakan salah satu desa di Kecamatan Pacitan yang penduduknya paling tinggi menderita hipertensi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 25 Oktober 2015 dengan jumlah 8 responden penderita hipertensi diambil dari 5dusun yang terdapat di Desa Tanjungsari yaitu Dusun Tanjung, Kebonredi, Bengkal, Gemulung, Ngledok. Peneliti memperoleh5 dari 8 responden tersebut mempunyai kecerdasan emosi yang rendah dengan derajat hipertensi sedang dan berat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut apakah ada hubungan kecerdasan emosional dengan derajat hipertensi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan derajat hipertensi di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kecerdasan emosional di Desa Tanjungsari, Kecamatan Pacitan. b. Mengetahui gambaran hipertensi di Desa Tanjungsari,Kecamatan Pacitan.

6 c. Menganalisa hubungan kecerdasan emosional dengan derajat hipertensi di Desa Tanjungsari,Kecamatan Pacitan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan ilmu serta dapat memperoleh pengalaman dalam meneliti hubungan kecerdasan emosional dengan angka kejadian hipertensi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta informasi bagi responden tentang kecerdasan emosional yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi sehingga responden dapat melakukan pencegahan sedini mungkin. b. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan memperoleh pengalaman nyata bagi penulis dalam melakukan penelitian serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama dibangku kuliah. c. Bagi Perawat Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan pada perawat untuk mengenali dan memahami kecerdasan emsional pada penderita hipertensi.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Andria, Kiki Mellisa (2013) dengan judul hubungan antara perilaku olahraga, stress, dan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Populasinya adalah 144 lansia dengan pengambilan sampel secara random menggunakan simple random sampling sehingga didapat sample 107 lansia. Pengujian dengan uji Chi-Square menunjukkan perilaku olahraga dan stress mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya hipertensi pada lansia, dengan hasil diperoleh p = 0.000 (p < 0,05) untuk perilaku olahraga dan p = 0,047 (p < 0,05) untuk perilaku stress. Kesimpulan yang didapat ada hubungan antara perilaku olahraga dan stress dengan tingkat hipertensi pada lansi di posyandu kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena penelitian ini meneliti tentang bagaimana hubungan antara kebiasaan olahraga, pola makan, dan stress dengan tingkat hipertensi, sedangkan peneliti ingin meneliti bagaimana hubungan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh penderita hipertensi. 2. Akbar, Sukma Noor (2013) dengan judul hubungan antara kecerdasan emosional dengan stress kerja pada perawat. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif dan korelasional dengan menggunakan teknik korelasi Pearson. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan

8 diperoleh korelasi antara kecerdasan emosional dengan stress kerja pada perawat di RSUD Banjarbaru. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena dalam penelitian ini meneliti tentang kecerdasan emosional dengan stress kerja sedangkan peneliti akan meneliti tentang bagaimana hubungan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh penderita hipertensi. 3. Suoth, Meylen.,Bidjuni, Hendro.,Malara, Reginus T (2014) dengan judul hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi di puskesmas kolonan kecamatan kalawat kabupaten minahasa utara. Metode penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional, pemilihan sample menggunakan Purposive sampling. Sampel 32 responden, pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kemudian data yang sudah terkumpul diolah dengan bantuan komputer dan memakai uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan (α)0,05. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah gaya hidup sangat mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena dalam penelitian ini meneliti tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi sedangkan peneliti akan meneliti tentang bagaimana hubungan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh penderita hipertensi. 4. Rachmi, Filia (2010) dengan judul Pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini menggunakan metode survei yang

9 menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Yogyakarta dan Semarang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa tingkat akhir UGM dan Universitas Diponegoro. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa kecerdaan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan karena dalam penelitian ini meneliti tentang Pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan perilaku belajar terhadap tingkat pemahaman akuntansi sedangkan peneliti akan meneliti tentang bagaimana hubungan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh penderita hipertensi.