BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk biologis, manusia memerlukan makanan yang mengandung gizi untuk menunjang kebutuhan metabolisme tubuh. Makanan tersebut sebelum diabsorbsi terlebih dahulu akan melalui proses cerna. Proses pencernaan akan berlangsung dengan baik apabila sistem pencernaan di tubuh kita normal, apabila salah satu dari bagian sistem pencernaan kita mengalami gangguan, maka proses pencernaan makanan akan terhambat. Pola kebiasaan yang tidak baik juga merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan. Salah satu gangguan atau masalah kesehatan yang sering dijumpai dari sistem pencernaan adalah appendisitis. Penyakit ini sering terjadi pada mereka yang mengkonsumsi makanan rendah serat. Hal diatas menyebabkan kurangnya kemampuan membentuk massa feses yang menyambung, guna merangsang peristaltik usus. Jika rangsangan peristaltik usus menurun maka akan terjadi konstipasi, kemudian feses akan mengeras dan dapat menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan penyakit appendisitis. Insidensi maksimum appendisitis akut terjadi pada dekade kedua dan ketiga dari kehidupan, walau penyakit tersebut dapat terjadi setiap saat dari kehidupan, namun relatif ditemukan pada usia yang ekstrim. Laki laki dan perempuan memiliki resiko yang sama, kecuali antara pubertas dan usia 25 tahun, yaitu pada laki laki frekuensinya lebih tinggi dengan rasio 3 : 2. Perforasi relatif lebih sering terjadi pada bayi dan pada usia lanjut
(Isselbachter, 2000). Appendisitis dapat terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit ini sering dijumpai pada orang dewasa muda antara 10 30 tahun (Smeltzer & Bare, 2002). Didapatkan perbandingan jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin hampir sama antara laki laki dan perempuan, yaitu 19 ( 45,2%) : 23 ( 54, 8%), berdasarkan klasifikasi usia lebih dari 5 tahun sebanyak 8 (19%), 15-64 tahun sebanyak 33 ( 78,6% ) dan lebih dari 64 tahun sebanyak 1 ( 2,4%). Diagnosis yang paling banyak ialah appendisitis akut simple sebanyak 37 (88,1%) dan appendisitis komplikata sebanyak 5 ( 11,9%) Terdiri dari 3 perforasi, 1 peritonitis dan 1 abses appendisitis.( Fatmawati, 2009) Appendisitis adalah peradangan dari appendiks fermiformis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen appendiks, obtruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena fibrosis akibat peradangan neoplasma. (Mansjoer, 2000). Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Ulserasi mukosa merupakan langkah awal dari terjadinya appendisitis pada lebih dari sebagian kasus, lebih sering dari pada sumbatan dari lumen (Price, 2006). Salah satu pengobatan pada appendisitis simple adalah appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks yang meradang dan perlu dilakukan pembedahan appendiktomi sewaktu waktu. Keterlambatan pembedahan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya 20 % penderita mengalami perforasi appendiks, peritonitis, abses appendiks, pileflebitis dan
lain lain. Angka kematian yang timbul akibat terjadinya perforasi adalah 10 15% dari kasus yang ada. Faktor faktor yang mempengaruhi keterlambatan penanganan appendisitis akut yang berakibat timbulnya komplikasi dapat berasal dari pasien dan tenaga medis, faktor pasien meliputi biaya dan faktor tenaga medis meliputi kesalahan diagnosis atau menunda tindakan bedah (Anderson, 2001). Peran perawat pada pasien appendisitis sangat banyak. Disini perawat sangat diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi sedini mungkin. Komplikasi yang dapat terjadi apabila appendisitis tidak segera ditangani diantaranya dapat menyebabkan terjadinya perforasi, peritonitis, serta abses appendisitis. Pada pasien post appendiktomi, peran perawat juga penting yaitu dengan adanya luka operasi yang dialami oleh klien, maka dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks mulai dari nyeri, resiko terjadi infeksi, resiko perdarahan, serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Mengingat begitu banyaknya masalah keperawatan yang muncul pada klien post operasi appendiktomi, maka penullis tertarik untuk mengambil judul karya tulis ilmiah Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Post Operasi Appendiktomi di Ruang A3 Bedah Pria RSUP Dr. KARIADI Semarang
B. Tujuan Penulisan Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Tujuan Umum Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien appendiksitis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan komprehensif. 2. Tujuan Khusus a. Penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam perawatan pasien serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam asuhan keparawatan. b. Penulis mampu untuk mendeteksi dan mengidentifikasi masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien post operasi appendiktomi. c. Penulis mampu memberi asuhan keperawatan secara benar melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi, serta evaluasi. C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data Metode penulisan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara Penulis melakukan wawancara langsung dengan klien, keluarga, perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya pada saat pengkajian mengenai kondisi klien post operasi appendiktomi. 2. Observasi Penulis melakukan perawatan dan pengamatan pada klien post operasi appendiktomi 3. Studi dokumenter Penulis mempelajari buku laporan, catatan medik mengenai data klien. 4. Studi kepustakaan Penulis mempelajari berbagai buku tentang penyakit appendisitis dan post operasi appendiktomi dari segi medis maupun keperawatan. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi 5 bab yaitu : BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian fokus, pathways, fokus intervensi, dan rasional.
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB IV : Pembahasan yang akan dibahas tinjauan kasus dengan proses keperawatan yang ada dalam tinjauan teori dari pengkajian sampai evaluasi. BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA