Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah. dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menxmjnkkan bahwa interaksi pemberian

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit dari tahun ke tahun di karenakan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. masing parameter akan disajikan secara berturut turut sebagai berikut : A. Tinggi Tanaman (cm)

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm)

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen. Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun

PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

Transkripsi:

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menxmjnkkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 memberikan pengaruh tidak nyata, begitu juga dengan pemberian faktor tunggal pemberian dosis sludge dan pemberian konsentrasi EM4 juga memberikan pengaruh tidak nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rerata pertambahan tinggi bibit kelapa sawit (cm). Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 15,67"'' 14,60" 16,43* 18,40* 16,27 50(SI) 15,63"^ 19 47ab 14,98" 15,90* 16,50 100(S2) 16,57* 20,57* 17,27* 16,63* 17,76 150(S3) 23,53 " 15,97* 20,42* 15,63* 18,89 Rerata EM-4 17,85 17,65 17,28 16,64 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi maupun faktor tunggal kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemberian kedua perlakuan belum mampu memenuhi kebutuhan akan unsur hara sehingga pertambahan tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis dibanding faktor lingkungan dalam hal ini penambahan pupuk. Tabel 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik didapat pada pemberian 150 g/polybag sludge dengan tanpa pemberian EM-4 (S3E0) yakni 23,53 cm yang tidak berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan yang lain, namun berbeda nyata terhadap pemberian tanpa sludge dengan 10 ml/1 air EM-4

19 (SOEl) dan pemberian 50 g/polybag sludge dengan 20 ml/1 air EM-4 (S1E2). Pemberian dosis sludge rata-rata pertambahan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada dosis 150 g/polybag yakni 18,89 cm, sedangkan untuk pemberian konsentrasi EM-4 rata-rata pertambahan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada tanpa pemberian EM-4 yakni 17,85 cm namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian perlakuan masing-masing. Diasumsikan bahwa pemberian sludge dan EM-4 belum mampu menunjukkan sinergititasnya pada masa awal pertumbuhan bibit kelapa sawit, hal ini dikarenakan sifat EM-4 yang membutuhkan waktu lama dalam proses perombakan bahan organik dalam tanah guna penyediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman tahunan sehingga pengaruh EM-4 tidak nampak dalam waktu singkat. 4.1.2. Pertambahan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) Hasil pengamatan terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit setelah dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 memberikan pengaruh tidak nyata, begitu juga dengan pemberian faktor tunggal pemberian dosis sludge dan pemberian konsentrasi EM4 juga memberikan pengaruh tidak nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rerata pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 5,50* 5,50* 5,17* 5,67* 5,46 50(SI) 5,83* 5,17* 5,00* 5,33* 5,33 100 (S2) 5,50* 6,17" 4,67" 5,17* 5,38 150 (S3) 5,67* 5,67* 5,17* 5,33* 5,46 Rerata EM-4 5,63 5,63 5,00 5,38 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5%

20 Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi maupun faktor tunggal kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemberian kedua perlakuan belum mampu memenuhi kebutuhan akan imsur hara sehingga pertambahan jumlah daun tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis dibanding faktor lingkungan dalam hal ini penambahan pupuk. Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik didapat pada pemberian 100 g/polybag sludge dengan pemberian 10 ml/1 air EM-4 (S2E1) yakni 6,17 helai yang tidak berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan yang lain, namun berbeda nyata terhadap pemberian 100 g/polybag sludge dengan pemberian 20 ml/1 air EM-4 (S2E2). Pemberian dosis sludge rata-rata pertambahan jumlah daun bibit sawit tertinggi diperoleh pada dosis 150 g/polybag yakni 5,46 helai sedangkan untuk pemberian konsentrasi EM-4 rata-rata pertambahan jumlah daun bibit sawit tertinggi diperoleh pada konsentrasi 10 ml/1 air EM-4 yakni 5,63 helai. Menurut Lakitan (1996), faktor genetis menentukan jumlah daun yang akan terbentuk, oleh sebab itu sangat penting dalam pembibitan menggunakan bibit yang berkualitas. Harjadi (1996), menyatakan bahwa jumlah daun berkaitan dengan tinggi tanaman dimana semakin tinggi tanaman maka semakin banyak daun yang akan terbentuk karena daun keluar dari nodus-nodus yakni tempat kedudukan daun yang ada pada batang. Selanjutaya Fauzi, dkk (2002), menyatakan bahwa jumlah pelepah, panjang pelepah dan anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daunnya lebih banyak dari tanaman yang masih berumur muda.

21 4.1.3. Pertambahan Diameter Bonggol Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rerata pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit (cm) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 1,43" 1,52* 1,41^ 1,60* 1,49" 50 (SI) 1,50* 1,51* 1,45" 1,52* 1,50" 100(S2) 1,68* 1,62* 1,66* 1,58* 1,63* 150(S3) 1,98" 1,86* 1,79* 1,69* 1,83" Rerata EM-4 1,65 1,63 1,58 1,60 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit secara nyata yakni 1,83 cm jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (Sl)yakni 1,49 cm dan 1,50 cm, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 1,63 cm. Peningkatan pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit seiring pemberian sludge diasumsikan bahwa dengan pemberian perlakuan telah mampu memenuhi kebutuhan bibit sawit akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro. Pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit berhubungan dengan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman diantaranya nitrogen, fosfor, kaliimi, kalsium, magnesium dan unsur hara lainnya. Terpenuhinya imsur hara

22 bagi tanaman tersebut dapat mempercepat proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tanaman seperti perbanyakan sel dan pembelahan sel. Nitrogen berperan untuk menghasilkan protein dan bahan-bahan penting dalam pembentukan klorofil, hal ini sesuai dengan pendapat Hakim dkk (1986), klorofil yang cukup pada daim akan meningkatkan kemampuan daun dalam penyerapan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan akan memperlancar pembentukan fotosintat yang dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara yang terkandung dalam sludge antara lain N yang berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman dan merupakan pembentuk utama protoplasma sel, asam amino dan protein. Unsur P berperan penting dalam transfer energi ADP dan ATP serta unsur K yang mengaktifkan kerja beberapa enzim, memacu translokasi beberapa karbohidrat dari daun ke organ tanaman lainnya, mengatur mekanisme osmotik di dalam sel dan sebagai pembentuk jaringan meristematik tanaman sehingga pembentukan lilit bonggol akan lebih baik. Fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pemafasan serta perkembangan jaringan meristem. Sarief (1985), mengatakan bahwa unsur fosfor berperan dalam pembentukan jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari meristem pipih dan pita. Meristem pita akan menghasilkan deretan sel yang berfungsi memperpanjang jaringan sehingga batang menjadi besar. Bonggol bibit kelapa sawit secara fisiologis berfungsi sebagai penyimpan cadangan bahan makanan dan sebagai jaringan yang berperan dalam translokasi hara dari akar ke daun. Leiwakabessy (1998), mengatakan bahwa K sangat

23 berperan dalam meningkatkan diameter bonggol khususnya dalam peranannya sebagai jaringan yang menghubungkan antara akar dan daun pada proses transfer hara. Unsur hara kaliimi sangat dibutuhkan pada proses pembentukan karbohidrat, pemecahan dan translokasi pati. Ketersediaan unsur hara kalium mengakibatkan pembentukan karbohidrat dan translokasi pati ke bonggol bibit kelapa sawit akan berlangsung dengan baik sehingga akan terbentuk bonggol bibit kelapa sawit yang baik. Bonggol akan menopang bibit sawit dan memperlancar proses translokasi hara dari akar ke tajuk. Pemberian faktor tunggal EM-4 hingga taraf 30 ml/1 air tidak menunjukkan adanya pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit yang signifikan jika dibandingkan dengan tanpa pemberian perlakuan. Rata-rata angka yang didapat menunjukkan bahwa tanpa pemberian EM-4 (EO) memberikan hasil yang tertinggi yaitu 1,65 cm namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan S3E0 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S3E0 berbeda nyata dengan perlakuan SOEO, S0E2 dan S1E2. 4.1.4. Volume Akar Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap volume akar bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian

24 sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 4. Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 23,50" 28,83* 26,67" 28,17* 26,79" 50 (SI) 27,83* 24,17" 25,67" 31,50* 27,29" 100(S2) 34,33* 32,83* 30,00* 27,83* 31,25* 150(S3) 37,83" 34,00* 28,83* 32,17* 33,21" Rerata EM-4 30,86 29,96 27,79 29,92 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan volume akar bibit kelapa sawit secara nyata yakni 33,21 cm jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (Sl)yakni 26,79 ml dan 27,29 ml, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 31,25 ml. Peningkatan volume akar bibit kelapa sawit seiring pemberian sludge diasumsikan bahwa dengan pemberian perlakuan telah mampu memenuhi kebutuhan bibit sawit akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro. Pemberian sludge mampu meningkatkan mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur tanah sehingga perkembangan akar makin baik. Menurut Musnamar (2003), bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan hara, memperbaiki struktur tanah, daya scrap air, granulasi agregat tanah, kandungan air tanah. Hal ini dapat meningkatkan kesuburan tanah serta perkembangan mikroorganisme tanah semakin baik.

25 Sukarji dalam Silalahi (1996), menyatakan kandungan unsur hara pada sludge meliputi N = 0,49-2,1%, P2O5 = 0,46%, K2O - 1,3-2,35%, CaO = 1,3%, MgO = 0,3-0,64%. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu unsur penting pada fase vegetatif tanaman yaitu unsur P yang berperan dalam perkembangan akar tanaman. Menurut Lingga (1992), menyatakan bahwa unsur P bergima bagi tanaman untuk merangsang perkembangan akar dan tanaman muda. Proses perkembangan akar dipengaruhi oleh suplai fotosintat dari daun. Hasil fotosintesis akan dipergunakan untuk memperluas zona perkembangan akar dan akan memacu pertumbuhan akar primer baru. Menurut Salisbury dan Ross (1995), flmgsi utama P dalam proses metabolisme tanaman adalah dalam produksi beberapa hormon dan enzim yang esensial bagi tanaman seperti ; ATPase, Auksin, Giberellin, Asam Absisat dan sitokinin. Inisiasi dan pertumbuhan akar pada jaringan meristematrik dipacu oleh ATPase, sel-sel baru dari jaringan meristem pada ujung akar didistribusikan pada pembaruan tudung akar yang berperan penting dalam melindungi meristem akar dari kerusakan fisik selama penerobosan tanah. Tudung akar tersebut juga menghasilkan asam absisat yang sangat berguna bagi pertumbuhan akar (Gardner dkk, 1991). Pemberian faktor tunggal EM-4 tidak menunjukkan adanya volume akar yang signifikan. Rata-rata angka yang didapat menunjukkan bahwa volume akar yang tanpa pemberian EM-4 memberikan hasil yang tertinggi yakni 30,86 ml namim tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Hasil

26 tertinggi didapat pada perlakuan S3E0 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S3E0 berbeda nyata dengan perlakuan SOEO, S0E2,S1E1 dansle2. 4.1.5. Berat Kering Bibit Kelapa Sawit (g) Hasil pengamatan terhadap berat kering bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rerata berat kering bibit kelapa sawit (g) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 27,98* 32,00* 28,96* 35,31*' 31,06" 50(SI) 35,08*'^ 27,63" 28,25* 34,88*' 31,46" 100(S2) 39,41*"= 38,79*' 38,79*' 34,12*' 37,78* 150(S3) 48,48' 44,17"' 33,62*' 40,25*' 41,63" Rerata EM-4 37,74 35,65 32,41 36,14 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan berat kering bibit kelapa sawit secara nyata yakni 41,63 g jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (SI) yakni 31,06 g dan 31,46 g, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 37,78 g. Menurut Lakitan (1996), bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan dengan penambahan berat kering dan ketersediaan unsur hara yang cukup dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis sehingga dapat

27 meningkatkan jumlah klorofil yang mendukung peningkatan berat kering tanaman. Meningkataya berat kering bibit kelapa sawit ini disebabkan pemberian sludge mampu menyediakan unsur hara yang cukup. Sukarji dalam Silalahi (1996), menyatakan kandungan unsur hara pada sludge meliputi N = 0,49-2,1%, P2O5 = 0,46%, K2O = 1,3-2,35%, CaO = 1,3%, MgO = 0,3-0,64%. Selain itu sludge juga mampu memperbaiki draenase dan aerase tanah sehingga sangat mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh akar bibit kelapa sawit kemudian diangkut melalui pembuluh xylem ke bagian tajuk, kemudian pada daun dengan bantuan cahaya matahari melakukan proses fotosintesis sehingga fotosintat yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman yang kemudian digunakan sebagai energi dalam pembentukan jaringan tanaman yaitu berupa pembelahan, pembesaran dan perpanjangan sel tanaman yang sangat berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Pemberian faktor tunggal konsentrasi EM-4 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Rata-rata angka yang didapat menimjukkan bahwa berat kering dengan pemberian konsentrasi 10 ml/1 air EM-4 memberikan hasil yang tertinggi yakni 5,63 g namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan S2E1 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S2E1 berbeda nyata dengan perlakuan S2E2. Dapat diasumsikan bahwa kombinasi kedua perlakuan belum mampu menunjukkan hubungan yang sinergis dalam penyediaan unsur-unsur hara.