BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman, dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik. Sebagai salah satu faktor penting untuk mewujudkan kemampuan setiap penduduk untuk hidup sehat adalah obat, sehingga untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan perlu tersedia obat dalam jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, aman penggunaannya, berkhasiat dan memiliki mutu yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, tersebar merata serta terjangkau oleh masyarakat (Agoes, 1992). Menurut Dwiprahasto (1994), penyakit infeksi masih merupakan penyakit yang banyak di jumpai di Indonesia sampai saat ini. Dalam suatu negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia, peranan antibiotik dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi masih sangat menonjol. Laporan dari berbagai Negara masih menyebutkan bahwa anggaran yang diperlukan untuk pengobatan antibiotik lebih dari anggaran keseluruhan obat. (Wulandari, 2009). Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 penyakit infeksi (diare dan pneumonia) merupakan penyebab kematian dua urutan tertinggi di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 17% dan 19 %. Pada tahun yang sama, penyakit infeksi yaitu diare di Asia Tenggara juga menempati
urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18% (Rasmaliah, 2010). Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare, pneumonia, campak, malaria) dan malnutrisi. Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama. Dari 9 juta kematian pada balita per tahunnya di dunia, lebih dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA. WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus penyakit infeksi pada balita berada di 15 negara berkembang. Yang membahayakan, Indonesia termasuk dalam himpunan 15 negara itu, dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah 6 juta kasus (Rasmaliyah, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit infeksi yang berkunjung ke Puskesmas antara lain penyakit diare sebanyak 3363 kasus, infeksi penyakit usus lain sebanyak 2512, sedangkan infeksi pada saluran pernapasan bagian atas sebanyak 15618 kasus. Infeksi pada saluran kemih sebanyak 93 kasus, infeksi kulit sebanyak 833 dan beberapa penyakit infeksi lainnya. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi. Terbatasnya persediaan obat baik dalam jenis maupun jumlah di puskesmas masih sering dikeluhkan, akibatnya tenaga kesehatan mungkin memberikan preskripsi antibiotika yang harus ditebus di apotik luar puskesmas, atau memberi obat sesuai dengan persediaan yang ada. Kemungkinan kedua di atas menyebabkan tidak terhindarkan preskripsi obat yang tidak tepat. Dalam hal
pengadaan obat, terutama dalam hal kebutuhan dan kecukupan; perencanaan memegang peranan penting. Tidak adanya tenaga perencanaan yang terlatih, mengakibatkan perencanaan yang tidak berjalan baik (Wijaya, 1987). Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas (Depkes RI, 2005). Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kab/Kota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya (Depkes RI, 2005). Dalam menjalankan fungsi pelayanan, setiap puskesmas di Kabupaten Toba Samosir memperoleh obat-obatan termasuk antibiotik yang didistribusikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir. Antibiotik yang umumya digunakan di Puskesmas antara lain Amoxicillin sirup, Amoxicillin tablet, Kloramfenikol, Kotrimoksazol suspensi (pediatrik), Kotrimoksazol tablet, Metronidazol, Tetrasiklin
kapsul. Kebutuhan akan antibiotik akan meningkat dengan semakin banyaknya jumlah pengunjung dengan penyakit infeksi yang berobat ke Puskesmas. 1.2 Permasalahan Meningkatnya jumlah pasien dengan berbagai penyakit infeksi yang berkunjung ke Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir sehingga diperlukan perencanaan jumlah antibiotik yang diperlukan untuk penanganan masalah tersebut. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan dan jenis antibiotik pada tahun 2005 2009 dan untuk memprakirakan jumlah antibiotik yang akan disediakan tahun 2010 2014 untuk Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Amoxicillin sirup di. 2. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Amoxicillin tablet di 3. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Kloramfenikol kapsul di
4. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Kotrimoksazol suspensi (pediatrik) di Puskesmas Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2005 2009 dan 5. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Kotrimoksazol tablet di 6. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Metronidazol tablet di 7. Untuk mengetahui gambaran jumlah kebutuhan Tetrasiklin kapsul di 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir untuk membuat perencanaan jumlah dan jenis antibiotik yang diperlukan untuk Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir untuk tahun 2010 2014. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir untuk membuat perencanaan anggaran pengadaan antibiotik untuk Puskesmas di Kabupaten Toba Samosir tahun 2010-2014.