digilib.uns.ac.id 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ekologi Padi Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana dan monokultur berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya. Selain itu ekosistem yang berada di sawah bukan ekosistem alami, akan tetapi sudah berubah sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah tersebut. Hal ini yang menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi serangan hama. Oleh karena itu ledakan hama merupakan ciri setiap pertanian monokultur (Untung 1993). Dalam mengantisipasi kerusakan yang disebabkan hama dan penyakit pada tanaman budidaya, khususnya padi perlu adanya suatu tindakan. Tindakan untuk mengantisipasi kerusakan pada tanaman budidaya yaitu berupa suatu upaya pengendalian. Pengendalian sendiri ada tiga jenis yaitu, pengendalian biologi, pengendalian kimiawi, dan pengendalian mekanis. Cara pengendaliannya berbeda-beda menurut jenis hama dan penyakit tanamannya (BPTP BANTEN 2009). Ekosistem sawah secara teoritis merupakan ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan dalam ekosistem sawah tidak hanya ditentukan diversitas struktur komunitas namun juga ditentukan oleh sifat-sifat komponen dan interaksi antar komponen ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama khususnya wereng batang coklat. Predator wereng batang coklat yang umumnya polifag akan memangsa berbagai jenis serangga (Santosa 2007). B. Peran Tumbuhan Berbunga dalam Ekosistem Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh manusia karena bersifat mengganggu. Dampak negatif yang timbul akibat keberadaan gulma pada lahan pertanian antara lain (1) menurunkan produksi, (2) menurunkan mutu hasil, (3) menjadi inang alternatif hama dan patogen, 5
digilib.uns.ac.id 6 (4) mempersulit pengolahan tanah dan mempertinggi biaya produksi, (5) menimbulkan zat beracun dari golongan fenol bagi tumbuhan yang lain, (6) mengurangi debit dan kualitas air (Triharso 1994). Gulma yang selama ini dianggap sabagai tanaman pengganggu ternyata mempunyai beberapa pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman budidaya dan musuh alami. Pada area persawahan jarang ditemui vegetasi alternatif yang dapat berfungsi sebagai tempat hidup, makan dan perlindungan bagi musuh alami. Beberapa jenis hama tanaman lebih menyukai hidup pada gulma dan akan menyerang tanaman budidaya jika gulmanya tidak ada. Namun, gulma juga dapat digunakan sebagai habitat yang menguntungkan bagi musuh alami (Gunawan 2005). Gulma dalam pengendalian hayati melalui interaksinya dengan serangga dapat berperan positif, maka perlu dicari pola interaksi serangga dengan gulma yang dapat mendukung pengendalian hayati pada ekosistem sawah. Kegiatan pertanian berpengaruh terhadap kuantitas dan tipe interaksi. Modifikasi habitat dan aplikasi pestisida pada ekosistem pertanian berpengaruh terhadap struktur jaring makanan (food web) (Aminatun 2012). Berdasarkan hasil studi interaksi antara tanaman, gulma, dan serangga dapat diketahui bahwa gulma berpengaruh terhadap keragaman dan keberadaan serangga herbivora dan musuh-musuh alaminya dalam sistem pertanian. Bunga pada gulma tertentu (kebanyakan Umbelliferae, Leguminosae, dan Compositae) berperan penting sebagai sumber pakan parasitoid dewasa yang dapat menekan populasi serangga hama (Kopta et al. 2012). Penelitian tentang pengaruh tumbuhan berbunga terhadap lama hidup imago parasitoid membuktian bahwa penggunaan tumbuhan kacang pintoi (Arachis pintoi) mampu meningkatkan lama hidup dan daya parasitisasi imago Opius sp.. Penelitian ini dilakukan dengan menguji Opius sp. pada tumbuhan berbunga antara lain tanaman kate mas (Euphorbia heterophylla L.), tanaman gletang (Tridax procumbens L.) dan tanaman kacang pintoi (Arachis pintoi) ( Herlinda et al. 2008).
digilib.uns.ac.id 7 Menurut penelitian pada beberapa jenis tumbuhan berbunga, terdapat 25 jenis tanaman di lokasi percobaan yang dikunjungi oleh serangga. Serangga yang ditemukan berperan sebagai parasitoid pada hama Metisa plana dari ordo Hymenoptera famili Euphelmidae dan famili Braconidae (Aphanteles metesae). Jenis tanaman yang paling banyak ditemukan parasitoid hama Metisa plana adalah Cynodon dactilon, Momordica charantia, Asystasia intrusa, Mimosa pudica dan Ageratum conyzoides. Serangga parasitoid menyukai tanaman tersebut karena memiliki bunga dan trichoma pada daun, yang diduga sebagai tempat sintesis senyawa penarik parasitoid (Dewi 2010). Bunga selalu dikunjungi serangga untuk mendapat nektar dan/atau polen. Nektar dan polen berperan sebagai sumber makanan. Nektar mengandung 10-70% gula, lipid, asam amino, dan mineral sedangkan polen mengandung 15-30% protein, lemak, vitamin, dan unsur penting lainnya. Nektar dan polen dihasilkan kelenjar madu yang biasanya terletak didasar perhiasan bunga (Schoonhoven et al. 1998). C. Ekologi Parasitoid Pengendalian hayati adalah pengendalian OPT dengan menggunakan musuh alami. OPT berupa hama, patogen tanaman, atau gulma. Sementara agens hayati berupa predator, parasitoid, entomopatogen, antagonis, pemakan gulma, dan sebagainya. Pengendalian hayati ini dilakukan dengan cara mengkondisikan agens hayati (musuh alami) untuk menyerang OPT, dengan harapan musuh alami dapat mengalahkan OPT (Mudita 2012). Musuh alami berperan dalam mengendalikan populasi serangga hama pada tanaman padi. Pemeliharaan musuh alami dapat dilakukan dengan cara membatasi penggunaan insektisida. Insektisida sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir jika serangan hama sudah melebihi ambang ekonomi. Ambang Ekonomi adalah suatu tingkat/level kerusakan pada tanaman budidaya yang harus dilakukan pengendalian untuk menekan kerusakan yang lebih parah sehingga dapat menyebabkan kerugian petani. Jumlah hama yang sedikit tidak akan merusak
digilib.uns.ac.id 8 padi, sebaliknya akan menyediakan makanan untuk musuh alami ( Furlong et al. 2004). Pelestarian musuh alami baik predator, patogen, parasitoid maupun agens antagonis merupakan bagian dari konservasi sumber daya alam hayati. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990, tujuan dari konservasi adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Anonim 1990). Meningkatkan peranan musuh alami dan keanekaragaman hayati serangga dapat dilakukan dengan mengurangi atau tanpa menggunakan pestisida. Jenis dan populasi musuh alami (predator dan parasitoid) dipengaruhi oleh pestisida. Pada pertanian yang tidak diaplikasikan pestisida, jenis dan populasi musuh alami lebih banyak daripada yang diaplikasikan pestisida. Budidaya padi yang tidak menggunakan pestisida dapat menstabilkan populasi musuh alami, khususnya arthropoda (Lubis 2005). Pelestarian musuh alami berhubungan dengan cara pengelolaan lahan pertanian yang berpengaruh terhadap agroekosistem didalamnya. Modifikasi faktor lingkungan dapat mengoptimalkan efektivitas kinerja musuh alami. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunan pestisida, menanam bunga atau kultivar yang menjadi sumber nektar dan dapat menjadi alternatif tempat bersembunyi/berlabuh/tempat hidup bagi musuh alami, menganekaragamkan tanaman budidaya dengan intercropping (tumpangsari) atau relay cropping (tumpang gilir), serta mengubah cara panen dan cara penanaman untuk menjaga hilangnya tempat berlindung bagi musuh alami serta penggunaan tanaman penutup untuk menambah daya tahan hidup musuh alami (Aminatun 2009). Sebagian besar parasitoid masuk dalam ordo Hymenoptera. Parasitoid Hymenoptera berjumlah ribuan spesies di seluruh dunia dan memiliki biologi yang kompleks dan menarik. Parasitoid mempunyai satu sifat yang membedakannya dari serangga commit karnivor to user yang lain (predator), yaitu hanya
digilib.uns.ac.id 9 memerlukan satu individu inang selama perkembangannya, sedangkan predator membutuhkan lebih dari satu mangsa untuk perkembangannya (Oliver et al. 2013). Telenomus rowani (Ordo : Hymenoptera, Famili : Scelionidae) merupakan salah satu parasitoid telur penggerek. Parasitoid ini meletakkan telur hanya pada 1 telur inang dan berkembang hingga dewasa pada telur tersebut. Sebutir telur inang cukup untuk menghidupi larva parasitoid hingga dewasa. Siklus dari telur hingga dewasa barlangsung selama 14 hari. Parasitoid dewasa berumur 2-4 hari. Betina dapat bertelur 20-40 butir selama hidupnya (Arifin 1999). Prodenia sp. merupakan hama yang menyerang tanaman kedelai pada bagian daunnya. Biasanya yang diserang adalah tanaman yang sudah tua. Ciri serangan ulat Prodenia sp. ini yaitu terdapat bekas gigitan dan pada serangan yang sudah lanjut pada tanaman kedelai yang tertinggal hanya tulang daun saja. Cara pengendalian ulat Prodenia sp. dengan parasitoid dapat menggunakan Pedoya setosa (Abu 2009).