BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. rekomendasi kebijakan. Kesimpulan penelitian yang disajikan merupakan hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Agriekonomika, ISSN Volume 2, Nomor 1 MODEL KEMITRAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN DI KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan urusan pemerintah yang lebih efisien, lebih memberdayakan semua daerahnya. Dalam QS.

BAB VI P E N U T U P

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 28 TAHUN 2012 T E N T A N G

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

RechtsVinding Online

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. didalamnya menetapkan kebijakan tentang desa dimana penyelenggaraan

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 telah membuat perubahan politik dan administrasi, bentuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Transkripsi:

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Bagian ini akan menyajikan uraian kesimpulan, implikasi teoritik dan rekomendasi kebijakan. Kesimpulan penelitian yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, dan implikasi teoritik yang disajikan diambil dari kesimpulan penelitian, serta rekomendasi kebijakan disajikan untuk menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk pengembangan pelaksanaan pembangunan daerah. 8.1 Kesimpulan Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra yang berlangsung sejak tahun 2007, secara empiris menjadi salah satu solusi bagi percepatan pembangunan daerah di Kabupaten Kolaka. Kemitraan pembangunan tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Kolaka dengan pihak swasta (para investor tambang) yang dibangun melalui proses komunikasi pembangunan yang intensif. Kemitraan pemerintah-swasta tersebut dimaksudkan untuk mendorong keberpihakan swasta sebagai investor tambang terhadap upaya-upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kolaka sebagai wujud tanggung bersama. Kemitraan pemerintahswasta juga menjadi solusi untuk membantu keterbatasan sumber daya Pemerintah Kabupaten Kolaka untuk melaksanakan program-program pembangunan daerah berbasis pedesaan. Dukungan kewenangan pemerintahan yang luas dalam era otonomi daerah sangat memungkinkan pemerintah daerah 325

326 untuk mengembangkan model pembangunan yang lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra dilaksanakan melalui kerjasama operasional kegiatan-kegiatan program dan alokasi kontribusi sumber daya masing-masing mitra. Kerjasama operasional direalisasikan melalui kegiatan pembangunan: infrastruktur dan prasarana pedesaan; sosial; ekonomi produktif; produksi pertanian; dan produksi peternakan. Dukungan alokasi sumber daya masing-masing mitra meliputi: kontribusi sumber daya swasta berupa bantuan teknis, bantuan material, peralatan, tenaga ahli, dan bantuan barang/modal. Dukungan sumber daya pemerintah daerah berupa pendanaan program melalui APBD, personil, teknis, peralatan, dan dukungan administrasi. Mekanisme kerjasama operasional dan kontribusi sumber daya difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Bappeda Kabupaten Kolaka. Pelaksanaan program Gerbangmastra sejak 2007 dengan capaian hasil-hasil pembangunan yang sejalan dengan realitas kebutuhan pembangunan di Kabupaten Kolaka, meskipun masih perlu dikembangkan hingga mencapai keadaan yang diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kolaka. Pencapaian pelaksanaan program Gerbangmastra dilihat dari realisasi produktifitas kerja program, pencapaian sasaran program dan kepuasan masyarakat atas hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebagai wujud kerja terpadu seluruh komponen pembangunan yang ada di Kabupaten Kolaka, baik unsur pemerintah daerah, pihak swasta, dan

327 masyarakat, yang dilakukan melalui pola kemitraan pemerintah dengan swasta dan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbangmastra terlihat dari keterlibatan dalam berkontribusi, keterlibatan dalam pengorganisasian kegiatan program, dan keterlibatan dalam kegiatan pemberdayaan. Partisipasi masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui penyuluhan pembangunan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pembangunan. Keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Setiap peningkatan pelaksanaan kemitraan pemerintahswasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat, maka dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra. Kontribusi pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebesar 50%. Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan daerah di era otonomi daerah ditentukan kemampuan dan kreativitas pemerintah daerah di dalam merumuskan model pembangunan daerah sesuai kewenangannya, melalui pendekatan komunikasi pembangunan dengan seluruh komponen pembangunan di daerah baik pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. Model pembangunan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan program pembangunan daerah adalah penerapan pola kemitraan pemerintah-swasta.

328 8.2 Implikasi Teoritik Keberadaan swasta yang berinvestasi dalam sektor pertambangan di Kabupaten Kolaka merupakan potensi strategis yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah di dalam mendukung pelaksanaan pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Kolaka sejak tahun 2007 melakukan kemitraan dengan swasta (investor tambang) dalam melaksanakan program Gerbangmastra untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kemitraan pembangunan daerah tersebut diwujudkan melalui kerjasama operasional pelaksanaan kegiatan-kegiatan program yang direncanakan bersama berdasarkan skala prioritas kebutuhan pembangunan, dimana masing-masing mitra mengalokasikan sumber daya dalam mendukung kegiatan program. Pencapaian keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra sebagai model pembangunan daerah berbasis pedesaan hasil prakarsa dan inisiatif lokal dalam era desentralisasi dan otonomi daerah dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Model kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka adalah wujud keberpihakan swasta sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawabnya untuk turut serta dalam pekerjaaan membangun dan memberdayakan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan daerah berbasis pedesaan selama ini selalu mengandalkan kemampuan sumber daya dan organisasi pemerintah daerah. Dalam pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka, pelaksanaan pembangunan pedesaan tidak hanya mengandalkan kemampuan sumber daya dan

329 organisasi pemerintah daerah, akan tetapi melibatkan organisasi (struktur) dan sumber daya swasta (investor tambang) yang didukung oleh partisipasi masyarakat. Kombinasi kerjasama antara dua lembaga yang berbeda orientasi antara pemerintah daerah dengan swasta (investor tambang) melalui pola kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan pembangunan daerah berbasis pedesaan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, sejauh ini belum pernah dilakukan oleh pemerintah daerah lain dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan. Hal ini didasarkan pada perbedaan karakteristik dan orientasi kedua organisasi kemitraan ini, dimana pemerintah daerah sebagai organisasi publik yang memiliki orientasi sosial, sedangkan swasta merupakan organisasi privat yang berorientasi keuntungan (komersial). Kesadaran baru mengenai perlunya dikembangkan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam pelaksanaan pembangunan pada era persaingan global, bahwa tidak mungkin lagi pemerintah dan swasta berjalan sendiri-sendiri. Kemampuan sumberdaya pemerintah daerah dalam hal pembiayaan pembangunan yang terbatas sementara permasalahan pembangunan yang kompleks memerlukan penanganan yang komprehensif dan memadai, sehingga pemerintah daerah perlu melakukan kemitraan dengan swasta untuk pelaksanaan program pembangunan daerah dengan tetap memaksimalkan partisipasi masyarakat sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra dipandang sebagai nilai baru dalam pembangunan daerah yang berbasis pedesaan serta memberikan pandangan bahwa pembangunan dan pemberdayaan masyarakat bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam arti

330 formal, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama swasta dan swasta. Sinergitas ketiga aktor pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan daerah sangat menentukan pencapaian tujuan pembangunan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Teori struktural-fungsional dan teori pertukaran sosial (pertukaran aktor) sebagai dasar dalam memahami keterkaitan antar aktor pembangunan baik pemerintah daerah, swasta dan masyarakat sebagai struktur-struktur sosial yang saling berhubungan dalam pengelolaan kegiatan pembangunan. Namun demikian, kedua teori ini dipandang masih mengalami kelemahan dalam menjelaskan hasil penelitian secara makro. Teori struktural fungsional pada level makro hanya menjelaskan struktur-struktur yang ada di dalam suatu sistem sosial dengan fungsi masing-masing. Pada level mikro teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu sistem sosial, mengklasifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut bekerja di dalam sistem sosial, tanpa menjelaskan bagaimana setiap struktur yang lebih besar saling berinteraksi membentuk fungsi-fungsi baru yang bersifat makro dari fungsi dasar yang dimiliki oleh struktur tersebut yang dapat mengakomodir kepentingan seluruh sistem yang ada. Dalam Pelaksanaan program Gerbangmastra melibatkan struktur atau lembaga yang lebih besar dan kompleks, diantaranya pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri kemudian saling berhubungan dan membentuk struktur baru berupa kemitraan pemerintah-swasta dengan fungsi baru yaitu melaksanakan pembangunan masyarakat secara bersama-sama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

331 Teori pertukaran sosial secara mikro menganalisis hubungan transaksi antar individu dengan menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan.transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi hanya apabila kedua pihak dapat memperoleh keuntungan dari pertukaran tersebut, dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individuindividu dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaranpertukaran yang dinegosiasikan secara pribadi. Ciri khas teori pertukaran adalah adanya hubungan sosial menurut biaya (cost) atau hukuman (punishment) dan penghargaan/imbalan (reward). Teori ini tidak menjelaskan bagaimana secara makro pertukaran terjadi diantara struktur-struktur yang lebih besar yang berbedabeda fungsi dan orientasi dengan membentuk fungsi baru melalui proses keseimbangan untuk mencapai manfaat bersama. Demikian halnya dengan pelaksanaan program Gerbangmastra yang melibatkan lembaga yang lebih besar dan kompleks, yaitu pemerintah daerah dan swasta. Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri yang saling berinteraksi dan bersepakat membentuk kemitraan pemerintah-swasta dengan menentukan keseimbangan berupa kerjasama operasional pelaksanaan program Gerbangmastra dengan saling memberikan kontribusi sumber daya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, bahwa kajian teori struktural fungsional dan teori pertukaran sosial dalam penelitian ini tidak relevan lagi dengan kajian kemitraan pemerintah-swasta pada pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka karena karakter dan prinsip kedua teori tersebut yang relatif berjalan tanpa dinamika dan cenderung stagnan. Sementara dalam era desentralisasi dan

332 otonomi daerah, pelaksanaan pembangunan daerah membutuhkan dinamika, kemampuan dan kecepatan dari para aktor pembangunan baik pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. 8.3 Rekomendasi Kebijakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan pemerintahswasta dalam pelaksanaan program Gerbangmastra menjadi solusi percepatan pembangunan. Pelaksanaan program Gerbangmastra sejak 2007 dengan capaian hasil-hasil pembangunan yang cukup signifikan dengan realitas kebutuhan pembangunan di Kabupaten Kolaka, meskipun masih perlu dikembangkan hingga mencapai keadaan yang diharapkan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra di Kabupaten Kolaka dipengaruhi oleh pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta yang didukung partisipasi masyarakat. Secara empiris, pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta dan partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan program Gerbangmastra. Pemerintah Kabupaten Kolaka perlu melakukan evaluasi dan upaya perbaikan melalui peningkatan komunikasi pembangunan untuk lebih memperkuat kemitraan pembangunan dengan swasta serta memaksimalkan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan pembangunan secara berkelanjutan. Mengingat kompleksnya masalah pembangunan di Kabupaten Kolaka, maka sebaiknya pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan skala prioritas kegiatan pembangunan. Hal ini penting dilakukan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan program pembangunan secara sistematis berdasarkan skala

333 prioritas kebutuhan dan untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran pembangunan serta menjadi alat untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pembangunan. Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Sejahtera (Gerbangmastra) merupakan program unggulan Pemerintah Kabupaten Kolaka berbasis pedesaan, bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang secara yuridis formal didasarkan pada Peraturan Bupati Kolaka Nomor 334 tahun 2006. Oleh karena upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan jangka panjang pembangunan daerah, maka seyogyanya Pemerintah Kabupaten Kolaka perlu mempertimbangkan peningkatan status dasar hukum program Gerbangmastra menjadi Peraturan Daerah agar memberikan kepastian dan ketetapan arah pembangunan daerah kedepan dan untuk menghindari dinamika politik pemerintahan di daerah. Berdasarkan keseluruhan uraian dan analisis mengenai penelitian ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih mengandung kelemahan-kelemahan yang masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik. Adapun kelemahan-kelemahan yang dirasakan antara lain: pendalaman obyek penelitian yang dirasakan masih kurang komprehensif, hal ini dikarenakan kondisi psikologi masyarakat sebagai sasaran penelitian (responden/informan) baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi tingkat obyektivitas hasil penelitian di lapangan; serta penggunaan metode penelitian di dalam memahami serta mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian di lapangan dirasakan belum maksimal, oleh karena kompleksnya permasalahan pembangunan di lokasi

334 penelitian sehingga permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini belum menjangkau permasalahan pembangunan secara keseluruhan; Meskipun demikian, penelitian ini dapat menghasilkan suatu perspektif baru bahwa pelaksanaan kemitraan pemerintah-swasta dalam upaya pembangunan daerah berbasis pedesaan sebagai prakarsa dan inisiatif lokal merupakan inovasi yang masih jarang di lakukan pemerintah daerah lain terutama dalam era otonomi daerah. Oleh karena itu, model kemitraan pembangunan ini perlu diterapkan oleh pemerintah daerah yang lain didalam mengembangkan pembangunan masyarakat pedesaaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.