Key words : risk factor, the rate of poisoning, the sellerslenterpreneurldealer pesticide



dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

THE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

Vol.8 No.2 Oktober Pujiono, Suhartono, Sulistiyani

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

Diana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni**

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN PADA KATERING RUMAH TANGGA DI LEUWIDAHU KOTA TASIKMALAYA. *Nunun Khoerun Nisa

BAB 4 METODE PENELITIAN

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Oleh : Rani Angreani Walangitan

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

STUDI TENTANG HIGIENE DAN SANITASI PADA USAHA SALON KECANTIKAN DI KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA DI BAGIAN WEAVING PT. PRIMATEXCO INDONESIA KABUPATEN BATANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Keperpustakaan : 29 ( ) Kata Kunci : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

Unnes Journal of Public Health

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 2, Agustus

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

Faktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

HIGIENE SANITASI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN PEKANBARU KOTA, RIAU

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

KUESIONER PENELITIAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) PADA 7 KAWASAN YANG DIATUR DI KOTA BATAM

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA TENAGA PENJUAL PESTISIDA DI KOTA BENGKULU Muaiim E), Juhaidi 2), dan Agus Widada'} t,2 m jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes KenienKes Bengkulu.11. Indra Girl No 3 Padang Ha.rapan Bengkulu Tefp (0736) 341212 fax 0736 21514,25343 e-mail : poltekkes_bengkuiulyahoo.com Website www.poltekkes- bengkulu.ac.id Abstrack Structuring irregular and poor behavior on the entrepreneur / hustler pesticides either directly or indirectly, can lead to the rick of toxicity to the salespeople and the surrounding environment, The purpose of this study to determine the risk, factors that have a relation to the rate of pesticide poisoning on the seller / entrepreneur / dealers (distributors), This study is a survey with a cross-sectional approach. Subjects were all salespeople pesticides in Bengkulu city b y 52 people (total sampling). Statistical analysis using Chi Square friltowed Logistic Regression with 5'P:SS significance level (p <0. (15). Based on the results of. the majority' (78.85%,1 were poisoned. and normal as many as (21.15%). (hi Square statistical test results show, there are several risk factors associated namely. knowledge (p = 0.000), attitude (p = 0.01 9, practice (p = 0.040), and the use of personal protective equipment (p = 0.001), whereas the test results Multifariate statistics using Logistic Regression, of hebarapa related factors turned out to he only 2 (two) were significantly associated, namely knowledge (p = 0.006 to OR = 25.596) and the use of personal protective equipment (p = 0.018 to OR = 9.873). The results of'this study it can be concluded that the level of pesticide poisoning pesticide salespeople in Bengkulu city caused by the level of knowledge that is not good (bad) and the lack of complete discharging I pennggunaan personal protective equipment in the handling of pesticides. As a suggestion to reduce the r i sk of'poisoning the present and in the future expect the local government, department of'agriculture, and health authorities need to improve education, monitoring, and training on procedures tarpesiicide management is good and right for the seller / manager / employers pesticides. Key words : risk factor, the rate of poisoning, the sellerslenterpreneurldealer pesticide PENDAHULUAN Berkaitandengan dibebaskannya peredaran pestisida di Indonesia oleo Menteri Perdagangan dalam rangka deregulasi ekonomi dan sejalan dengan program intensifikasi dan ektensifikasi penggunaan pestisida khususnya pada sektor pertan ian tanaman pangan, pestisida mempunvai peranan penting. karena secara langsung maupun tidak langsung dapal digunakan untuk

Mitra Raflesia Vol. 4 No. 1 Januari Juni 2012 kependudukan; (2) faktor pelayanan kesehatan; (3) faktor perilaku: dan (4) faktor lingkungan. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Berdasarkan lamanya masa kerja subyek penelitian, proporsi tertinggi yang mengalami keracunan pada masa kerja kurang atau sama dengan 5 tahun sehanyak 38 orang (61,50%), sedangkan masa kerja lebih 5 tahun sehanyak 14 orang (26,90%). Hasil uji stasistik Chi- Square dengan kemaknaan p<0,05 tidak ada hubungan yang bemakna antara masa kerja subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p=0,460). Hasil ini sependapat dengan hasi I penelitian Dirjoatmojo (1991) dan Suwanti (1997) yang menyatakan lamanya masa kerja dalam penanganw pestisida, balk sebagai petani/penyemproupekerja/pengguna pestisida tidak berpengaruh terhadap tingkat keracunan. Walaupun tidak adanya hubungan, tetapi hams diwaspadai, karena penggunaan pestisida secara berulang. diprediksi akan mengalami sakit dengan uejala keracunan akut. hal ini sesuai dengan yang dikemukanan Siswanto (1991). bahwa pestisida golongan organofosfat dan karbam at merupakan jenis pestisida yang menyebabkan keracunan akut. Lehi!' lanjut dikatakan paparan pestisida oleh organofosfat dan karbam at akin mengalami penurunan aktivitas cholinesterase dalam plasma dapat berlangsung 1-3 minggu, sedangkan dalam eritrosit bisa sampai 12 minggu atau 3 bulan. Hu bu ngan Antara Pengetahu an dengan Hasil perh itungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat keracunan. subyek penelitian yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang/rendah/tidak baik seban yak 32 orang (61,50%), yang mengalami keracunan ada 31 orang (59,60%), dan normal ada 1 orang (1,90%), sedangkan tingkat pengetahuan cukup/sedanwbaik sebanyak 20 orang (38,50%), yang keracunan ada 10 orang (19,20%), dan normal 10 orang (19,30%) Berdasarkan uji stasistik Chi Square dengan kemakn aan p<0,05 terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p=0,001). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sutarni (1992) yang menyatakan terdapat perbedaan berm Ana antara penyemprot herpengetahuan cukup tinggi dibanding dengan penyemprot yang kmengem huan rendah tentang bahaya pestisida. Azwar (1992) dan Notoatmojo (2007) menjelaskan, bahwa seseorang yang bemendidikan, berpengetahuan rendah cenderung akan bersikap rendah dalam penggunaan pestisida, tetapi belum tentu yang berpendidikan tinggi dan memiliki tingkat sikap yang tinggi akan melakukan praktik yang baik. Sudargo (1997) mengawkan, terjadinya suatu keracunan pestisida pada seseorang, apabi la disertai dengan pengetahuan yang kurang atau rendah tentang penggunaan pestisida akan lebih mudah terjadinya keracunan. Hu bungan Antara Sikap dengan 2

Mitra Raflesia Vol. 4 No. I Januari deni 2012 Hasil perhitungan antara sikap dengan tinakat keracunan. responden y ang mempunyai sikap baik 21 orang yang mengalami keracunan sebanyak 13 orang (25,00%) dan yang normal 8 orang (15.40%) sedangkan yang sikap kurang/tidak baik sebanyak 31 orang (57,60 I ) yang mengalami keracunan 28 orang (53,80%) dan yang normal 3 orang (5,80%).Berdasarkan uji stasistik Chi-.Square dengan kern aknaan p<0,45 terdapat hubungan antara sikap suhyek penelitian dengan tingkat keracunan (p=4,019). Hash 1 ini sesuai dengan dengan penelitian Sudargo (1997) sikap yang rendah cenderung menderita k?racunan dibanding dengan yang memiliki sikap sedang dan tinggi. SeIanjutnya Sarwono (1993) mengatakan perubahan sikap individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identitikasi, kemudian menjadi internalisasi. Sesuai pendapat Walgito (1994), sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal (faktor fisiologis dan psikologis) dan faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh individu, dan normanorma, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam nnasyarakat. Dari hasil sikap, pada subyek penelitian proporsi terbanyak pada kategori kurang/rendah, artinya tidak selalu mentaati aturan-aturan yang benar dari mulai mencampur sampai dengan pelaksanaan pewadahan, alasan mereka takut kalau mentaati peraturan yang ada memakan waktu akan lama dan rum it, dan yang mereka lakukan mengikuti perilaku mayoritas kelompoknya, mereka juga beranggapan bahwa yang d1lakukan itu merupakan suatu hal yang wajar dan biasa dialaminva. Hubuogan Antara Praktik dengan Tingkat Kcracunan Hash i perhitungan antara praktik dengan tingkat keracunan, subyek penelitian yang mempunyai sikap baik sebanyak 33 orang, yang mengalami keracunan sebanyak 23 orang (44,25%) dan yang normal 10 orang (19,25%) sedangkan y ang mempunyai sikap kurarig/tidak baik (buruk) sebanyak 19 orang, yang mengalam i keracunan 18 orang (34,55%) dan yang normal 1 orang (1,95%). Berdasarkan uji stasistik Chi-Square dengan kernaknaan p<o,05 terdapat hubungan antara praktik subyek penelitian dengan tingkat keracunan tp = 0,04), hasil ini sesuai dengan penelitian Munir (1993) mengemukakan bahwa sub y ek penelitian yang memiliki praktik buruk dalam mengelola pestisida semakin besar risiko menderita keracunan pestisida dihanding dengan mereka yang memiliki praktik balk. Sesuai pendapat Notoatmojo (2007), suatu sikap helum secara otomatis terwujud dalam praktik, untuk menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung dan pendorong atau suatu kondisi yang memungk1nkan. Sedangkan 5met (1994), praktik menurut Theory of Reasoned Actionak lagi dipengaruhi oleh kehendak, kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif : norma subyektif dipengaruhi oleic keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut.

Mitra Raflesia Vol. 4 No. 1 Januari Juni 2012 yang normal 9 orang. sedangkan pada tingkat pendidikan sarjana sebanyak 5 orang, yang mengalami keracunan sebanyak 3 orang dan yang normal 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lhat pada gam bar 3. SO 0 38 A7-30 - 20 0 Keracunan 10-3 2 5 n Norma I 0 SIT A TingkatPendid[kan Sa4ana Gambar 3. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Tingkai Pendidikan Yang Mengalmi Keracunan Pada Penjual Pestisida di Kota Bengkulu Status G izi Status gizi subyek penelitian ditentukan dengan menggunakan Indek Masa Tuhuh (IMT). Hasil pengukuran tinggi badan dan herat badan. setelah dilakukan perhitungan diperoleh status gizi subyek penelitian yang no rmal sebanyak 32 orang (61,50%), pada gizi tidak normal sebanyak 20 orang (38,50%)..1ika dibandingkan antara status gizi dengan tingkat keracunan, maka pada gizi normal sebanyak 32 orang, yang mengalami keracunan sebanyak 2i orang dan yang normal 11 orang, Sedangkan yang tidak normal sebanyak 20 orang (100%) mengalami keracunan. Untuk ]ebih jelasnya dapat dilihat pada gam bar 4. 35 32 30 25 21 20 20 is 20 1 5 1 0 fl Keracunan n Normal njumiah E 5 Normal Status gizi 7 Normal Gambar 4. Distribusi Subyek Penelitian Menurut Status Gizi Yang Mengalaini Keracunan Pada Penjual Pestisida di Kota Bengkulti

I Mitra Raflesia Vol. 4 No. I Januiuri - Juni 2W2 Analisis Bivariat Tabel - I Hasil Tabuiasi Silang Antara Variabel Bebas denganvariabel l erikat (Keracunan) di Kota Benekulu Tahun 201 I Keracunan No Variahe1 Ya Tidak Total % P Jml J %.l ml 1 %r Ma kerja < 5 tahun 13 59,60 7 13,50 38 73.10 0 460 >_ 5 tahun 10 19,20 3 7,70 14 26,911 F o t a I 41 78,80 10 21,20 52 100 2. Iii. Pengetahuan Baik [ 0 19.20 10 19,30 20 38,50 0, 000 Tidak Baik 31 59,60 I 1.9 31 61.50 1 o r a l 41 78,80 11 21.20 52 [00 3. Sikap Baik 17 25,00.8 15,40 21 40.40 0, 019 Tidak Balk 28 53.80 3 5,80 31 59,60 To tal 41 78,80 11 21,20 100 I 4. Praktik Baik 23 44,25 i0 19,25 33 63,50 0.040 Tidak Baik 18 34,55 1,95 19 36,50 I o1.ai +1 78.80 II 21,20 52 100 5. Alai Yelindung Diri Lengkap (.5) 5 9,60 7 13,aO 12 23,10 0, 001 Kurank en a (< 5 ) 36 6920 4 7.80 46 78.90 T o t a 1 41 78,80 11 21.70 52 100 PEMBAHASAN Berdasarkan basil pemeriksaan cholinesterase darah dari 52 responden, yang mengalami keracunan sebanyak 41 orang (78,80%) dengan rincian keracunan ringan 22 orang, keracunan scdang 17 orang, dan kearunan berat 2 orang, sedangkan y ang normal sebanyak 11 orang (21,20%). Hasil ini mentinjukkan, bahwa tingkat keracunan pada tenaga kerja penjual pestisida di Kota Bengkulu Tahun 2011 termasuk relatif tinggi bila dihandingkan dengan kasus-kasus keracunan di daerah lain. Suwarni (1997) dan Toto Sudargo (1997) rnelakukan penelitian tentang tingkat keracunan pest isida terhadap tenaga kerja pertanian bawang merah dan cabe di Kabupaten Brebes. dan i 419 subyek penelitian, yang rnengalami keracunan sebanyak 106 (25,3%), dan normal sebanyak 313 orang (74,7%). Di Sukoharjo, dan 198 subyek penelitian. yang mengalam i keracunan sebanyak 94 orang (47,5%), dan sebanyak 104 orang (52,5%) normal (Nasrudd in, 2001). Sugiri (2001) melakukan penelitian tentang perilaku tenaga penjual pestisida dan tingkat keracunan dari 61 subyek penelitian, yang rrtengalami keracunan 8 orang (13,10%) sedangkan yang normal sebanyak 53 orang (86,90%) Selanjutnya Suwarni (1997), menyatakan tingkat keracunan pestisida bagi tenaga kerja yang berhubungan dengan pestisida sebagai reflesi dari status kesehatan yang kurang balk berhubungan dengan empat faktor, antara lain: (1) faktor 5

Mitra Ratlesia Vol. 4 No. 1 Januui Juni 2012 kependudukan; (2) faktor pelayanan kesehatan: (3) faktor perilaku; dan (4) faktor ngkungan. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Berdasarkan lamanya masa kerja subyek penelitian, proporsi teftinggi yang mengalami keracunan pada masa kerja kurang atau sama dengan 5 tahun sebanyak 38 orang (61,50%), sedangkan masa kerja lebih 5 tahun sebanyak 14 orang (26,90%). Hasid uji stasistik Chi- Square dengan kentaknaan p<0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p = 0,460). Hasii ini sependapat dengan basil penelitian Dirjoatmojo (1991) dan Suwami (1997) yang menyatakan Eamanya masa kerja dalam penanganan pestisida, sebagai petan i/penyemprovpekerj &pengguna pestisida tidak berpengaruh terhadap tingkat keracunan. Walaupun tidak adanya habungan, tetapi harus diwaspadai, karenapenggunaan pestisida secara berulang, diprediksi akan mengalami sakit dengan gejala keracunan akut, hal ini sesuai dengan yang dikemukanan Siswanto (1991), bahwa pestisida golongan organofosfat dan karbamat merupaan jenis pestisida yang menyebabkan keracunan akut. Lebih lanjut dikatakan paparan pestisida oleh organofosfat dan karbamat akan mengalami penuninan aktivitas cholinesterase dalam plasma dapat berlangsung 1-3 minggu, sedangkan dalam eritrosit bisa sampai 12 minggu atau 3 bulan. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Has il perh itungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat keracunan, subyek penelitian yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang/rendahltidak baik sebanyak 32 orang (61,50%), yang mengalami keracunan ada 31 orang (59,60%), dan normal ada 1 orang (1.90%), sedangkan tingkat pengetahuan cukup/sedanwbaik sebanyak 20 orang (38,50%). yang keracunan ada 10 orang (19,20%), dan normal 10 orang (19,30%) Berdasarkan uji stasistik Chi-Square dengan kemaknaan p<0,05 terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p=0,001). Hasid ini sesuai dengan penelitian Sutami (1992) yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara penyemprot bemengetahuan cuk up tinggi di banding dengan penyemprot yang berpengetuhuan rendah tentang bahaya pestisida. Azwar (1992) dan Notoatrnojo (2007) menjelaskan, bahwa sesrang yang bemendidikan, nemengetahuan rendah cenderung akan bersikap rendah dalam penggunaan pestisida, tetapi belum tentu yang berpendidikan tinggi dan memiliki tingkat sikap yang tinggi akan melakukan praktik yang baik. Sudargo (1997) mengatakan, terjadinya suatu keracunan pestisida pada seseorang, apabila dengan pengetahuan yang kurang atau rendah tentang penggunaan pestisida akan lebih mudah terjadinya keracunan. Hubungan Antara Sikap dengan 6

Miira Raflesia Vol. 4 No. 1.1anuari Juni 2012 Hasil perhitungan antara sikap dengan tingkat keracunan, responder yang mernpunyai sikap baikk 21 orang y ang mengalami keracunan sebanyak 13 orang (25,00%) dan yang normal 8 orang t 15,40%) sedangkan yang sikap kurang/tidak baik sebanyak 31 orang (57,60%) yang mengalami keracunan 28 orang (53,80%) dan yang normal 3 orang (5,80%).Berdasarkan uji stasistik Chi- Square dengan kemaknaan p<o,05 terdapat hubungan antara sikap subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p-0.019). 1-lasi l ini sesuai dengan dengan penelitian Sudargo (1997) sikap yang rendah cenderung menderita keracunan dibanding dengan yang memiliki sikap sedang dan tinggi. Selanjutnya Sarwono (1993) mengatakan perubahan sikap individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian menjadi internalisasi. Sesuai pendapat W algito (1994), sikap yang ada pada diri seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal (faktor fisiologis dan psikologis) dan faktor eksternal dapat herujud situasi yang dihadapi oleh individu, dan normanorma, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat. sari hasil sikap, pada subyek penelitian proporsi terbanyak pada kategori kuranglrendah, artinya tidak selalu mentaati aturan-aturan yang benar dari mulai mencarnpur sampai dengan pelaksanaan pewadahan, alasan mereka takut kalau mentaati peraturan yang ada memakan waktu akan lama dan rumit, dan yang mereka lakukan mengikuti perilaku mayoritas kelompoknya, mereka juga beranggapan bahwa yang dilakukan itu merupakan suatu hal yang wajar dan hiasa dialaminya. Hubungan Antara Praktik dengan Hasil perhitungan antara praktik dengan tingkat keracunan, subyek penelitian yang mempunyai sikap baik sebanyak 33 orang, yang mengalami keracunan sebanyak 23 orang (44,25%) dan yang normal 10 orang (19.25%) sedangkan yang mempunyai sikap kurang/tidak baik (buruk) sebanyak 19 orang, yang mengalami keracunan 18 orang (34,55%) dan yang normal I orang (1,95%). Berdasarkan uji stasistik Chi-Square dengan kemaknaan p<0,05 terdapat hubungan antara praktik subyek penelitian dengan tingkat keracunan (p = 0,04), hasil ini sesuai dengan penelitian Munir (1993) mengemukakan bahwa subyek penelitian yang rnemiliki praktik buruk dalam mengelola pestisida semakin besar risiko menderita keracunan pestisida dibanding dengan mereka yang memiliki praktik baik. Sesuai pendapat Notoatmojo (2007), suatu sikap belum secara otomatis terwujud dalam praktik, untuk menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung dan pendorong atau suatu kondisi yang memungkinkan. Sedangkan Smet (1994), praktik men urut Theor y of ReasonedActionaklagi dipengaruhi oleh kehendak, kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif, norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut. 7

Mitra Raflesia Vol. 4 No. 1 Januari - Juni 2012 Hasil observasi dari praktik subyek penelitian dalam menjual pestiida tidak lagi sesuai dengan anjuran yang telah ada, melainkan mereka berbuat apa adanya sesuai dengan yang biasa mereka lakukan (alami), prinsipnya menjual pestisida cepat laku endek kaw lebih baik laris pembeli dari pada mem entingkan kesehatannya). Hu bu ngan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Tingkat Keracunan Hasil perhitungan antara penggunaan alat pelindung diri dengan tingkat keracunan, pada subyek penelitian yang penggunakan alat pelindung diri kurang lengkap dari 40 orang, terdapat 36 orang (69,20%) keracunan, dan 4 orang (7,70%) normal. sedangkan yang memakai alat pelindung diri lengkap dari 12 rang, terdapat 5 orang (9,60%) keracunan dan 7 orang (13,50%) normal. Berdsarkan uji stasistik Chi-Square dengan kemakn (p<0,05) ada hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan tingkat keracunan (p = 0,001). Depkes, RI (1996) mengatakan, bagi penjamah atau pengguna pestisida yang melakukan penyemprotan di luar gedung (lapangan) jenis perlengkapan alat pelindung diri yang digunakan minimal: (1) pelindung kepala (topi); (2) pelindung pernafasan (masker); (3) pelindung badan (baju lengan panjang dan celana panjang); (4) pelindung kaki (sepatu booaanvas); (5) pelindung tangan (sarung tngan): dan (6) pelindung mata (goggleikaca mata). Sumdmur (2009), mengatakan pestisida adalah Kahan kim is berbahaya (racun), maka cara kerja yang sesuai dengan K3 antara lain: (1) saat inencampur menggunakan sarung tangan karet. alat takar dan pengaduk khusus; (2) s cat menyemprot menggunakan topi. masker, celana panjang, baju lengan panjang, sarung tangan, kaca mata, Jan searah angin; (3) selesai mencampur dan menyemprot, bungkus bekas pestisida dikubur, air bekas cucian alat dibuang pada tempat yang tidak mencemari lingkungan, membersihkan badan (mandi) dan ganti pakaian sebel urn melakukan pekerjaan lain, serta cuci tangan sebelum makan. Menentun Fakior-fakter Risiko yang Berpengaruh Untuk mengetahui kekuatan hubungan faktor-faktor risiko dengan kejadi an keracunan pestisida pada responden, yaitu memasukkan variabel bekas terhadap variabel terikat kedalatn analisis logistic regresstion. Hasil uji logistic regresstion menunjukkan, bahwa, sikap dan praktik yang mulanya berhubungan (p<0,05) setelah uji logistic regresstion tidak ada hubungan. Selanjutnya faktor risiko lainnya yang mempunyai hubungan secara bermakna (p<0,05) dari yang paling kuat sampai lemah terhadap terjadinya keracunan adalah : I). Tingkat Pengetahuan = 0.006 dengan OR = 25,896) Azwar (1992) dan Notoatmojo (2007) m enj e las kan bahwa seseorang yang berpendidi, bemengewhuan rendah cenderung akan hersikap rendah dalam penggunaan pestisida, tetapi belum tentu yang berpendidikan tinggi dan mcmiliki tingkat sikap yang tinggi 8

M itra Raflesia Vol. 4 No. I Ianuari Juni 2012 akan melakukan praktik yang baik. Sudargo (1997) mengatakan, terjadinya suatu keracunan pestisida pada seseorasig, apabila disfttai dengan pengetahuan yang kurang atau rendah tentang penggunaan pestisida akan lebih mudah terjadinya keracunan. 2). Pakaian pelindung atau alat pelindung diri (p = d,018 dengan DR= 9,873) Pemakaian atau penggunaan alat pelindung din i kurang dari lima macam jenis (kurang lengkap) selamapenanganan/melayani/meraci k pestisida mempunyai risiko tingkat keracunan pestisida bila dibanding dengan yang memakai alat pelindung!ebih dari lima macam jenis (lengkap); pengguna pestisida umuninya kurang/rendah. artinya tidak selalu mentaati aturan yang benar dari mulai pelayanan, mencampur sampai dengan peracikan, alasan mereka takut kalau mentaati peraturan y ang ads akan niemakan waktu lama, dan mereka mengikuti perilaku kondisi lingkungan sosial budaya yang ada dikelompok serta cenderung sesuai dengan apa yang dilakukan sehari-hari pada kclompoknva. mereka juga beranggapan hahwa keracunan pestisida merupakan suatu hal yang wajar dan biasa dialaminya. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1-lasi1 pemeriksaan cholinesterase darah pada 52 responden, sebagian besar mengalami tingkat keracunan dan sebagian kecil yang tidak keracunan (normal). Hasil uji statistik hifariat, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tingkat keracunan pestisida adalah pengetahuan, sikap. praktik, dan penggunaan alai pelindung diri_ Masa kerja tidak ada huhungan. 1-lash l uji statistik!nultifarial (logistik ganda) dari taktor-faktor risiko yang mempunyai hubungan paling kuat sampai yang lemah terhadap tingkat keracunan pestisida sebagai berikut: a) tingkat pengetahuan yang tidak haik mempunyai risiko 25.896 kali keracunan pestisida dibandingkan dengan yg mempunyai pengetahuan baik; b) pengggunaan APD yg tidak lengkap mempunyai risiko 9,873 kali keracunan pestisida dibandingkan dengan yang menggunakan APD lengkap. SARAN Disarankan mengoptimalkan pelatihan, penyuluhan, dan bimbingan serta pemantauan dari lintas sektor dan lintas program dengan dukungan pemerintah daerah, karenta andalan utama untuk daerah Provinsi Bengkulu adalah pertanian; penjual pestisida dianjurkan menggunakan alat pelindung diri sewaktu melakukan penanganan pestisida untuk memperkecil risiko keracunan pestisida, dan dilakukan penelitian lebih lanjut, khusunya tentang pengaruh penggunaan pestisida terhadap lingkungan, hasi1 panen, dan pada pecan i sayuran yang sexing menggunakan pestisida KEPUSTAKAAN Azwar, S 1992. Sikap Manusia Teori dun Pengukurannya, Edisi 1. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Dirdjoatsnodjo, H.,1991. Keracunan Pestisida Organofosfat Pd Penyemprot Perkebunan 9

Mitra Raflesia Vol. 4 No. 1 Januari - Juni 2012 Sayur Sekitar Bandung, M KB XX II1, No. 3. Januari 1991; hal. 118 124. Dirjen PPM & PLP Depkes, R. I., I 996 Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dg pestisida, Sub.Dit. Pengamanan Pestisida Depkes, Jkt. Hadi, S., 2000. Seri Program Statistik Versi 2000, Univ. Gadjah Mada. Yogyakarta. Mukono. H.S., 2009. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, University Airlangga Press. Surabaya. M un ir,f.,1993.h ub TA Pemaparan Pestisida Organofosfat Thdp Aktifitas Cholinesterase Darah Petani Pen vemprot Hama Sayuran di Desa Gondosulu, Kec Tawangmangu, Skripsi, tdk di pub 1 ikasikan. FKM- UNDIP. Sing. Notoatmodj o, S., 2005. Dasar-dasar Pendidikan dan Pelatihan, Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta., 2007. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Emu Perilaku Kesehatan, PT. Andi Offset, Yogyakarta. Nasaruddin, 2001. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Keraeunan Pestisida Pada Petani Hortikultura di Sukoharjo. Tesis, tidak diterbitkan. ProgramStudi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Utama FETP-Program Paseasarjana Universitas Gadjah Mad a. Yogyakarta. Pun., 2002. Tiga Juta Orang di 10 Negara Keracunan Pestisida.Sinar Flarapan, Jkt. Siswanto, A., 1991. Pestisida, Bala i Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (I IIPERKES) dan Ergonomi, Surabaya. Suma'mur, P. K., 2009. Higene Perusahaan & Keselamatan Kerja, Sagung Seto, Jkt. Sub.Dit. Pengamanan Pestisida Depkes, R.1., 1996_ Pengelolaan Pencatatan dan Pelaporan Upaya Pengamanan Pestisida, Malah pd Konsulthsi Teknis Prog PLP di Puslitbang Gizi Bogor, JaBar Suwarn i, A., 1997. Petnaparan dan Pestisida Pada Tenaga Kerja Pert Bawang Merah dan Cabe Di Kabupaten Brebes-Jawa Tengah, Tesis, tidak diterbitkan. Program Studi Hiperkes-Ilmu Kesehatan Kerja Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sudargo, T., 1997. dan Perilaku Petani dalam Menggunakan Pestisida di Kabupaten Brebes, Tesis, tidak diterbitkan. Prog Studi Ilmu Kes Masyarakat Program P a scasarj an a Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sugiri., 2001. Perilaku Tenaga Penjual Pestisida dan Tingkat Keracunannnya di Kabupaten Temanggung Jawa 10

Mitra Ra lesia Vol. 4 No. l Januari J uni 2012 Tengah, Tesis, tidak Walgito,B.,1994.Psikologi Sos (Suatu diterbitkan. Prog Studi fimu Pengantar), Penerbit Andi Kes Masy Prog Pascasarjana Offset, Yogyakarta. Unix Gadjah Mada. Y ogyakarta. Ii