ANTHROPOMETRY DAN DIETARY ASSESSSMENT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Kartu Menuju Sehat (KMS)

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. Panduan Pengukuran Antropometri

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB III METODE PENELITIAN

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

8 Langkah Diet Sehat secara Alami

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani

Metode Recall 24 Jam

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

METODOLOGI PENELITIAN

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Transkripsi:

PETUNJUK PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI ANTHROPOMETRY DAN DIETARY ASSESSSMENT OLEH: NI KETUT SUTIARI NIP. 197712262005012013 ROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

DAFTAR ISI Metode Anthropometry Uji Standarisasi Antropometri Penialaian Status Gizi pada Kelompok Dewasa Penialaian Pertumbuhan Kelompok Balita Metode Dietary Assessment 2

PRAKTIKUM I UJI STANDARISASI ANTROPOMETRI Tujuan Umum: Mengupayakan memperoleh data yang berkualitas baik dalam suatu survei maupun penelitian lapangan. Tujuan Khusus: 1. Mempelajari kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran antropometri (BB dan TB) 2. Mempelajari sifat-sifat kesalahan pengukuran, apakah sistematis atau tidak berpola 3. Mengetahui kecenderungan kesalahan pengukuran sistematis yang dilakukan petugas pengukur (selalu lebih besar atau selalu lebih kecil) 4. Memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran. Prosedur Standarisasi Pengukuran: 1. Mempersiapkan 10 orang responden, empat (4) petugas pengukur dan satu (1) supervisor 2. Setiap petugas pengukur dan supervisor mempersiapkan formulir hasil pengukuran 3. Supervisor diberi kesempatan pertama kali mengukur BB dan TB responden dan selanjutnya diikuti oleh petugas pengukur secara berurutan. Pengukuran dilakukan dua kali. 4. Pada saat pengukuran supervisor maupun petugas pengukur yang belum mendapat giliran mengukur, harus berada jauh dari petugas yang sedang melakukan pengukuran 5. Supervisor dan petugas pengukur melakukan pengukuran tiga kali pengukuran pada setiap responden dengan alat dan cara yang sama. 6. Mencatat hasil setiap pengukuran 7. Menghitung/menguji standarisasi berdasarkan hasil pengukurn (BB dan TB). 3

Berikut ini adalah contoh hasil dan pembahasan standarisasi pengukuran: HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran berat badan (BB) Berdasarkan pengukuran berat badan (BB) kesepuluh responden yang dilakukan oleh supervisor dan 4 (empat) petugas diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil Pengukuran Supervisor terhadap BB responden No Nama Hasil Pengukuran Supervisor d = (a-b) d 2 Tanda S = (a+b) (a) (b) 1 Nur 46.8 46.7 0.1 0.01 + 93.5 2 Reni 60 60 0 0 120 3 Asih 41.5 41.5 0 0 83 4 Neneng 62.5 62.5 0 0 125 5 Ketut 46.5 46.3 0.2 0.04 + 92.8 6 Aprin 41.1 41.4-0.3 0.09-82.5 7 Yoyan 52.4 52.5-0.1 0.01-104.9 8 Rusman 50 50 0 0 100 9 Indah 56.9 56.9 0 0 113.8 10 Nisa 50 50 0 0 100-0.1 0.15 4

No Nama Tabel 2. Hasil Pengukuran Petugas 1 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas d d 2 Tanda s D D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur 47 47 0 0 94 0.5 0.25 + 2 Reni 60.25 60.2 5 0 0 120.5 0.5 0.25 + 3 Asih 42 42 0 0 84 1 1 + 4 Neneng 62.5 62.5 0 0 125 0 0 5 Ketut 46.5 46.5 0 0 93 0.2 0.04 + 6 Aprin 41.5 41.5 0 0 83 0.5 0.25 + 7 Yoyan 52.5 52.5 0 0 105 0.1 0.01 + Rusma 8 n 50 50 0 0 100 0 0 9 Indah 57 57 0 0 114 0.2 0.04 + 10 Nisa 50 50 0 0 100 0 0 0 0.00 3 1.84 Keterangan:d=a-b; s=a+b; D=s-S; S diambil dari hasil pengukuran sebelumnya (Tabel 1) N o Nama Tabel 3. Hasil Pengukuran Petugas 2 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 2 (a) (b) d=(ab) d 2 Tand a s (a+b) D = (s - S) D 2 Tand a 1 Nur 47 47 0 0 94 0.5 0.2 5 + 2 Reni 60 60 0 0 120 0 0 3 Asih 42. 5 42 0.5 0.25 + 84.5 1.5 2.2 5 + 4 Nenen g 62. 7 62.7 0 0 125.4 0.4 0.1 6 + 5 Ketut 46. 5 46.5 0 0 93 0.2 0.0 4 + 6 Aprin 41. 5 41.5 0 0 83 0.5 0.2 5 + 7 Yoyan 52. 5 52.5 0 0 105 0.1 0.0 1 + 8 Rusm an 50. 5 50.5 0 0 101 1 1 + 9 Indah 57 57 0 0 114 0.2 0.0 4 + 10 Nisa 50 50 0 0 100 0 0 0.5 0.25 4.4 4 5

N o Nama Tabel 4. Hasil Pengukuran Petugas 3 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 3 d=(a-b) d 2 Tand a s (a+b) D = (s - S) (a) (b) 1 Nur 47 47 0 0 94 0.5 0.25 + 2 Reni 60.5 60.5 0 0 121 1 1 + 3 Asih 42 42 0 0 84 1 1 + Nenen g 61.5 62-0.5 0.25-123.5-1.5 2.25-4 5 Ketut 46.5 46.5 0 0 93 0.2 0.04 + 6 Aprin 41.5 41.5 0 0 83 0.5 0.25 + 7 Yoyan 52.5 52.5 0 0 105 0.1 0.01 + Rusm an 50 50 0 0 100 0 0 8 9 Indah 57 57 0 0 114 0.2 0.04 + 10 Nisa 50 50 0 0 100 0 0-0.5 0.25 2 4.84 D 2 Tand a N o Nama Tabel 5. Hasil Pengukuran Petugas 4 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 4 d=(a-b) d 2 Tan da s (a+b) D = (s - S) D 2 Tan da (a) (b) 1 Nur 47 47 0 0 + 94 0.5 0.25 + 2 Reni 60.2 60.2 0 0 120.4 0.4 0.16 + 3 Asih 42 42 0 0 84 1 1 + Nenen g 62.7 62.5 0.2 0.04 + 125.2 0.2 0.04 + 4 5 Ketut 46.5 46.4 0.1 0.01 + 92.9 0.1 0.01 + 6 Aprin 41 41.2-0.2 0.04-82.2-0.3 0.09-7 Yoyan 52.3 52.4-0.1 0.01-104.7-0.2 0.04 - Rusm an 50.2 50.2 0 0 100.4 0.4 0.16 + 8 9 Indah 57 57 0 0 114 0.2 0.04 + 10 Nisa 50 50 0 0 100 0 0 0 0.10 2.3 1.79 6

Pengukuran tinggi badan (TB) Tabel 6. Hasil Pengukuran Supervisor terhadap TB responden No Nama Hasil Pengukuran Supervisor d = (a-b) d^2 Tanda S = (a+b) (a) (b) 1 Nur 153.2 153.1 0.1 0.01 + 306.3 2 Reni 156.2 156.4-0.2 0.04-312.6 3 Asih 145.2 145.3-0.1 0.01-290.5 4 Neneng 147.6 147.8-0.2 0.04-295.4 5 Ketut 149.9 149.7 0.2 0.04 + 299.6 6 Aprin 151 151.1-0.1 0.01-302.1 7 Yoyan 143.3 143.2 0.1 0.01 + 286.5 8 Rusman 156.6 156.5 0.1 0.01 + 313.1 9 Indah 150.1 150.1 0 0 300.2 10 Nisa 157.5 157.5 0 0 315-0.1 0.17 Tabel 7. Hasil Pengukuran Petugas 1 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 1 d=(a-b) d 2 s D = (s - Tanda (a+b) S) (a) (b) D 2 Tanda 1 Nur 152.8 153.2-0.4 0.16-306 -0.3 0.09-2 Reni 157 156.6 0.4 0.16 + 313.6 1 1 + 3 Asih 145.65 145.9-0.25 0.06-291.55 1.05 1.10 + 4 Neneng 148.2 148.3-0.1 0.01-296.5 1.1 1.21 + 5 Ketut 148.3 148.5-0.2 0.04-296.8-2.8 7.84-6 Aprin 151.2 151.3-0.1 0.01-302.5 0.4 0.16 + 7 Yoyan 143 143 0 0 286-0.5 0.25-8 Rusman 157.1 157.2-0.1 0.01-314.3 1.2 1.44 + 9 Indah 150.7 150.8-0.1 0.01-301.5 1.3 1.69 + 10 Nisa 158.1 158.5-0.4 0.16-316.6 1.6 2.56 + -1.25 0.62 4.05 17.34 7

Tabel 8. Hasil Pengukuran Petugas 2 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 2 d=(a-b) d 2 Tanda s (a+b) D = (s - S) D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur 153.5 153.5 0 0 307 0.7 0.49 + 2 Reni 157.6 157.2 0.4 0.16 + 314.8 2.2 4.84 + 3 Asih 146.1 146.1 0 0 292.2 1.7 2.89 + 4 Neneng 147.9 147.7 0.2 0.04 + 295.6 0.2 0.04 + 5 Ketut 148.8 148.9-0.1 0.01-297.7-1.9 3.61-6 Aprin 151.4 151.4 0 0 302.8 0.7 0.49 + 7 Yoyan 143.7 143.7 0 0 287.4 0.9 0.81 + 8 Rusman 157.1 157.1 0 0 314.2 1.1 1.21 + 9 Indah 150.5 150.5 0 0 301 0.8 0.64 + 10 Nisa 158.8 158.8 0 0 317.6 2.6 6.76 + 0.5 0.21 9 21.78 Tabel 9. Hasil Pengukuran Petugas 3 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 3 d=(a-b) d 2 Tanda s (a+b) D = (s - S) D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur 153 153.5-0.5 0.25-306.5 0.2 0.04 + 2 Reni 156.5 156.5 0 0 313 0.4 0.16 + 3 Asih 145.7 145.6 0.1 0.01 + 291.3 0.8 0.64 + 4 Neneng 147.6 147.6 0 0 295.2-0.2 0.04-5 Ketut 148.4 148.4 0 0 296.8-2.8 7.84-6 Aprin 151 151 0 0 302-0.1 0.01-7 Yoyan 142.7 142.5 0.2 0.04 + 285.2-1.3 1.69-8 Rusman 157 157.1-0.1 0.01-314.1 1 1 + 9 Indah 150 150 0 0 300-0.2 0.04-10 Nisa 158.1 158.2-0.1 0.01-316.3 1.3 1.69 + -0.4 0.32-0.9 13.15 8

Tabel 10. Hasil Pengukuran Petugas 4 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 4 d=(ab) (a+b) S) d 2 s D = (s - Tanda (a) (b) D 2 Tanda 1 Nur 153.4 153.35 0.05 0.0025 + 306.75 0.45 0.2025 + 2 Reni 156.9 157-0.1 0.01-313.9 1.3 1.69 + 3 Asih 146 146 0 0 292 1.5 2.25 + 4 Neneng 148.2 147.8 0.4 0.16 + 296 0.6 0.36 + 5 Ketut 148.8 148.6 0.2 0.04 + 297.4-2.2 4.84-6 Aprin 151.2 151.15 0.05 0.0025 + 302.35 0.25 0.0625 + 7 Yoyan 143.2 144-0.8 0.64-287.2 0.7 0.49 + 8 Rusman 157.1 157.1 0 0 314.2 1.1 1.21 + 9 Indah 150.6 150.5 0.1 0.01 + 301.1 0.9 0.81 + 10 Nisa 159 159 0 0 318 3 9 + -0.1 0.87 7.6 20.92 Agar hasil pengukuran memiliki akurasi dan presisi yang baik maka sebaiknya setiap kali pengukuran, supervisor mengawasi petugas pengukur dalam melakukan pengukuran. Disamping itu perlu diperhatikan dalam pengukuran terhadap responden yang sama sebaiknya menggunakan alat yang sama. Selamat berlatih! 9

PRAKTIKUM 2 PENILAIAN STATUS GIZI PADA KELOMPOK DEWASA DENGAN METODE ANTROPOMETRI PENDAHULUAN Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan, sehingga dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi 1995). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi atau terinfeksi penyakit parasit (Suhardjo 1989). Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif. Cara lain yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi adalah dengan cara biokimia, antropometri, maupun secara klinis (Riyadi 2004). Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi (Supariasa et al. 2002). Pengukuran antropometri sering digunakan dalam penilaian status gizi, terutama apabila terjadi ketidakseimbangan kronik antara asupan energi dan protein (Gibson 2005). Teknik dan prosedur pemeriksaan antropometri semakin penting dan semakin banyak digunakan karena beberapa alasan: prosedur sederhana, aman, dan dapat dikerjakan dalam kelompok besar; alat yang diperlukan tidak mahal, praktis dibawa kemana-mana atau dapat dirancang sendiri atau dibeli lokal; personal relatif tidak memerlukan skill khusus; akurasi data yang didapat cukup tinggi selama prosedur pengukuran sesuai; umumnya dapat memberikan informasi riwayat gizi masa lalu; dapat dikerjakan pada semua tingkatan malnutrisi; dapat dipakai untuk mengevaluasi perubahan status gizi menurut waktu (secular trend); dan dapat dipakai untuk tes screening pada individu yang berisiko tinggi terkena malnutrisi (Gibson 2005). Riyadi (1995) menyatakan bahwa cara penilaian status gizi dapat digunakan secara tunggal (satu indikator), akan tetapi lebih efektif kalau digunakan secara gabungan atau lebih dari satu indikator. Praktikum topik Antropometri Gizi untuk menilai status gizi kali ini menggunakan indikator 10

Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Tebal Lemak Bawah Kulit (tebal lipatan kulit). Untuk itu karakteristik (data) yang harus dikumpulkan adalah: umur, jenis kelamin, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas, bicep, tricep, suprailiac, subscapular. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu menilai status gizi individu dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). 2. Mahasiswa mampu menilai komposisi otot tubuh secara tidak langsung dengan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lipatan kulit 3. Mahasiswa mampu menilai komposisi lemak tubuh secara tidak langsung dengan pengukuran tebal lipatan kulit. METODE PENGUKURAN PADA KELOMPOK DEWASA Cara menghitung IMT Untuk menghitung nilai IMT maka yang perlu dilakukan adalah: menentukan jenis kelamin responden; mengukur berat badan (BB) dalam satuan kg; mengukur tinggi badan (TB) dalam satuan meter (m); dan menghitung IMT berdasarkan rumus: Berat badan (kg) IMT (kg/m 2 ) = (rumus 1.1) (Tinggi Badan [m 2 ] Berat badan diukur dengan menggunakan dacin dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan tinggibadan diukur dengan menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. Setelah mendapatkan nilai IMT, kemudian nilai tersebut diklasifikasikan berdasarkan WHO (1995). Klasifikasi tersebut bisa dilihat pad Tabel 11. 11

Tabel 11 Klasifikasi IMT (WHO 1995) IMT (kg/m 2 ) Status Gizi < 16,0 Severe thinness 16,0 16,99 Moderate thinness 17,0-18,49 Mild thinness 18,50 24,99 Normal 25,00 29,99 Grade 1 overweight 30,00 39,99 Grade 2 overweight 40,0 Grade 3 overweight Berikut ini disajikan kategori IMT menurut WHO (2004) yang telah disesuaikan dengan kondisi di Asia. Gambar 1 Body-mass index (BMI) cut-off points for public health action Sumber: WHO (2004) Cara Menghitung Komposisi Otot Tubuh Menduga Luas Otot Lengan Untuk menduga luas otot lengan, yang perlu dilakukan adalah: menetukan jenis kelamin responden; mengukur lingkar lengan atas (LILA) dalam satuan cm; mengukur tebal lipatan kulit triceps dalam satuan cm; menghitung luas otot lengan atas terkoreksi, dengan rumus: [C1 (JI x (TSK)] 2 cama = - 6,5 ; untuk wanita (rumus 1.2) 4 JI 12

[C1 (JI x (TSK)] 2 cama = - 10,0 ; untuk laki-laki (rumus 1.3) 4 JI Dimana: cama = luas otot lengan atas terkoreksi C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm) TSK = tebal lipatan kulit triceps (cm) JI = 3,1416 Menduga Massa Otot Tubuh Yang perlu dilakukan dalam menduga massa otot tubuh adalah: mengukur berat badan (kg); menghitung luas otot lengan atas terkoreksi seperti di atas; menghitung massa otot tubuh menggunakan rumus sebagai berikut: Massa otot (kg) = TB (cm) x [0,0264 + (0,0029 x cama)]...(rumus 1.4) Cara Menghitung Komposisi Lemak Tubuh Yang perlu dilakukan adalah: menentukan umur dan jenis kelamin responden; mengukur berat badan (kg); mengukur tebal lipatan kulit : biceps, triceps, subscapular dan suprailiaca dalam satuan cm; dilanjutkan menghitung persentase lemak tubuh (FM); persentase bukan-lemak tubuh (FFM) dan berat lemak tubuh (kg). Pengukuran tebal lipatan kulit: 1. Alat yang digunakan adalah skinfold caliper 2. Pakaian dilepaskan 3. subjek diukur berdiri bebas dengan kedua lengan menggantung bebas 4. WHO menganjurkan untuk mengukur pada bagian kanan tubuh 5. Bagian yang diukur: lengan depan (biceps), lengan belakang (triceps), bagian punggung (subscapular), dan bagian perut di atas tulang iliac (suprailiac) 6. Ketelitian mencapai 0,1 0,5 mm 7. Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali. Nilai pengukuran = rata-rata dua pengukuran terdekat dari tiga kali pengukuran. Cara menghitung Persentase Lemak Tubuh: 1. Pertama-tama menghitung densitas tubuh dengan rumus sebagai berikut: Densitas tubuh (D) = a b log C...(rumus 1.5) 13

Dimana a = interceps (nilai Tabel) b = slope (nilai tabel) C = jumlah tebal lipatan kulit dari empat (4) bagian tubuh Tabel 12 Persamaan untuk menduga densitas tubuh (nilai a dan b) Umur (th) Laki-laki Perempuan A B a B 17 19 1,1620 0,0630 1,1549 0,0678 20 29 1,1631 0,0632 1,1599 0,0717 30 39 1,1422 0,0544 1,1423 0,0632 40 49 1,1620 0,0700 1,1333 0,0612 + 50 1,1715 0,0799 1,1339 0,0645 17-72 1,1765 0,0744 1,1567 0,0717 2. Setelah densitas diketahui, selanjutnya menghitung persentase lemak tubuh, persentase bukan lemak tubuh dan berat lemak tubuh (kg). 495 Lemak tubuh (%) = - 450 (rumus 1.6) D Menduga Persentase bukan lemak tubuh = 100 lemak tubuh (%)...(rumus 1.7) Menduga berat lemak tubuh (kg) = % lemak tubuh x berat badan (kg) (rumus 1.8) Selamat melakukan pengukuran dan penilaian status gizi pada kelompok orang dewasa! 14

PRAKTIKUM 3 PENILAIAN PERTUMBUHAN KELOMPOK BALITA PENDAHULUAN Penilaian status gizi atau penialian pertumbuhan anak mencakup penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan atau panjang badan dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan. Tujuan penialian ini adalah untuk menentukan apakan balita atau anak tumbuh secara normal atau memilki masalah pertumbuhan atau kemungkinan ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani. Menilai pertumbuhan jika tidak didukung oleh tindak lanjut yang sesuai maka tidak dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan anak. Pada masa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari suatu negara dengan mengukur contoh anak-anak yang dianggap sehat tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Akan tetapi saat ini mulai tahun 2006 sudah diperkenalkan standar pertumbuhan baru yang didasarkan pada standar pertumbuhan anak (WHO 2005). Manfaat standar pertumbuhan baru antara lain yaitu: secara dini dan sensitive dapat mengidentifikasi anak pendek dan gemuk atau sangat gemuk, standar baru seperti IMT sangat berguna untuk mengukur kegemukan dan grafik laju pertumbuhan anak yang diharapkan dari waktu ke waktu dapat mengidentifikasi Tujuan praktikum: 1. Mahasiswa mampu menentukan umur atau usia kasus 2. Mahasiswa mampu melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan atau panjang badan 3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi dan menginterpretasikan status gizi balita A. Cara Menghitung Umur atau usia Anak Tanggal lahir (hari, bulan dan tahun) merupakan hal penting. Tanggal lahir anak disesuaikan dengan keterangan yang diberikan oleh ibu anak tersebut. Akan tetapi apabila ibu anak tersebut tidak mengetahui atau lupa dengan tanggal lahir anak, 15

tanyakan berapa jarak antara kelahiran anak dengan peristiwa yang berdekatan dengan saat anak lahir. Praktikum kali ini adalah praktikum ke tiga mengenai pengukuran dan penilaian BB dan TB anak balita. Sebelum memasuki langkah-langkah di dalam mengukur TB dan menimbang BB anak yang sesuai dengan standar, maka perlu diperhatikan umur anak dan tanda-tanda klinis yang kemungkinan menyertai anak yang akan diukur. Umur anak perlu diketahui secara pasti.tentukan umur anak hari ini. Terdapat beberapa cara untuk menentukan umur anak, antara lain dengan memakai kalkulator umur, menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan. Jika ibu tidak tahu pasti kapan anak dilahirkan, perkirakan umur anak dengan menghubungkan dengan peristiwa penting seperti bulan puasa, lebaran, natal, atau hari kemerdekaan. Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari. Contoh: - umur 25 hari = 0 bulan - umur 5 bulan 14 hari = 5 bulan - umur 5 bulan 29 hari = 5 bulan Cara menghitung umur anak dapat dilakukan dengan cara: a. Memakai kalkulator umur Pada praktikum ini tidak melaksanakan penghitungan umur anak dengan memakai kalkulator, mengingat alat ini tidak tersedia. b. Menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan Langkah-langkah perhitungan umur anak: 1. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya: 5-4-2006 2. Tulis tanggal kunjungan, misalnya 19-9-2008 3. Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya: Tanggal kunjungan 19 09 2008 Tanggal lahir 05 04 2006 14 05 2 = 2 tahun 5 bulan 14 hari Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 hari = 29 bulan Sisa hari tidak diperhitungkan 4. Contoh lain: Tanggal kunjungan 05 04 2008 Tanggal lahir 19 09 2007 Untuk menghindari hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut: Tanggal kunjungan 05 04 2008 16

(05+30) (04-1)+12 (2008-1) 35 15 2007 Tanggal lahir 19 09 2007 hari 16 06 0 = 6 bulan 16 Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan 5. Contoh lain: Tanggal kunjungan 05 04 2008 Tanggal lahir 19 09 2007-14 -5 1 (-1 bulan*) (12 bulan) * Jika selisih tanggal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggal adalah positif maka selisih tanggal diabaikan. Jadi umur anak ini adalah 12 bulan 5 bulan = 6 bulan c. Menghitung umur anak yang dihubungkan dengan kalender lokal Bila tanggal lahir anak tidak diketahui, lakukan langkah-langkah berikut: Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting yang terdekat, misalnya lebaran. Bila dijawab 3 hari sesudah lebaran tahun yang lalu berarti perkirakan tanggal lahir adalah tanggal lebaran tahun lalu ditambah 3 hari. Sesudah perkiraan tanggal lahir didapat, lakukan perhitungan seperti di atas. B. PENIMBANGAN dan PENGUKURAN TINGGI BADAN B.1 Menimbang Anak Untuk menimbang anak, gunakan timbangan dengan ciri-ciri berikut: Kuat dan tahan lama mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram) Sudah dikalibrasi Tidak menggunakan pegas Dapat menimbang sampai 150 kg Bila tersedia dapat digunakan timbangan digital (elektronik) atau Tared Scale (Uniscale). Tared Weighing berarti bahwa timbangan dapat diatur ulang ke nol (tared) sementara orang yang ditimbang masih berada di atas timbangan. Sebagai contoh, ibu berdiri di atas timbangan, kemudian timbangan di tara (dikembalikan ke angka nol dengan menutupi panel cahaya). Sementara ibu masih di atas timbangan, anak 17

diberikan untuk digendong ibu, dan tunggu sampai muncul angka berat badan anak di layar timbangan. Trend Weighing mempunyai dua keuntungan: Tidak perlu mengurangi hasil penimbangan dengan berat badan ibu untuk mendapatkan berat badan anak (mengurangi resiko salah menentukan berat anak) Anak akan tenang karena dalam pelukan ibu (sehingga diperoleh berat badan anak yang akurat). Timbangan tara ini mudah digunakan dan akurat, tetapi ada jenis lain yang juga akurat, sebagai contoh, timbangan bayi elektronik. Anak yang sudah dapat berdiri sendiri dapat ditimbang tanpa ibunya. Jika anak tidak dapat berdiri sendiri, ibu ditimbang sendiri; kemudian ibu dan anak ditimbang bersama, lalu hasil penimbangan dikurangi dengan berat ibu. Timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang menggunakan pegas tidak direkomendasikan karena hasilnya kurang akurat. Di dalam pelatihan ini Uniscale belum dianjurkan digunakan di Indonesia, karena harganya mahal dan belum tersedia banyak di pasar Indonesia. Timbangan yang biasanya digunakan di Posyandu adalah dacin, sedangkan di Puskesmas digunakan timbangan detecto dan timbangan bayi (baby scale). 1.1 Mempersiapkan Penimbangan Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap perubahan pengasuhan dan pemberian makanan. Jika anak belum berdiri sendiri, dapat dilakukan penimbangan besama ibunya atau dengan menggunakan baby scale. Jika anak sudah bisa berdiri sendiri dan tenang, dapat ditimbang dengan menggunakan detecto. Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan, hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu dan jeans, dapat menambah berat lebih dari 0,5 kg. Bayi harus ditimbang tanpa pakaian. Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian, atau anak menolak untuk ditanggalkan pakaiannya, catat dalam Buku GPA bahwa anak ditimbang menggunakan pakaian. Hindari anak menjadi takut/jengkel, sehingga akan mudah juga mengukur panjang/tinggi badan anak. Catatan: Apabila anak menggunakan hiasan rambut yang akan mengganggu pengukuran panjang/tinggi badan, lepaskan sebelum ditimbang. Hal ini penting 18

untuk anak yang akan diukur panjangnya, karena kecepatan memindah anak dari menimbang ke mengukur panjang akan mengurangi kejengkelan pada anak. 1.2 Menimbang Anak Menggunakan Timbangan Bayi (Baby Scale) a. Persiapan alat 1. Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar 2. Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol b. Pelaksanaan penimbangan 1. Timbang bayi telanjang, anak lebih besar dengan pakaian minimal 2. Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan 1.3 Menimbang Anak yang Dapat Berdiri Sendiri dengan Timbangan Detecto Jika anak bisa berdiri sendiri dengan tenang, maka anak dapat ditimbang sendiri. Minta ibu untuk membantu melepaskan sepatu dan pakaian luarnya. Katakan pada anak untuk berdiri di atas timbangan dan diam tidak bergerak. Berbicaralah dengan lembut pada anak dan bukan menakutinya. a. Persiapan alat 1. Letakan timbangan di tempat yang datar. 2. Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam keadaan seimbang. b. Cara menimbang dengan timbangan detecto 1. Posisikan anak di atas timbangan 2. Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum seimbang. Baca dan catat berat badan pada kartu status atau buku GPA. 3. Jika anak-anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka perlu ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan mengurangi hasil penimbangan dengan berat badan ibu. Catatan: (Saat melakukan penimbangan terhadap anak balita/bayi, ada penekanan-penekanan yang perlu diperhatikan oleh petugas seperti adanya tanda-tanda klinis balita kurang gizi, seperti di bawah ini) Saat membuka pakaian anak untuk ditimbang, kemungkinan dapat terlihat tandatanda klinis kurang gizi tingkat berat. Maka penting untuk mengetahui tanda klinis marasmus atau kwashiorkor, karena mereka membutuhkan perawatan khusus yang segera, yang meliputi pemberian makanan khusus, pemantauan ketat, 19

pemberian obat seperti antibiotik, dan lain-lain. Tidak tergantung berat badan, anak dengan gejala seperti itu harus segera dirujuk dan ditangani. Marasmus Keadaan kurang gizi tingkat berat ini ditandai dengan anak sangat kurus dengan penampilan tulang berbalut kulit. Hal ini disebabkan oleh kehilangan otot dan jaringan lemak sehingga wajah anak terlihat tua, tulang rusuk menonjol, dan lipatan kulit pada bokong memperlihatkan seolah-olah anak sedang memakai celana longgar (baggy pants). Berat badan menurut umur dan berat badan menurut panjang/tinggi biasanya sangat rendah. Perhatikan foto-foto berikut: Kwashiorkor Walaupun terjadi penurunan berat badan tetapi tidak jelas karena ada edema (bengkak akibat banyaknya cairan dalam jaringan tubuh). Anak terlihat apatis, rewel, tampak sakit, dan tidak mau makan. Wajahnya bulat (karena edema), rambut tipis, jarang dan berubah warna, kulit kering dan mengelupas. Marasmic kwashiorkor Walaupun kwashiorkor dan marasmus menunjukkan gejala yang berbeda, tetapi pada masyarakat yang banyak terdapat kasus gizi buruk, dapat terjadi gejala campuran. Sebagai contoh seorang anak dengan keadaan sangat kurus seperti marasmus, disertai dengan gejala perubahan pada kulit dan rambut atau edema seperti pada penderita kwashiorkor. Edema pada kedua punggung kaki: Edema pada kedua punggung kaki merupakan suatu tanda bahwa seorang anak memerlukan rujukan, meskipun tanda-tanda klinis kwashiorkor lainnya tidak terlihat. Edema harus terlihat pada kedua punggung kaki. Jika bengkak hanya tampak pada satu punggung kaki, kemungkinan disebabkan oleh hal lain misalnya infeksi. Untuk memeriksa edema, tegakan ibu jari anda dengan lembut pada punggung kaki beberapa detik. Jika anak menderita edema, maka akan tampak cekukan ketika ibu jari diangkat. Seorang anak dengan edema pada kedua punggung kaki dianggap menderita gizi buruk (severely underweight), tanpa menilai hasil penimbangan. Walaupun anak ditimbang dan diukur penjang badannya, tetapi tidak untuk menentukan IMT. Jika seorang anak menderita marasmus, kwashiorkor, atau edema pada kedua kaki, catat hasil pemeriksaan ini sebagai catatan bahwa anak ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut: hasil pengukuran dikoreksi! 20

B.2 Mengukur Panjang dan Tinggi Badan Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi anak berdiri tegak. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak Pada penelitian MGRS/WHO 2005, tinggi badan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam menyusun standar pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di Buku GPA. Oleh karena itu, penting untuk mengoreksi hasil bila pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur. Catatan: Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginnya (berdiri), maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur panjang badan (infantometer). Untuk mengukur tinggi menggunakan microtoise yang diletakkan pada permukaan yang vertikal seperti dinding atau tiang. 1.1 Persiapan untuk Mengukur Panjang dan Tinggi Badan Persiapan untuk mengukur panjang/tinggi badan secepatnya setelah menimbang anak. Pastikan sepatu anak, kaus kaki, dan hiasaan rambut sudah dilepas. Jika bayi telanjang, gunakan popok kering untuk menghindari basah ketika pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada ibu alasan pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Jawab pertanyaan yang diajukan ibu. Tunjukkan dan jelaskan kepada ibu 21

bagaimana ibu bisa membantu. Jelaskan pula pentingnya menjaga anak tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat. 1.2 Mengukur Panjang Badan Persiapan Papan Panjang Badan 1. Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan 2. Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur 3. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian balita 4. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar 5. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol 6. Geser kembali papan penggeser pada tempatnya Cara mengukur panjang badan Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak) Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel secara tepat pada papan pengukur Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian papan yang digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki). Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel di papan geser. Baca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar dan catat Gambar: Ingat! Jika anak yang diukur panjangnya berumur 2 tahun atau lebih, maka kurangi 0,7 cm pada hasil ukurnya dan catat hasilnya sebagai tinggi anak dalam lembar Catatan Kunjungan. 1.3 Mengukur Tinggi Badan Persiapan menggunakan Microtoise Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang rata dan tegak lurus Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka nol Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding Geser kepala microtoise ke atas 22

Cara mengukur tinggi badan dengan Microtoise Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan Posisikan anak berdiri tegak lurus di bawah alat geser microtoise, pandangan lurus ke depan Posisikan anak tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belkat, pantat, dan tumit menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka tidak perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding, asalkan tulang belakang dan pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk ataupun tengadah) Posisikan kedua lutut dan tumit rapat Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis Frankfort Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke arah angka besar Catat hasil pengukuran tinggi badan Perawatan Peralatan Pengukuran Perawatan yang baik untuk timbangan dan alat ukur panjang/tinggi badan sangat penting agar hasil pengukuran dapat akurat. Peralatan pengukuran harus dijaga dalam keadaan bersih dan disimpan ruangan, terlindungi dari kelembaban dan basah. Ketelitian dari peralatan harus diperiksa pada saat membeli. Setelah itu, periksa timbangan dan papan ukur setiap minggu, misalnya, setiap Senin atau Sabtu. Memeriksa timbangan Siapkan beban dengan berat 3, 5, 10, dan 20 kg Pastikan timbangan pada angka nol, beri beban 3 kg, dan angka yang tertera pada timbangan harus 3 kg. Lakukan hal yang sama dengan menggunakan beban yang lebih berat. Bila hasil tidak akurat, maka timbangan perlu dikalibrasi. 23

Memeriksa papan panjang/tinggi badan: Ketika memasang papan ukur, ukur tongkat yang sudah diketahui panjangnya untuk memeriksa alat ukur telah dirakit dengan tepat. Periksa bahwa sambungan dalam keadaan kuat dan lurus. Jika tidak, pererat atau luruskan. Ukur kembali dengan tongkat tersebut di atas, jika hasilnya tidak akurat alat perlu dikalibrasi. Periksa bahwa pita ukur dapat dibaca. Jika kotor atau sulit untuk dibaca, maka harus diganti. C. PENILAIAN DAN PENGINTERPRETASIAN STATUS GIZI Menilai status gizi dapat didasarkan pada indeks BB menurut umur (BB/U), TB menurut umur (TB/U), BB menurut TB (BB/TB) atau IMT menurut umur (IMT/U). Tabel di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan penilaian status gizi balita berdasarkan indeks tertentu. Menentukan IMT (Indeks Massa Tubuh) IMT adalah angka yang berhubungan dengan berat badan seseorang menurut tinggi/panjang. IMT merupakan indikator pertumbuhan yang berguna ketika diplot pada grafik IMT/U. IMT dihitung sebagai berikut: Rumus: IMT = (BB (kg)) / (TB (m) 2 ) Hasil IMT dibulatkan satu desimal. Ingat untuk menggunakan panjang badan untuk anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak di atas 2 tahun. Jika perlu konversikan tinggi ke panjang badannya (dengan menambahkan 0,7 cm) atau panjang ke tinggi badan (dengan mengurangi 0,7 cm) sebelum menghitung IMT 1 Jika ada kalkulator dengan tombol x 2, akan lebih mudah dalam menghitung IMT yaitu: 1) Masukkan angka berat badan dalam kg (paling dekat 0,1 kg) 2) Tekan tombol bagi (/ atau ) 3) Masukkan angka tinggi atau panjang badan dalam meter (perlu untuk mengkonversi centimeter sebagai meter; misal: 82,3 centimeter menjadi 0,823 meter) 4) Tekan tombol x 2, maka akan muncul tinggi dalam kuadrat 5) Tekan tombol =, maka IMT muncul 6) Bulatkan angka IMT menjadi satu desimal dan catat IMT pada lembar Catatan Kunjungan 24

Jika kalkulator tidak ada tombol x 2, ikuti langkah 1-3, ulangi langkah 2 dan 3, dan tekan tombol = untuk mendapatkan IMT. Jika tidak ada kalkulator, gunakan tabel IMT untuk bermacam berat dan panjang/tinggi. Tabel IMT tersedia sebagai lampiran dalam modul ini dan dalam lembar bantu yang berjudul Menimbang dan Mengukur Anak. Tabel yang sama dapat digunakan untuk anak sampai umur 5 tahun. Cara menggunakan tabel IMT: Tentukan panjang/tinggi anak (dalam cm) di kolom bagian kiri atau kanan tabel. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, dibulatkan ke angka yang terdekat. Lihat deretan baris ke arah kanan untuk mencari berat badan anak. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, pilih angka yang terdekat. Tunjuk dengan jari Saudara dari berat ke atas bagian tabel untuk mendapatkan IMT. (Atau bisa juga melacak ke bagian bawah tabel). Jika berat tepat pada garis, IMT berada pada separuhnya, misal 15,5 jika antara 15 dan 16. Catat IMTpada lembar Catatan Kunjungan 1 Tabel IMT dan grafik IMT/U telah dihitung dengan menggunakan panjang badan untuk anak-anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak-anak berumur 2 tahun atau lebih Contoh Berikut ini adalah Contoh penggunaan tabel IMT untuk anak perempuan bernama Amani, berumur 2 tahun 4 bulan. Tinggi Amani 88,2 cm. Tinggi terdekat kolom dari tabel adlah 88 cm (yang dilingkari pada tabel di bawah ini) Berat Amani 11,5 kg. Berat terdekat pada baris tingginya adalah 11,6 kg Tunjuk beratnya dengan jari ke atas, dan temukan IMT-nya (di bagian atas tabel) adalah 15 Jika ingin menentukan IMT Amani dengan menggunakan rumus matematika (kg/m2) dan kalkulator, adalah perlu untuk mengkonversi tinggi dalam meter. Tingginya 88,2 cm maka menjadi 0,882 m. IMT dihitung sebagai berikut : 11,5 kg 0,882 m2 = 14,78...dicatat menjadi 14,8 (pada Catatan Kunjungan) Seperti yang terlihat, hasilnya dari menggunakan tabel IMT dan kalkulator adalah sangat dekat. 25

Ingat! Jika anak mempunyai edema di kedua kakinya, jangan menentukan IMT berdasarkan berat kaena tidak realistis sehubungan dengan adanya cairan. Rujuk anak dengan edema di kedua tungkai kakinya untuk mendapatkan perawatan. Masalah Pertumbuhan Nilai titik yang diplot pada grafik pertumbuhan dengan menggunakan tabel di bawah ini untuk menentukan apakah ada masalah pertumbuhan. Hasil pengukuran pada kotak yang diblok termasuk dalam kategori normal. Tabel 14 Indikator Pertumbuhan menurut Z-Score Z-score Di atas 3 Di atas 2 Di atas 1 0 (Angka Median) Di bawah -1 Di bawah -2 Di bawah -3 PB/U atau TB/U Lihat catatan 1 Pendek (Stunted) (Lihat catatan 4) Sangat pendek (Severe Stunted) (Lihat catatan 4) Indikator Pertumbuhan BB/U BB/PB atau BB/TB Sangat gemuk (Obes) Gemuk Lihat (Overweight) Catatan 2 Risiko gemuk (Lihat Catatan 3) BB Kurang (Undewieght) BB Sangat Kurang (Severe Underweight) Kurus (Wasted) Sangat Kurus (Wasted) IMT/U Sangat gemuk (Obes) Gemuk (Overweight) Risiko Gemuk (Lihat Catatan 3) Kurus (Wasted) Sangat Kurus (Wasted) Catatan: 1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebutjika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal). 26

2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinalai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U. 3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko. Bila kecenderungnya menuju garis z-score 2 berarti risiko lebih pasti. 4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi gizi yang salah. 27

PENILAIAN STATUS GIZI METODE DIETARY ASSESSMENT PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Nasional melalui kegiatan di berbagai sektor, berupaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, secara fisik dan mental dengan cara meningkatkan kecerdasan, kesehatan, kreativitas, produktivitas dan prestasi kerja untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Perwujudan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat penting dan mendasar, diantaranya faktor pangan dan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari hari (Rahman, 1989) Konsumsi pangan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kecukupan yang berhubungan dengan memperhitungkan aspek kualitas maupun kuantitas pangan. Konsumsi pangan yang kurang atau melebihi kebutuhan dan berlangsung lama akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap kesehatan yang akhirnya dapat berpengaruh pada tingkat kualitas manusia (Hardinsyah, 1989). Pada dasarnya konsumsi pangan penduduk sehari-hari hendaknya memenuhi kriteria kecukupan yaitu kecukupan energi/kalori dan protein. Dengan demikian maka besarnya tingkat pemenuhan gizi keluarga atau rumah tangga dapat diukur dari besarnya konsumsi energi dan protein. Selanjutnya, kemampuan rumah tangga mengendalikan kebutuhan pangannya menunjukkan kebutuhan pangan rumah tangga yang bersangkutan. Terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga tersebut antara lain dicerminkan oleh tersedianya pangan yang cukup dan terjangkau oleh rumah tangga serta tercapainya ketersediaan dari konsumsi pangan yang beragam dan memenuhi persyaratan gizi dari waktu ke waktu. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah data konsumsi energi dan protein per kapita per hari. Kesejahteraan dikatakan makin baik apabila energi dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat sampai pada akhirnya melewati standar minimal energi dan protein. 28

Tujuan praktikum: 1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian konsumsi pangan melalui metode survey konsumsi. 2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil survey konsumsi pangan METODE PENILAIAN KONSUMSI PANGAN a. Frekuensi Pangan (Food Frequency) Pada metode ini dicatat frekuensi atau banyak kali penggunaan pangan yang biasanya dikonsumsi untuk suatu periode waktu tertentu (seminggu, sebulan, atau semusim). Data yang diperoleh bersifat kualitatif. Metode ini berguna untuk mengetahui pola konsumsi seseorang atau keluarga dan untuk mengetahui konsumsi pangan sumber zat gizi tertentu seperti konsumsi pangan sumber vitamin A, konsumsi lemak, dan lain sebagainya. Dalam metode ini tidak diperlukan penimbangan maupun URT sehingga mudah dilakukan. Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat menggambarkan kuantitas intik zat gizi, karena bersifat kualitatif dan apabila terlalu banyak jenis pangan yang ditanyakan akan membosankan baik bagi si pencatat maupun responden. Sehingga perlu diantisipasi jawaban yang tidak sebenarnya/asal menjawab saja. Penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Metode ini umumnya tidak digunakan untuk memperoleh data kuantitatif pangan ataupun intik konsumsi zat gizi (Gibson, 1990). Namun menurut Haraldsdottir dan Van Stavaren (1988) metode frekuensi pangan dapat juga digunakan untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif. Hal ini tergantung dari tujuan studi, apakah hanya ingin menggali frekuensi penggunaan pangan saja atau juga sekaligus dengan konsumsi zat gizinya. Dengan metode ini, kita dapat menilai frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu (misalnya : sumber lemak, sumber protein, sumber vitamin A, dsb) selama kurun waktu yang spesifik (misalnya: per hari, minggu, bulan, tahun) dan sekaligus mengestimasi konsumsi 29

zat gizinya. Kuesioner mempunyai dua komponen yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan. b. Food Record Method Survey konsumsi menggunakan metode food record biasanya berlangsung selama satu minggu atau 7 (tujuh) hari. Selama periode waktu tertentu tersebut, semua pangan yang dikonsumsi pada setiap waktu makan diukur dengan cara penimbangan maupun dengan menggunakan URT. Deskripsi lengkap mengenai semua jenis pangan dicatat baik mengenai merek maupun cara penyiapannya (cara memasak/mengolah makanan). makanan yang tersisa pada setiap waktu makan ditimbang dan dicatat dengan lengkap. Bila memungkinkan, pangan yang dikonsumsi di luar rumah juga dicatat dengan cara estimasi. Kalau data konsumsi pangan di luar rumah tidak tersedia, perlu dilakukan penyesuaian. Jumlah anggota keluarga dan tamu yang makan pada setiap waktu dicatat lengkap dengan umur dan jenis kelaminnya. Metode food record merupakan metode yang paling akurat untuk metode survei konsumsi pangan tingkat keluarga. Namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu: mahal, perlu antisipasi yang tingi dari responden, pola konsumsi pangan rumah tangga bisa berubah. Food and Agricultural Organization (FAO) merekomendasikan metode ini untuk digunakan di daerah pedesaan di negara-negara yang kurang berkembang. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa jenis pangan di daerah tersebut tidak begitu banyak variasinya, pangan yang berasal dari produksi sendiri merupakan mayoritas dari pangan yang tersedia dan satuan pangan yang dibeli tidak standard. Catatan: Dalam survei konsumsi yang dilakukan selama satu minggu, satu unit makan adalah setara dengan jumlah hari survei. Apabila seseorang pada waktu survei dilakukan tidak makan di rumah selama satu hari, maka besarnya nilai unit makannya adalah 1.00 dikurangi 1/7 atau 0.14 sama dengan 0.86 yang terbagi ke dalam: 30

Makan pagi 0.20 : 7 = 0.03 Makan siang 0.30 : 7 = 0.04 Makan sore 0.34 : 7 = 0.05 Makan malam 0.16 : 7 = 0.02 Jumlah 1.00 : 7 = 0.14 + Atas dasar itu maka apabila seseorang sewaktu survey dilakukan tidak makan siang di rumah sebanyak tiga kali, maka di kehilangan unit makan sebanyak 0.04 x 3 = 0.12. Dengan demikian nilai unit makannya adalah sama dengan 0.88 UM. Nilai konsumsi untuk setiap keluarga tersebut kemudian digunakan untuk menghitung angka konsumsi per kapita untuk energi dan zat gizi lainnya. Unit konsumsi dari masing-masing keluarga juga nantinya digunakan dalam perhitungan kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama survey (Reh, 1962). c. Metode Mengingat-ingat (Recall Method) Pada metode ini dicatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu (biasanya recall 24 jam). Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan ke dalam satuan berat. Metode recall ini murah, dan tidak memakan waktu banyak. Kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seorang dan bergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengkonversikan URT ke dalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil, dll). d. Metode Penimbangan (Weighed Method) dan Penimbangan Langsung dengan Pengamatan (Observed Weighed) Perbedaan antara metode penimbangan biasa dengan penimbangan langsung dengan pengamatan adalah pada penimbangan biasa, penimbangan dapat dilakukan oleh responden, sedangkan pada penimbangan langsung dengan pengamatan penimbangan dilakukan sendiri oleh tenaga pengambil alih data. Pada 31

metode penimbangan, pengukuran penggunaan pangan untuk konsumsi sulakukan dengan cara menimbang bahan pangan dalam keadaan mentah (proses persiapan), setelah makanan masak (penyajian), dan setelah pangan tersebut dikonsumsi (mengamati sisa yang tidak termakan). Selain itu ditimbang pula makanan yang diperoleh dari pemberian dan makanan yang diberikan pada orang lain, serta perlu diperoleh informasi mengenai makanan yang dikonsumsi di luar rumah. Metode ini merupakan metode yang paling akurat, karena dilakukan penimbangan secara cermat dan tepat terhadap makanan yang dikonsumsi. Disamping kelebihan tersebut ada beberapa kekurangannya yaitu mahal, makan waktu, kadang-kadang responden segan atau malu atau tidak memperkenankan bila makanannya harus dipindah-pindahkan dari tempatnya untuk ditimbang, serta responden mungkin merubah-ubah pola konsumsi pangan dari kebiasaannya sehari-hari dengan kehadiran kita. e. Metode Kombinasi Tidak ada metode yang terbaik untuk semua tujuan studi. Hal ini terlihat dari adanya kelemahan dan kelebihan dari setiap metode. Untuk mengurangi kekurangan dari suatu metode biasanya dilakukan kombinasi dengan metode yang lain yang dapat menutupi kekurangan dari suatu metode atau melakukan modifikasi sepenuhnya. Kombinasi dari dua metode dapat memberikan informasi lebih, sehingga informasi dari suatu hasil penelitian dapat lebih lengkap. Kombinasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah: 1. Kombinasi antara metode penimbangan dengan metode estimasi, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi di luar rumah. 2. Kombinasi antara metode penimbangan langsung dengan metode recall untuk menggali data konsumsi pangan diantara dua waktu makan ( snack ). 3. Kombinasi antara metode recall dengan riwayat makan. 4. Kombinasi antara recall 24 jam yang lalu dengan food recall (untuk tingkat rumah tangga). 32

PRAKTIKUM FOOD WIGHING SCALE DAN FOOD RECORD a. Penimbangan Makanan (Food Weighing) Data aktual tentang jumlah pangan yang dikonsumsi diperoleh dengan cara penimbangan dengan menggunakan timbangan makanan. timbangan makanan yang digunakan adalah yang mempunyai kapasitas 1 kg dan 4 kg. Makanan yang jumlah pemakaiannya kecil sperti bumbu-bumbu bawang, kecap, merica, dan garam ditimbang dengan menggunakan timbangan berkapasitas 1 kg. Timbangan yang berkapasitas 4 kg digunakan untuk menimbang makanan yang berukuran besar seperti daging, sayuran, buah, tempe, dan masakan yang telah dimasak. Setelah makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan siang ditimbang dalam keadaan mentah (as purchase/ap). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap dimakan seperti buah dan makanan olahan yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu, dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dsb pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual. Contoh kuesioner disajikan pada Lampiran 1. Perlengkapan yang diperlukan - Timbangan makanan dengan kapasitas 1 kg dan 5 kg - Kuesioner - Manual atau petunjuk survei Langkah-langkah Penimbangan A. Kegiatan yang dilakukan sebelum penimbangan 1. Menyiapkan kuesioner, timbangan, pensil, pulpen, penghapus, kalkulator kecil, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan. 2. Pelajari manual survei. 3. Kalibrasi timbangan. 33

4. Melakukan kunjungan pendahuluan pada keluarga contih untuk: a. Perkenalan dan menjelaskan tujuan survei. b. Mengawali pengumpulan informasi tambahan. c. Membuat perjanjian untuk menentukan waktu masak. B. Kegiatan selama penimbangan 1. Dimulai dengan melakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti minyak, gula, dan makanan lain. Jumla tersebut dicatat sebagai stok. Penimbangan dilakukan bersama dengan kemasannya atau wadahnya (botol plastik, dsb). 2. Timbangan setiap jenis pangan sebelum dimasak (dalam keadaan mentah). 3. Timbangan atau recall makanan antara dua waktu makan atau snack. 4. Timbangan makanan sisa, makanan yang diberikan untuk binatang peliharaan. 5. Timbangan sisa makanan yang akan dimakan lagi pada waktu makan berikutnya atau keesokan harinya. 6. Timbangan pangan yang tahan lama setelah makan malam. 7. Catat setiap habis makan, siapa diantara anggota keluarga yang tidak makan dan adakah tamu yang ikut makan. Kalau ada tamu yang ikut makan catat umur dan jenis kelaminnya. 8. Bertanyalah pada responden diantara kegiatan penimbangan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan. Kegiatan penimbangan yang paling baik adalah dilakukan di dapur. Petunjukpetunjuk makanan penting dalam penimbangan makanan: 1. Kalibrasi timbangan setiap kali akan melakukan penimbangan. 2. Bawalah timbangan setiap waktu penimbangan. 3. Tempatkan timbangan pada tempat yang datar dan mantap. 4. Setiap kali akan menimbang jarum timbangan harus menunjukkan angka nol. 5. Bacalah timbangan sejajar dengan sudut pandang mata dari arah depan. 6. Gunakan timbangan dengan kapasitas 1 kg untuk makanan yang kecil atau ringan. 34

7. Gunakan timbangan dengan kapasitas 4 kg untuk menimbang makanan yang berat dan berukuran besar. 8. Lihat dengan cermat skala jumlah gram yang ditunjukkan pada timbangan yang dipakai. 9. Catat setiap wadah yang digunakan dalam penimbangan seperti piring, botol, toples, dsb. 10. Rapikan timbangan dan bersihkan daerah sekitar kegiatan penimbangan setiap kali selesai menimbang. Apabila penimbangan dilakukan oleh keluarga contoh, maka mereka haris diberi petunjuk bagaimana cara penimbangan yang baik/benar berikut cara pencatatannya. Dibawah ini disajikan petunjuk-petunjuk bagi keluarga dalam melakukan penimbangan (tabel 2 dan 3). Tabel 2. Petunjuk Penimbangan Konsumsi Pangan Individu Terima kasih kami ucapkan atas bantuan anda. Dirasa penting kami untuk mengetahui secara tepat apa yang anda dan keluarga makan. Timbang dan catatlah segala sesuati yang keluarga anda makan dan minum (termasuk air putih). Catatlah secara berurutan apa yang akan anda makan dan minum selengkap mungkin. Sebagai contoh, apakah roti yang anda makan itu warnanya putih atau coklat, atau apakah apel yang anda makan dikupas dulu atau tidak; apakah daging dibakar, dipanggang, digoreng, atau direbus. Tuliskan jumlah gelas dari teh yang anda minum, berapa potong roti, berapa butir telur, berapa sendok gula yang digunakan dalam membuat kopi tersebut. Tuliskan resep masakan spesial, hal ini akan berguna sekali bagi kami. Ingatlah untuk mencatat: 1. Segala sesuatu yang anda makan di rumah; secangkir teh (tuliskan apakah ditambah gula atau susu). 2. Makanan selingan antara waktu makan. 3. Bir, minman ringan, atau minuman beralkohol. 4. Permen dan cokelat. 5. Buah. 6. Kacang. 7. Minuman atau makanan suplemen. Timbanglah makanan anda 1. Tuliskan hari, tanggal penimbangan 2. Jika anda mau makan, tulislah waktu makan anda apakah makan pagi, siang, atau malam (pada kolom waktu makan). 35

3. Letakkan piring atau mangkuk kosong diatas timbangan, catat beratnya misalnya (c). 4. Tambahkan satu jenis makanan ke dalam piring atau mangkuk, dan catatlah beratnya (d), berat makanan adalah (d-c). 5. Tambahkan satu jenis makanan berikutnya; lalu catat jumlah totalnya. Jika ada makanan yang tidak dihabiskan 1. Ambilah piring atau mangkuk lain, letakkan diatas timbangan; catat beratnya. 2. Tambahakan dengan sisa jenis makanan, catat beratnya dan isikan pada kolom sisa makanan. 3. Tambahkan sisa makanan berikutnya, dan ulangi langkah (2) dan (3) untuk sisa makanan berikutnya. Tabel 3. Petunjuk untuk Penimbangan Konsumsi Pangan Keluarga Terima kasih kami ucapkan atas bantuan anda. Dirasa penting kami untuk mengetahui secara tepat apa yang anda dan keluarga makan. Timbang dan catatlah segala sesuatu yang keluarga anda makan dan minum (termasuk air putih). Catatlah secara berurutan apa yang akan anda makan atau minum selengkap mungkin. Sebagai contoh, apakah roti yang akan anda makan itu warnanya putih atau coklat, atau apakah apel yang anda makan dikupas dulu atau tidak; apakah daging dibakar,dipanggang, digoreng atau direbus. Tuliskan jumlah gelas dari teh yang anda minum, berapa potong roti, berapa butir telur, berapa sendok gula yang digunakan dalam membuat kopi tersebut. Tuliskan resep makanan spesial, hal ini akan berguna sekali bagi kami. Ingatlah untuk mencatat : 1. Segala sesuatu yang anda makan di rumah, secangkir teh (tuliskan apakah ditambahkan gula atau susu). 2. Makanan selingan antara waktu makan. 3. Bir, minuman ringan atau minuman beralkohol. 4. Permen dan coklat. 5. Buah 6. Kacang. 7. Minuman atau makanan suplemen 36

Timbanglah makanan anda 1. Timbanglah semua jenis pangan yang akan dimasak termasuk bumbu dalam berat kotor, isikan ke dalam kolom berat kotor. 2. Bersihkanlah semua jenis pangan dari bagian yang tidak dapat dimakan seperti akar, daun tua, batang yang tua atau kulitnya. Lalu timbanglah, catatlah pada kolom berat bersih. 3. Catatlah setiap resep makanan yang anda masak bila memungkinkan 4. Timbanglah setiap masakan dengan cara: - Letakkan piring/wadah diatas timbangan dan catat beratnya pada kolom (a gr). - Tambahkan dengan masakan dan catat beratnya (b gr); berat makanan adalah (b-a). 5. Setiap selesai makan, timbanglah sisa makanan yang akan dimakan kembali pada waktu makan berikutnya (isikan pada kolom sisa dalam piring saji ). Timbanglah pula sisa makanan yang akan dibuang seperti tulang dan sisa makanan lainnya (isikan pada kolom sisa dalam piring makan ). 6. Setiap kali waktu makan catatlah anggota keluarga yang tidak makan dirumah; disamping itu adakah tamu yang ikut makan, catat umur dan jenis kelaminnya. 7. Pada keesokan harinya cek kembali apakah ada makanan yang belum tercatat. Setiap kali melakukan penimbangan catatlah hari dan tanggal penimbangan. (Selamat melakukan latihan food weighing) Berikut ini adalah contoh gambar makanan 37

38