BAB I PENDAHULUAN. dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial,

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

PEMBENAHAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

HUT KORPRI SEBAGAI MOMENTUM UNTUK TERUS MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK (Di Era Pelaksanaan Undang-Undang ASN)

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik. Dilingkungan birokrasi juga telah dilakukan sejumlah inisiatif

Jangka Panjang Nasional Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya harus tetap berusaha melayani kepentingan masyarakat dan mengayomi

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

Arsip Nasional Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur yang disebut pemerintah (government). Konsep, ajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, guru

Kebutuhan Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sehingga harus benar-benar dapat digunakan secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan masyarakat dan pelayanan administrasi. Kedua hal tersebut. beriringan dalam mewujudkan kinerja pelayanan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

TEMA: KONDISI DAN TANTANGAN DI BIDANG SOSIAL POLITIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KELEMBAGAAN / ORGANISASI PEMERINTAHAN KE DEPAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sejak tanggal 17 Agustus. pembangunan dalam mencapai tujuan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980 an, telah mempunyai dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya termasuk aspek hukum. Pengaruh globalisasi di bidang hukum akan berdampak pada penguatan hukum dan pembuatan Undang Undang yang berpihak pada kepentingan bersama terutama pada rakyat kecil. Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, Indonesia juga belum mampu menutup diri dari perkembangan yang terjadi. Perbaikan kinerja aparat pelayanan publik merupakan suatu keharusan jika dikaitkan dengan perkembangan dan tuntutan kontemporer seperti globalisasi. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan merupakan salah satu jawaban atas tuntutan arus global dan mendorong terciptanya good governance. Tata Kepemerintahan yang baik merupakan isu sentral yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini, sesuai pandangan yang mengemukakan bahwa tuntutan akan good governance timbul karena adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara dari nilai demokratis sehingga mendorong kesadaran warga negara untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk mengawasi jalannya pemerintahan agar 1

2 tidak melenceng dari tujuan semula. Tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan dapat diwujudkan dengan mempraktekkan good governance 1. Sedang LAN mengemukakan bahwa good governance berorientasi pada dua hal yaitu, Pertama orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional dan Kedua aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut. Dalam konteks Negara Indonesia, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa tujuan Negara antara lain melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta melaksanakan perdamaian dunia. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan nasional membutuhkan sumber daya baik sumber daya berupa benda, uang maupun manusia. Sumber Daya berupa manusia dalam pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan dikenal dengan istilah Aparatur Negara. 2 Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara 1 Anggara Sahya, 2012. Ilmu Administrasi Negara, Pustaka Setia, Bandung, h. 403 2 Nainggolan, 1983. Pembinaan Pegawai Negeri Sipi1, PT. Pertja, Jakarta, h. 23.

3 berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional. 3 Sebagai professional, oleh karena itu setiap pegawai Aparatur Sipil Negara dituntut untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya. Guna memberikan landasan dan pedoman bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan dibuat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-Undang tentang kepegawaian tersebut sudah tidak sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global, sehingga perlu diganti. Oleh karena itu, berdasarkan pertujuan bersama antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden menetapkan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang ini menjadi dasar hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan di dalam upaya meningkatkan kepemerintahan yang baik (good governance) dan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja serta mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara. Kinerja merupakan istilah yang populer di dalam manajemen, yang mana istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan performance. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dikemukakan arti kinerja 3 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

4 sebagai (1) sesuatu yang dicapai; (2) prestasi yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja. Menurut Dimyati 4 Kinerja yang tinggi yang ada pada individu dalam organisasi menunjukkan bahwa apa yang telah dilakukan oleh individu telah sesuai dengan apa yang diprogramkan oleh organisasi. Dengan demikian, kinerja yang tinggi tentunya ada pada budaya organisasi yang baik. Cushway 5 menyatakan bahwa pengelolaan kinerja karyawan (prestasi kerja) dilakukan dengan cara memberikan dukungan yang diperlukan karyawan dan menciptakan kondisi yang memadai bagi mereka sehingga dapat menghasilkan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Kumorotomo tanggung jawab, haruslah dipahami sebagai pertanggungjawaban hierarkis. Pemahaman tersebut berkaitan dengan proses pertanggungjawaban kinerja secara berjenjang dalam berbagai kedudukan yang ada pada organisasi 6. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi. Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut mestinya sesuai hukum, moral dan etika. 4 Dimyati, Hamdan, 2014. Model kepemimpinan & system Pengambilan Keputusan. Pustaka Setia, Bandung h. 134. 5 Cushway Barry, 1996. Human resource Managemen. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. h. 94 6 Kumorotomo, Wahyudi. 2011. Etika Administrasi Negara. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h 105.

5 Kinerja Aparatur Sipil Negara merupakan suatu isu yang sangat aktual yang terjadi pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja dari Aparatur Sipil Negara pada belum bisa memberikan rasa kepuasan yang tinggi, sehingga menyebabkan penyelenggaraan pemerintahan menjadi sorotan yang tajam, terutama dalam aspek transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. Hal tersebut disebabkan masyarakat mulai kritis dalam memonitor dan mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas pelayanan dari instansi pemerintah. Berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat, pelayanan untuk masyarakat tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal usul timbulnya pelayanan umum tersebut. Dengan kata lain, terdapat korelasi antara kepentingan umum dengan pelayanan umum. Dalam hubungannya dengan pemerintahan, kata umum merupakan singkatan dari sebutan masyarakat umum yang memiliki pengertian sama dengan pelayanan umum tersebut. Sedang menurut Thoha 7 adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang/institusi tertentu untuk memberikan bantuan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, menyebutkan bahwa Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan 7 Opcit. h. 568

6 penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam melaksanakan pelayanan publik, perlu diatur dalam suatu tata laksana yang mengandung unsur-unsur antara lain: kesederhanaan prosedur, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan, keamanan, kenyamanan, kepastian hukum, keterbukaan, keadilan yang merata, dan ketepatan waktu. Pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan tata laksana pelayanan yang ditetapkan dan mencerminkan pemberian pelayanan secara baik. Penyelenggaraan pelayanan secara baik akan dapat menimbulkan kepuasan dari pengguna jasa pelayanan. Dengan demikian, dalam realita di masyarakat, penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masih dirasakan belum memuaskan atau sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat 8. Rendahnya kualitas pelayanan publik dapat memberikan dampak yang buruk terhadap citra pemerintah. Bagi masyarakat yang pernah berurusan dengan pemerintah sering kali mengalami berbagai kesulitan-kesulitan dari aparatur Negara sehingga mereka mengeluhkan, dan kecewa terhadap tidak layaknya apatur dalam memberi pelayanan. Semua jenis pelayanan yang disediakan dan diberikan kepada masyarakat oleh apatur pemerintah, baik aparatur yang berada dipusat maupun di daerah, secara umum belum banyak memuaskan masyarakat. 8 Moenir dalam Anggara. Op.cit. h. 569

7 Sejalan dengan meningkatnya kesadaran berbangsa, bernegara dan bermasyarakat serta adanya tuntutan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, maka pemenuhan untuk mendapatkan pelayanan yang baik merupakan hak masyarakat dan sebaliknya bagi instansi berkewajiban memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat. Artinya setiap pegawai Aparatur Sipil Negara dalam semua level dituntut untuk memiliki kinerja tinggi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Ditengah kekecewaan masyarakat atas kinerja pemerintah tersebut, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat memberlakukan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. Undang- Undang ini merupakan pengaturan di bidang hukum administrasi negara mengenai penyelenggaraan pemerintahan. Undang-Undang ini merupakan hal baru di bidang hukum Administrasi Negara yang menjadi dasar penatalaksanaan dalam pengambilan keputusan oleh Badan dan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 ini dimaksudkan tidak hanya sebagai payung hukum bagi penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga sebagai instrumen untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat sehingga keberadaan Undang-Undang ini benar-benar dapat mewujudkan pemerintahan yang baik bagi semua Badan atau Pejabat Pemerintahan di Pusat dan Daerah. Undang-Undang ini merupakan keseluruhan upaya untuk mengatur kembali keputusan dan/atau tindakan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berdasarkan ketentuan peraturan

8 perundang-undangan dan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). Undang-Undang ini juga merupakan salah satu penunjuk arah dan pedoman Aparatur Sipil Negara dalam pelaksanaan fungsi dan tugas sesuai pencapaian kerja yang diharapkan. Undang-Undang ini tidak hanya menyangkut petugas administrasi pemerintahan tetapi juga semua pihak terkait, sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 yang menyatakan sebagai berikut: Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan dimaksudkan sebagai salah satu dasar hukum bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dalam upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan yang ingin dicapai dari keberadaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 ini, disebutkan dalam pasal 3, meliputi: menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan; menciptakan kepastian hukum; mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang; menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan; memberikan pelindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan aparatur pemerintahan; melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menerapkan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB); dan memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya kepada Warga Masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 merupakan landasan hukum, arah atau acuan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya bagi pejabat pemerintahan atau menjadi landasan hukum yang dibutuhkan guna mendasari keputusan

9 dan/atau tindakan pejabat pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kinerja Aparatur Sipil Negara yang dituntut dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 antara lain dapat dirujuk dalam Pasal 9, ayat (1) bahwa Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB (Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik). Azas-Azas seperti yang disebutkan dalam pasal 10 ayat (1) meliputi: kepastian hukum; kemanfaatan; ketidakberpihakan; kecermatan; tidak menyalahgunakan kewenangan; keterbukaan; kepentingan umum; dan pelayanan yang baik, dan Pasal 7, ayat (1) Pejabat Pemerintahan berkewajiban untuk menyelenggarakan Administrasi Pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan, dan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis mencoba untuk mengkaji lebih dalam subtansi-subtansi dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, guna peningkatan kinerja Aparatur Sipil Negara dalam melaksanakan tugas administrasi pemerintahan. Untuk itu penulis memilih judul penulisan tesis PENINGKATAN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA BERBASIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINITRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diajukan rumusan masalah : 1. Bagaimana Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Berbasis Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah? 2. Kendala apakah yang dihadapi dalam menjalankan Peningkatan Kinerja Berbasis Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan 1. Untuk mengetahui Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Berbasis Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk mengetahui Kendala apakah yang dihadapi dalam menjalankan Peningkatan Kinerja Berbasis Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya kasanah teori tentang model peningkatan kinerja.

11 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan untuk pengelolaan aparatur sipil negara dalam kerangka meningkatkan kinerjanya. b. Sebagai sumber pengetahuan dan praktek dalam peningkatan kinerja. c. Sebagai masukan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya. F. Originalitas Beberapa kajian yang relevan dengan pembahasan penelitian ini adalah pertama, kajian yang dilakukan oleh Yuyun Purbokusumo yang mengambil tema bahasan mengenai Desentralisasi dan Perbaikan Pelayanan Publik. Menurut analisisnya, perubahan konstelasi hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah dengan diundangkannya Undang-Undang Otonomi Daerah, membawa harapan baru upaya perbaikan kualitas layanan publik. Harapan tersebut menurutnya akan dapat direalisasikan dengan berbagai syarat, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan nilai-nilai yang dianut oleh para pegawai ataupun birokrat di daerah sebagaimana dianjurkan oleh berbagai pemikiran yang dikembangkan oleh para penganjur diterapkannya New Public Management (NPM) dan berbagai variasinya dalam pengelolaan birokrasi publik. Secara lebih ringkas, kajian ini berhasil disimpulkan beberapa hal, yaitu bahwa apapun model pengelolaan urusan publik baik di era orde lama, orde baru, maupun era Reformasi dengan variasi desentralisasinya, pelayanan public oleh birokrasi tidak menjamin pelaksanaannya menjadi lebih baik. Dari ketiga model menejemen pelayanan publik tersebut, sesungguhnya penambahan IT dalam ketiga model tersebut baik NPM, EG, maupun NPS sehingga terbentuk

12 E-Government merupakan solusi paling rasional untuk memperbaiki kinerja pelayanan publik. Dalam Pelayanan Publik di Indonesia, kajian ini memperoleh kesimpulan bahwa dengan diperkenalkannya suatu pendekatan dalam manajemen pelayanan baru yang berupa kontrak pelayanan ini, penyedia layanan menjadi lebih terbuka wawasannya akan arti pentingnya memperhatikan secara serius aspirasi pelayanan dari masyarakat. Pelembagaan kontrak pelayanan yang melibatkan multi stakeholders dapat menghasilkan suatu proses perubahan minset atau konstruksi budaya birokrasi dalam membarikan pelayanan, dari budaya kekuasaan berubah kearah budaya melayani (culture for serving). Kegiatan survey pengguna layanan dapat menjadi wahana bagi terjadinya komunikasi yang lebih baik lagi dengan para pengguna layanan maupun stakeholders pelayan lainnya. Namun syarat terpenting dalam melakukan pelembagaan kontrak pelayanan ini adalah dibutuhkannya komitmen yang tinggi dari pimpinan birokrasi, dalam hal ini adalah Bupati/Walikota/Pemimpin sebuah institusi birokrasi untuk melakukan reformasi pelayanan publik. Tanpa adanya dukungan dan komitmen dari pimpinan daerah yang tinggi, reformasi pelayanan publik melalui kontrak pelayanan hanyalah sebuah keniscayaan. Selanjutnya adalah sebuah kajian yang dilakukan oleh AG. Subarsono yang menyoroti kebijakan dan administrasi publik. Kajian ini terutama mendiskusikan implikasi perubahan tata hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di era reformasi, yaitu semenjak diberlakukannya Undang-Undang

13 Nomor 32 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 (yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004). Perubahan tata hubungan tersebut menurutnya akan berimplikasi pada system administrasi pada pemerintahan pusat mauoun daerah. Pada level pemerintahan pusat perubahan tersebut akan tercermin pada aspek kebijakan di bidang administrasi pembangunan dan politik. Dua aspek yang pertama disebutkan menurutnya akan banyak mengalami perubahan karena adanya pergeseran pola hubungan antara eksekutif dan legislative yang lebih dicirikan dengan apa yang ia sebut sebagai diadopsinya system semi parlementer di Indonesia, dimana karena menguatnya peran partai politik, maka parlemen menpunyai kemampuan untuk mengintervensi bidang-bidang yang seharusnya menjadi kewenangan eksekutif pada sistem presidensial. Pada level pemerintahan daerah, bahwa reformasi telah merubah pola hubungan antara pemerintah dan masyarakat dimana keterlibatan civil society dalam penyelenggaraan pemerintah semakin signifikan untuk diperhatikan di masa-masa yang akan datang. Dari beberapa kajian yang tersebut di atas, belum ada yang secara spesifik mengulas atau menelaah mengenai persoalan Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Berbasis Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.