BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan melahirkan, kaum perempuan memiliki fungsi lebih yang berbeda dibandingkan laki-laki. Perbedaan yang mendasar adalah wanita memiliki kandungan lengkap dengan instrument pendukung untuk melahirkan seperti tuba falopi, ovarium, uterus dan vagina. Namun banyak pula penyakit khusus wanita yang menyerang bagian-bagian tubuh pendukung proses melahirkan itu. Salah satu gangguan atau masalah yang sering terjadi pada system reproduksi perempuan adalah pertumbuhan jaringan kista. Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Walaupun tidak ganas, adanya kista di ovarium biasanya mengganggu siklus menstruasi dan menimbulkan rasa nyeri di perut bagian bawah. Kejadian kista ovarium terpuntir termasuk lima besar kasus akut ginekologi. Diagnosa kista ovarium terpuntir dikatakan cukup sulit untuk ditegakkan.. Umumnya penderita kista ovarium terpuntir datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan utama nyeri pada daerah perut. Biasanya keluhan pasien juga diikuti dengan mual muntah. (http :// www.blogdokter.net/2008/06/kista ovarium.html). Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja. Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambarnya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran di bawah 5 cm, dan dalam
tiga bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan. Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena mungkin kistanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri pada saat haid. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60 % -70 % pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti, hanya saja tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60 % dari seluruh ovarium,sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan (1977) menemukan angka 29,9 %; Sapardan (1970 )37,2 %; dan Djaswadi 15,1 %.Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada massa pra pubertas. Sampai sekarang belum ada cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium itu. Sekarang yang bisa dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau diterapkan secara massal
karena biayanya cukup mahal. Berbeda halnya dengan kanker serviks (mulut rahim ) yang bisa dideteksi dini dengan papsmear. Di Indonesia, tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five years survival rate dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20%-37% tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%. Sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi penambahan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak dan ganas diklasifikasikan sebagai neoplasma ovarium borderline yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar antara 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok (www.google.com) Dengan melihat fenomena di atas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah mengenai kistoma ovari dengan judul Asuhan Keperawatan Klien Ny. S dengan Post Operasi Kistoma Ovari di Ruang Gynekologi RSUP Dr. Kariadi Semarang. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan konsep asuhan keperawatan klien post operasi kistoma ovari. b. Mendeskripsikan pengkajian pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari. c. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari. d. Mendeskripsikan intervensi pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari. e. Mendeskripsikan implementasi atau tindakan keperawatan pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari. f. Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan keperawatan pada Ny. S dengan post operasi kistoma ovari. C. Metode Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya dilakukan dengan cara : 1. Observasi penelitian
Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama di rawat di rumah sakit dan lebih bersifat obyektif dengan melihat respon klien setelah dilakukan tindakan. 2. Wawancara Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan keterangan. 3. Studi dokumenter Diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil pemeriksaan yang ada. 4. Studi kepustakaan Dengan mempelajari buku-buku yang ada untuk membantu, menegakkan diagnosa keperawatan serta intervensi. D. Sistematika penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pembuatan karya tulis ini, maka akan diuraikan secara singkat dalam bentuk bab per bab. Penulisan ini disusun dalam 5 bab yaitu : Bab I, pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II, konsep dasar meliputi : pengertian, klasifikasi, anatomi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, pengkajia fokus, pemeriksaan penunjang, pathways, diagnosakeperawatan, dan intervensi.
Bab III, tinjauan kasus terdiri dari : pengkajian, pengelompokan data, analisa data, pathways keperawatan kasus, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan. Bab IV, pembahasan berisi uraian resume kasus yang dihubungkan dengan teori dan juga membahas kesenjangan yang ditemukan dalam proses keperawatan. Bab V, penutup terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.