BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, peningkatan jumlah anak

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Autisme, Desain Buku. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN ANAK AUTIS DALAM MENCAPAI KEMANDIRIAN DI YAYASAN ANANDA KARSA MANDIRI (YAKARI) MEDAN. Diajukan Oleh : SITI RAHMA

Pendahuluan. Leo Kanner 1943 : Anggapan sebenarnya : 11 kasus anak dgn kesulitan berkomunikasi. Tidak berhubungan dgn retardasi mental

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. kadangkala mengalami gangguan baik sebelum proses kelahiran maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan di seputar dunia autistik semakin banyak dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

PELATIHAN DASAR TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik media cetak maupun media elektronik. Perusahaan telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Lampiran 1. Tabel keputusan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan dan menginterpretasikan makna (Wood, 2007:3). baik, contohnya adalah individu yang menyandang autisme.

HUBUNGAN ANTARA DIET BEBAS GLUTEN DAN KASEIN DENGAN PERILAKU HIPERAKTIF ANAK AUTIS

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistriadini Alamsyah Sidik, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Model Lingusitik Klinis dalam Terapi Anak-anak Penderita Autis

Modul Pengajaran Terstruktur Dengan Metode TEACCH (Treatment and. Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children).

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN CATATAN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN. PRAKATA.. LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orangtua akan menjaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi?

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies

BAB I PENDAHULUAN. Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat

AUTISM CARE CENTER DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOUR ARCHITECTURE DI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

B i n t o r o Abdi Negoro arsitektur universitas mercu buana. Utara : RS MMC. Timur : GOR Sumantri Brojonegoro. Barat : Kantor swasta

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar dan komunikasi, terutama penyandang autis semakin banyak. Maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan maupun terapi untuk anak autis secara umum. Peningkatan pelayanan itu diharapkan dapat menampung anak autis lebih banyak serta meminimalkan problem belajar maupun komunikasi terutama pada anak-anak autis. Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan anak autis diperlukan suatu sistem pelayanan yang terpadu dan implementasinya dalam bentuk group/kelas (sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui modifikasi perilaku. Di Indonesia, masalah tentang autis sudah sering dibicarakan baik di media cetak (seperti: koran, majalah dan jurnal) maupun di media elektronika (seperti: televisi, radio, dan internet). Tak jarang diadakan dialog dan seminar yang mengangkat tema gangguan perkembangan pervasif ini. Tempat-tempat terapi pun sudah banyak kita jumpai di berbagai kota di Indonesia, tentu saja dengan jenis terapi yang berbeda-beda. Terdapat 4-5 kasus autisme pada setiap sepuluh ribu anak. Kasus ini akan bertambah hingga 20%, jika anak yang menderita gangguan retardasi mental berat dengan ciri autisme dimasukkan dalam gangguan autisme. Hal senada juga

diungkapkan oleh Budhiman (1998) perihal angka perkembangan autisme ini. Ia mengatakan bahwa sekitar 15-20 tahun yang lalu hanya terdapat 2-4 kasus autisme dari 10.000 anak. Namun saat ini kasus autisme diperkirakan meningkat hingga 20%, diseluruh dunia (Kaplan-1997 dalam skripsi Fitriyanti tentang Efektivitas Terapi Wicara Pada Anak Autis Dengan Gangguan Perkembangan Bahasa Di Pusat Terapi Anak Dengan Kebutuhan Khusus A plus). Autis dijelaskan adanya kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita. Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari kelainan spektrum autis atau autism spectrum disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung gangguan perkembangan pervasif atau pervasive development disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme (http://id.wikipedia.org/wiki/autisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret 2014, pukul 23:48 WIB). Gangguan tumbuh kembang anak juga dapat dilihat secara komplek yang gejalanya tampak sebelum anak berusia tiga tahun. Gangguan autisme pada awalnya apabila seorang anak memiliki kelemahan ditiga domain tertentu, yaitu sosial, komunikasi, dan tingkah laku yang berulang. Penjelasan lain

diungkapkan gangguan pertumbuhan anak penyandang autis dianggap berasal dari faktor psikologis, yaitu karena kurangnya komunikasi dan kasih sayang dari orang tua terutama ibu atapun keluarga yang tidak berfungsi secara baik dan tidak mendukung perkembangan anak. Autis sebagai gangguan perkembangan pervasif yang ciri utamanya adalah gangguan kualitatif pada perkembangan komunikasi baik secara verbal (berbicara dan menulis) dan non verbal (kurang bisa mengekspresikan perasaan dan kadang menunjukan ekspresi yang kurang tepat) (Peeters, 2004). Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku. Saat ini dijelaskan bahwa penyebab dasar faktor seorang anak itu mengalami gangguan tumbuh kembang seperti autis salah satunya karena faktor genetik, namun meskipun anak membawa predisposisi genetic, bila tidak ada faktor pencetus dari luar diperkirakan gejala autis tidak keluar. Faktor pencetusnya antara lain berasal dari

ibu, seperti keracunan logam berat, infeksi virus rubella, toksoplasma, jamur atau ibu memakan obat-obatan keras terutama pada trimester pertama serta ibu pada saat hamil mengalami gangguan pencernaan yang menyebabkan berbagai alergi pada makanan sehingga mengakibatkan gangguan kekebalan tubuh. Hal inilah yang dapat memicu anak sempat berkembang normal kemudian terjadi kemunduran disertai dengan adanya gejala autistik. Beberapa pelayanan treatment yang diterapkan terhadap anak autis antara lain, pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication Handicapped Children). Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb). Speech Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran. Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/autisme diakses pada hari Minggu, tanggal 30 Maret 2014, pukul 23:48 WIB). Pelayanan autisme intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya. Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), dan Auditory Integration Training (AIT).

Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif. Data menunjukkan bahwa jumlah penyandang autisme semakin hari semakin banyak. Dari berbagai kepustakaan, dulu diperkirakan hanya 4-5 per 10.000 kelahiran, kemudian meningkat pada tahun 1990-an awal menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran. Pada tahun 2000 (ASA Confrence), meningkat lagi mencapiai 60 per 10.000 kelahiran,atau 1:250 anak. Di Amerika autisme telah dinyatakan sebagai national alarming (Purboyo, 2007). Hasil penelitian terbaru menunjukkan satu dari 150 balita di Indonesia kini menderita autisme. Laporan terakhir badan kesehatan dunia (WHO) yang di kutip oleh Sinung (2008) tahun 2005 juga memperlihatkan hal serupa, yang mana perbandingan anak autisme dengan anak normal di seluruh dunia, termasuk Indonesia telah mencapai 1:100. Oleh karena itu, salah satu yayasan yang menyediakan sistem pelayanan terhadap anak yang berkebutuhan khusus seperti autis di kota Medan adalah Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI), serta latar belakang pemilik yayasan dan sekolah anak berkebutuhan khusus yang memiliki riwayat anak penyandang autis, mendirikan pusat sekolah sekaligus terapi untuk anak autis. Didirikannya sekolah yakari untuk menyelenggarakan pendidikan kepada anak autistik dalam bentuk layanan individual classroom dengan individual education program sesuai kebutuhan individu anak dengan berbagai program terapi antara lain terapi wicara, terapi perilaku, terapi

okupasi, sensori integrasi yang dilakukan dengan berbagai metode antara lain COMPIC (Visual Support), floor time, classical dan games dibawah bimbingan guru dan terapis yang berpengalaman, ramah, sabar dan bersahabat. Di samping itu, klinik YAKARI berfungsi untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi medis, meliputi assessment awal dan penegakan diagnosa serta konsultasi rutin secara individual yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp. Kj (K). Hal tersebut sangat membantu para orangtua untuk mendapatkan informasi tentang autistik, sehingga penanganan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan terarah untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap anak yang berkebutuhan khusus seperti anak autis dalam mencapai kemandirian anak. Kemandirian yang dimaksud yaitu agar anak mampu untuk membantu dirinya dalam kehidupan rutin setiap hari, seperti makan, minum, mandi, ke wc, memakai dan melepas baju, memakai dan melepas kaos kaki, dan lain-lain Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji sistem pelayanan tersebut yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian Di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan arah penelitan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Implementasi Sistem Pelayanan Anak Autis Dalam Mencapai Kemandirian Di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI) Medan?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem pelayanan anak autis dalam mencapai kemandirian di Yayasan Ananda Karsa Mandiri (YAKARI). 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan informasi serta untuk mengembangkan konsep-konsep ataupun teori-teori ilmu kesejahteraan sosial untuk meningkatkan sistem pelayanan khususnya terhadap anak penyandang autis dalam mencapai kemandirian. 2. Secara Praktis Bagi orangtua ataupun anak penyandang autisme akan memberikan suatu alternatif terapi yang lebih aman dan terarah serta diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang telibat dalam upaya penyelenggaraan sistem pelayanan anak autis.

1.4 Sistematika Penulisan berikut: Penulisan penelitian ini disajikan dalam VI bab dengan sistematika sebagai BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menguraikan secara teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang metodologi penellitian yang terdiri dari tipe penelitiaan, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis mengadakan penelitian. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian penulis sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.