I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun lalu, tepatnya pada tahun 2008 perekonomian dunia dihadapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT BANK MANDIRI SYARIAH (PERIODE )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

ERFRITA NOUR MAYA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

diteliti yaitu Bank BNI Syariah. Selanjutnya akan dibahas mengenai Sumber Data yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH BERDASARKAN ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. beban dan sangat menyusahkan, sebaliknya bank bank lain bahkan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lain, kemudian mengelola dana tersebut dan menyalurkannya kepada masyarakat atau

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perbankan pada perekonomian Indonesia tahun 2014 diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kerja serta kemampuan lainnya pada suatu perusahaan. Sama seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yaitu yang dimaksud dengan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. keputusan operasional taktis stratejik manajerial, alat prediksi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. demikian, rasio tersebut relatif lebih rendah di banding negara kawasan Asia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks dan beragam. Oleh karena itu, kinerja bank harus

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki


Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun lalu, tepatnya pada tahun 2008 perekonomian dunia dihadapkan pada satu perubahan drastis yang nyaris tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan berisiko tinggi (Subprime Mortgage) di Amerika Serikat secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis keuangan global, dan kemudian dalam hitungan bulan telah berubah menjadi krisis ekonomi yang melanda ke seluruh dunia. Kuatnya intensitas krisis membuat negara-negara kawasan Asia, yang semula dianggap relatif steril dari dampak krisis, akhirnya sulit bertahan dan turut pula terkena imbas krisis. Di indonesia, perekonomian yang dalam 3 (tiga) triwulan terakhir dipenuhi optimisme dan tumbuh diatas 6%, tiba-tiba harus mengalami perlambatan yang hanya mampu tumbuh 5,2% pada triwulan IV- 2008.(Outlook Ekonomi Indonesia, 2009) Beberapa dampak krisis terhadap perekonomian dunia yang dituliskan oleh beberapa peneliti Bank Indonesia dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014 edisi Januari 2009, antara lain sebagai berikut: 1. Berdampak ke pasar uang Internasional 2. Dampak Makroekonomi

2 3. Perlemahan perdagangan dunia dan harga komoditas 4. Berkurangnya aliran remittance 5. Kontraksi dan perubahan pola aliran FDI dunia. Selain dampak terhadap perekonomian dunia, dalam buletin Outlook Ekonomi Indonesia edisi Januari 2009 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia tersebut juga menyebutkan dampak krisis terhadap perekonomian domestik yang terbagi menjadi dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak langsung krisis terhadap perekonomian domestik yaitu: 1. Kerugian akibat kepemilikan aset bermasalah 2. Keketatan likuiditas akibat deleveraging 3. Risk Aversion dan flight to quality 4. Capital Outflow Sedangkan dampak tidak langsung krisis terhadap perekonomian domestik antara lain terhambatnya sumber pembiayaan ekonomi. Ditengah terjadinya penurunan tajam (abrupt adjustment) di perekonomian global, perekonomian Indonesia mampu mencatat pertumbuhan sebesar 6,1% pada tahun 2008, namun di penghujung tahun 2008 tersebut, dampak krisis keuangan global telah berimbas ke perekonomian Indonesia seperti terlihat pada pertumbuhan ekonomi yang hanya tercatat sebesar 5,2% pada triwulan IV-2008, jauh menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007 yang mencapai 5,9%. (Outlook Ekonomi Indonesia, 2009)

3 Masih bersumber dari buletin Outlook Ekonomi Indonesia tahun 2009, yang mengatakan bahwa longgarnya kebijakan moneter Amerika Serikat sepanjang tahun 2002-2004 diyakini sebagai salah satu penyebab krisis yang mendorong lonjakan kredit perumahan di Amerika Serikat. Selain rendahnya suku bunga, kenaikan permintaan kredit perumahan juga didorong oleh kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang mendukung program kepemilikan rumah melalui lembaga pembiayaan perumahan milik pemerintah seperti Fannie Mae dan Freddie Mac. Melonjaknya permintaan rumah menyebabkan harga rumah turut mengalami peningkatan. Kondisi ini semakin mendorong perbankan untuk mengucurkan kredit perumahan secara agresif sehingga pada saat bersamaan terjadi penurunan standar kehati-hatian dalam penyaluran kredit perumahan, yang memunculkan Subprime Mortgage (pinjaman perumahan kepada nasabah yang sebetulnya kurang layak mendapatkan KPR bank). Longgarnya kebijakan pemerintah Amerika tersebut masih diperparah lagi dengan beberapa kejadian yang membuat masalah ini semakin kompleks sehingga menjadi krisis finansial global. Berdasarkan sedikit uraian diatas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana akhirnya dampak krisis tersebut ke perekonomian Indonesia. Transmisi dampak krisis global ke perekonomian Indonesia pada dasarnya melewati dua jalur, yaitu finansial (financial channel) dan jalur perdagangan (trade channel) atau jalur makroekonomi. Dampak krisis global ke perekonomian Indonesia melalui jalur finansial dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung akan muncul apabila bank atau lembaga keuangan memiliki asetaset yang bermasalah (toxic assets), atau meskipun tidak memiliki aset-aset yang bermasalah namun memiliki kaitan dengan lembaga keuangan yang memiliki aset

4 bermasalah tersebut. Selain itu, dampak krisis melalui jalur finansial langsung juga muncul melalui aktivitas deleveraging, dimana investor asing yang mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik dana yang tadinya ditanamkan di Indonesia. Selain melalui kedua hal diatas, dampak langsung jalur finansial juga muncul melalui aksi flight to quality, yaitu penyesuaian portofolio dari aset yang dipandang beresiko ke aset yang lebih aman. Kondisi ini dipicu oleh munculnya perilaku risk aversion yang berlebihan dari investor yang menyusul goncangan yang terjadi di pasar. (Outlook Ekonomi Indonesia, Januari 2009) Seperti yang kita ketahui berdasarkan uraian diatas dampak krisis secara langsung melalui financial channel imbasnya terhadap lembaga keuangan. Selain resiko kredit macet, deleveraging dimana investor asing mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik dana yang tadinya ditanamkan di Indonesia, juga akan memicu terjadinya krisis kepercayaan nasabah terhadap lembaga keuangan termasuk perbankan. Krisis perbankan beberapa waktu lalu yang disebabkan oleh kelangkaan dana pada perbankan dalam jumlah besar sebagai akibat penarikan dana secara besarbesaran oleh masyarakat ditambah melemahnya nilai rupiah terhadap dolar, menyisakan trauma bagi para pelaku ekonomi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Meski beberapa analis menyatakan bahwa krisis keuangan selalu didahului oleh fluktuasi dan ketidakstabilan makroekonomi yang menyebabkan terdepresinya mata uang domestik secara signifikan yang menyulut tingginya tingkat bunga dan inflasi yang berujung pada krisis perbankan, beberapa analis lain berpendapat bahwa ketidakstabilan makroekonomi justru disebabkan oleh

5 lemahnya sistem perbankan. Melihat kondisi tersebut maka pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang- Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dimana Bank Indonesia diharuskan untuk mengakomodasikan pengaturan dan pengawasan perbankan berdasarkan prinsip syariah. Dual banking system atau Sistem Perbankan Ganda tersebut merupakan perbankan dengan sistem berdasar konvensional dan syariah. Undangundang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri secara total bank syariah. (nuryati, 2011) Perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan secara umum. Berdasarkan Undang-Undang yang disebutkan diatas dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perkembangannya pun cukup pesat saat ini meskipun bisa dikatakan bahwa berdirinya bank syariah di Indonesia termasuk hal yang baru setelah ditetapkannya Undang-Undang tersebut. Perbankan diakui memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan perekonomian nasional. Buruknya kondisi perbankan bisa berdampak buruk pula pada perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian, upaya memperkuat sektor perbankan nasional menjadi salah satu faktor penting dalam memperkuat perekonomian nasional. Bahkan pemerintah pernah menghimbau pihak bank agar meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil demi menggerakkan roda perekonomian. Karena itulah upaya meningkatkan kinerja perbankan menjadi

6 suatu yang vital bagi pembangunan nasional apalagi ditengah belum pulihnya kondisi ekonomi nasional. (Usahawan Indonesia, 2006 dalam Indra Prasetyo, 2008) Imbas dari krisis mengganggu keseimbangan perbankan di Indonesia. Banyak yang menyebutkan ketika diguncang krisis, bank-bank konvensional mengalami masa penurunan kinerja (infobanknews.com). Kondisi perbankan ini bisa dilihat melalui peningkatan atau penurunan jumlah nasabah yang menyimpan uangnya atu menggunakan kredit pada perbankan tersebut, karena kemungkinan adanya krisis kepercayaan nasabah terhadap perbankan saat terjadinya krisis global tersebut. Sumber : Tabel Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah) Gambar 1. Laju Pertumbuhan Simpanan pada Bank Umum Periode 2007:01-2009:12 Gambar diatas menunjukkan laju pertumbuhan jumlah simpanan pada bank umum menjelang krisis hingga berakhirnya krisis. Pertumbuhan posisi simpanan pada bank umum diatas sangat fluktuatif. Laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada akhir tahun 2007 yaitu pada Desember 2007 sebesar 5,8%, sedangkan pertumbuhan paling rendah yakni pada pertengahan tahun 2008 yaitu pada Juli

7 2008 sebesar -1,86%. Keadaan ini membuat asumsi bahwa menurunnya tingkat kepercayaan nasabah untuk menyimpan uang mereka di bank umum yang disebabkan oleh krisis global yang terjadi pada tahun 2008 tersebut. Kemudian pada masa pemulihan krisis global pada tahun 2009, laju pertumbuhan posisi simpanan pada bank umum kembali pulih dan stabil meski terdapat penurunan pada Juli 2009 hingga -0,83% namun kemudian meningkat kembali hingga akhir tahun 2009. Sumber : Tabel Statistik Ekonomi Indonesia (data diolah) Gambar 2. Laju Pertumbuhan Kredit pada Bank Umum Periode 2007:01-2009:12 Lain halnya yang terjadi pada pertumbuhan kredit pada bank umum. Seperti yang kita lihat pada gambar 2 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit justru lebih meningkat pada tahun 2008 dimana saat krisis global terjadi, namun kemudian pada tahun 2009 mengalami penurunan meski terdapat sedikit peningkatan laju pertumbuhan kredit yang tidak signifikan.

8 Sekarang kita lihat yang terjadi pada bank syariah, dikatakan pada Buletin Bank Indonesia tentang Bank Syariah bahwa perbankan syariah lebih tahan krisis global. Eksposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi yang tinggi; adalah dua faktor yang dinilai telah menyelamatkan bank syariah dari dampak langsung guncangan sistem keuangan global. Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (data diolah) Gambar 3. Laju Pertumbuhan Simpanan pada Bank Syariah Periode 2007:01-2009:12 Gambar 3 menunjukkan laju pertumbuhan posisi simpanan pada bank syariah saat sebelum krisis yaitu tahun 2007, saat krisis terjadi tahun 2008, dan pasca krisis tahun 2009. Posisi pertumbuhan simpanan pada tahun 2007 dan 2008 terlihat hampir sama dan stabil. Namun pada tahun 2009 terdapat penurunan tajam pada Mei 2009 yaitu sebesar -26,59% kemudian meningkat kembali hingga 4% pada Juni 2009 dan diakhiri peningkatan yang tinggi pada akhir tahun 2009 sebesar 8%.

9 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (data diolah) Gambar 4. Laju Pertumbuhan Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan pada Bank Syariah Periode 2007:01-2009:12 Laju pertumbuhan jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah pada tahun 2007 dikatakan stabil dan terdapat peningkatan yang tajam di akhir tahun hingga 5%. Lain halnya pada tahun 2008, pada awal tahun dapat dikatakan meningkat tajam hingga 4%, namun pada pertengahan tahun hingga akhir tahun laju pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah mengalami penurunan sampai -0,94%. Selanjutnya pada tahun 2009 kembali pulih dan stabil hingga 3,63% pada pertengahan tahun. Melihat gambaran diatas dapat kita simpulkan bahwa secara grafik baik laju pertumbuhan simpanan maupun kredit pada perbankan konvensional maupun perbankan syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada saat sebelum krisi yaitu tahun 2007, saat krisis yaitu tahun 2008, maupun pasca krisis yaitu tahun 2009.

10! "! # $%&'$ ('& ) *' $%&'$ ('& ) *' $%&'$ ('& ) *' Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2009 (data diolah) Gambar 5. Laju Pertumbuhan Laba Bersih Perbankan Konvensional Periode 2007:01-2009:12 Kemudian kita lihat pengaruh krisis terhadap kinerja perbankan melalui laju pertumbuhan laba bersih pada bank umum. Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan laba bersih pada tahun 2008 lebih kecil dibanding tahun 2007 dan 2009 meski tidak terlihat secara signifikan. Tahun 2008 diakhir dengan pertumbuhan yang paling rendah hingga -11,2%. Hal ini memungkinkan adanya pengaruh krisis terhadap pertumbuhan laba bersih bank konvensional. Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2009 (data diolah) Gambar 6. Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Tahun 2007-2009

11 Pada bank syariah, hasil kinerja juga bisa dilihat melalui laju pertumbuhan aset. Gambar 6 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan aset perbankan syariah tahun 2007-2009 hampir sama dan stabil, namun pada akhir tahun 2007 menjelang krisis terjadi terdapat penurunan perolehan aset perbankan hingga -36% tetapi kemudian meningkat tajam hingga 77%. Beberapa uraian diatas menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan konvensional dan perbankan syariah bedasarkan jumlah laba dan aset perbankan yang diperoleh. Hal ini membuat beberapa pertanyaan tentang beberapa tulisan yang menyatakan bahwa perbankan syariah lebih tahan menunjukkan eksistensinya terhadap krisis global. Sistem berbeda pada perbankan umum konvensional dan bank umum dengan prinsip syariah juga menunjukkan perbedaan prestasi masing-masing tiap bank. Masing-masing bank juga mempunyai strateginya sendiri dalam menghadapi fenomena keuangan yang terjadi di dunia ini untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja masing-masing bank tersebut. Adanya penurunan kinerja bank-bank harus segera diperbaiki karena jika penurunan kinerja tersebut terus berlanjut tentunya akan membuat kredibilitas perbankan di mata masyarakat semakin menurun dan juga dampak yang paling fatal ialah terganggunya sistem keuangan. Melalui penilaian kesehatan bank kita dapat menilai kinerja bank tersebut seperti yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan aspek penilaian, yaitu: Capital, Assets, Management, Earnings, dan Liquidity yang biasa disebut

12 CAMEL. CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank (Payamata dan Machfoedz, 1999:56) Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membandingkan kinerja dari kedua tipe bank tersebut dinilai dari sisi kesehatan masing-masing bank. Maka dalam penelitian ini judul yang diangkat oleh penulis ialah Studi Komparatif antara Kesehatan Perbankan Syariah dengan Kesehatan Perbankan Konvensional Sebelum Krisis (2007), Saat Krisis (2008), dan Pasca Krisis (2009) Di Indonesia B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana perbandingan kesehatan perbankan syariah dengan perbankan konvensional di Indonesia sebelum krisis (tahun 2007), saat krisis (tahun 2008), dan sesudah (2009) krisis global tahun 2008? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbandingan tingkat kesehatan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional di Indonesia sebelum (tahun 2007), saat (tahun 2008), dan sesudah (2009) krisis global tahun 2008.

13 D. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan masukan atau referensi yang berguna agar lebih meningkatkan kesehatan bank dan mengembangkan industri perbankan Indonesia. 2. Untuk membandingkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan prakteknya pada dunia nyata yang ada kaitannya dengan pengukuran kinerja keuangan menggunakan metode CAMEL. 3. Sebagai informasi dan pengetahuan tambahan pada penelitian yang sama pada masa yang akan datang. 4. Sebagai bahan informasi tentang kesehatan perbankan baik syariah maupun konvensional. 5. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan perbendaharaan perpustakaan Universitas Lampung. E. Kerangka Berfikir Dalam industri perbankan, alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bank dilihat dari sisi ekonomi dan non ekonomi. Penilaian dari sisi ekonomi dengan menggunakan proksi rasio keuangan, yaitu himpunan indikator yang berunsurkan variabel Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity. Sedangkan penilaian dari sisi non ekonomi dilihat dari sensitifitas bank terhadap resiko pasar. Oleh karena itu, penilaian tingkat kesehatan bank seperti yang ditentukan oleh Bank Indonesia ialah CAMELS atau CAMEL+ (plus). Selain itu, penilaian tingkat kesehatan dari sisi non ekonomi juga meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

14 1. Batas Maksimum Pemberian Kredit. 2. Ketentuan Posisi Devisa Netto 3. Giro Wajib Minimum. Dalam penelitian ini mengukur tingkat kesehatan bank dilihat dari sisi ekonomi, yaitu menghitung rasio keuangan seperti yang dijelaskan diatas. Masing-masing komponen CAMEL tersebut mempunyai satuan pengukuran yang berbeda seperti yang dijelaskan dibawah ini. 1. Capital Capital (Permodalan) merupakan hal yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank serta upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Modal sendiri salah satu indikator yang dijadikan sebagai pengukuran tingkat kesehatan menggunakan CAR (Capital Adequeency Ratio). Menurut beberapa penelitian menyebutkan rasio CAR perbankan konvensional lebih unggul dibandingkan dengan CAR pada perbankan syariah. Seperti pada hasil penelitian Fariza (2012) yang menunjukkan nilai rata-rata rasio CAR perbankan konvensional 79,13 sedangkan perbankan syariah sebesar 49,21. 2. Asset Quality Aset merupakan aktiva suatu bank yang sebagian besar terdiri dari kredit dan aktiva lain yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank, sehingga jenis aktiva tersebut sering kita sebut sebagai aktiva produktif. Kualitas aset dapat diukur melalui Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Hal yang sama terjadi pada KAP dan PPAP, penelitian menyebutkan nilai KAP dan PPAP perbankan konvensional lebih

15 unggul dibandingkan nilai KAP dan PPAP perbankan syariah, seperti pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Marissa Ardiyana (2010). 3. Management Manajemen atau pengelolaan suatu bank akan menentukan sehat atau tidaknya suatu bank. Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu manajemen sebuah bank mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan suatu bank diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya. Aspek Manajemen menurut Paymanta dan Machfoedz dapat diproksikan dengan profit margin karena seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup permodalan, kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara dan mempengaruhi perolehan laba bank. Oleh karena itu, pengukuran manajemen bank diproksikan dengan perhitungan Net Profit Margin (NPM). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa rasio NPM perbankan konvensional lebih baik daripada perbankan syariah, salah satunya pada penelitian yang dilakukan oleh Indra Prasetyo (2008) menunjukkan nilai rata-rata NPM perbankan konvensional 136,485% sedangkan nilai rata-rata NPM perbankan syariah hanya 57,65%. 4. Earning Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Perlu diketahui bahwa apabila bank selalu mengalami kerugian dalam kegiatan operasinya maka tentu saja kelamaan kerugian tersebut akan memakan modalnya. Bank yang dalam

16 kondisi demikian tentu saja tidak dapt dikatakan sehat. Mengukur rentabilitas dapat dilakukan melalui perhitungan Return On Asset (ROA), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ROE pada perbankan konvensional mempunyai nilai yang lebih baik dari pada perbankan syariah, ditunjukkan oleh Masissa Ardiyana melalui hasil penelitiannya yang meyebutkan bahwa rata-rata rasio ROA bank Mandiri Tbk lebih unggul dibanding bank Syariah Mandiri. Hal yang sama juga terjadi pada nilai BOPO pada perbankan konvensional yang lebih baik dari pada nilai BOPO perbankan syariah seperti yang ditulis oleh Widiya Ayu Ningsih (2012) yang menyebutkan bahwa rata-rata rasio BOPO perbankan syariah sebesar 80,22% sedangkan rata-rata rasio BOPO perbankan konvensional sebesar 79,481%. 5. Liquidity Likuiditas merupakan kemampuan menyediakan dana untuk memenuhi penarikan simpanan dan permintaan kredit serta kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo yang diproksikan pada rasio Loan to Deposito Ratio (LDR). Rasio LDR perbankan konvensional menunjukkan nilai yang lebih baik dari pada rasio perbankan syariah, seperti pada hasil penelitian Fariza (2012) menunjukkan bahwa rata-rata rasio LDR perbankan konvensional sebesar 70,36% lebih besar dari pada perbankan syariah dengan rata-rata rasio LDR sebesar 192,7%. Penulisan ini menyajikan tentang analisis perbandingan kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional berdasarkan perhitungan dan perbandingan dari kelima indikator tersebut. Maka secara skematis untuk penelitian ini telah dapat

17 dirancang, diagram spesifikasi dari perbandingan kinerja perbankan konvensional dengan perbankan syariah dapat digambarkan sebagai berikut: BANK UMUM Bank Konvensional Bank Syariah CAR (Capital Adequeency Ratio) KAP (Kualitas Aktiva Produktif) PPAP (Penyisihan Penghapusan Piutang) NPV (Net Profit Margin) ROA (Return On Asset) BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) LDR (Loan to Deposito Ratio) CAR (Capital Adequeency Ratio) KAP (Kualitas Aktiva Produktif) PPAP (Penyisihan Penghapusan Piutang) NPV (Net Profit Margin) ROA (Return On Asset) BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) LDR (Loan to Deposito Ratio) Kinerja Perbankan Syariah Kinerja Perbankan Konvensional Gambar 7. Kerangka Berfikir.

18 F. Hipotesis Penelitian Dari kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah : 1. Diduga kesehatan perbankan syariah berbeda dengan kesehatan perbankan konvensional saat sebelum krisis (tahun 2007) 2. Diduga kesehatan perbankan syariah berbeda dengan kesehatan perbankan konvensional saat krisis terjadi (tahun 2008) 3. Diduga kesehatan perbankan konvensional berbeda dengan kesehatan perbankan syariah pasca krisis (tahun 2009)