DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

dokumen-dokumen yang mirip
d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

ANALISIS DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

DAFTAR ISTILAH. Al = Luas total tulangan longitudinal yang memikul puntir

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

1.6 Tujuan Penulisan Tugas Akhir 4

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

Kata kunci: daktilitas regangan, kapasitas aksial kolom, sengkang, kolom penampang pipih, Galvanised Welded Wire Fabric, diagram tegangan-regangan.

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

ANALISIS DAKTILITAS KURVATUR PADA KOLOM BULAT BETON BERTULANG TERKEKANG DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

HUBUNGAN BALOK KOLOM

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

3.4.5 Beban Geser Dasar Nominal Statik Ekuivalen (V) Beban Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung (F i )

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG TINGKAT TINGGI

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

1.2) Kolom Tampang L a) Kondisi Regangan Berimbang b) Kondisi Tekan Menentukan c) Kondisi Tarik Menentukan BAB III.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL.. i. LEMBAR PENGESAHAN ii. KATA PENGANAR.. iii ABSTRAKSI... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang... 1

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

ABSTRAK. Kata kunci: steel jacketing, baja siku, pelat baja, analisis penampang, pengaruh pengekangan, diagram interaksi Pn-Mn, daktilitas kurvatur

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Yogyakarta, Juni Penyusun

TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DUAL SYSTEM 22 LANTAI DENGAN OPTIMASI KETINGGIAN SHEAR WALL

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

= keliling dari pelat dan pondasi DAFTAR NOTASI. = tinggi balok tegangan beton persegi ekivalen. = luas penampang bruto dari beton

BAB III LANDASAN TEORI. silinde beton dapat digunakan rumus berikut: f c = (3.1)

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

2.4.1 Kapasitas dukung tiang pancang tunggal... 9

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

DETEKSI DINI POLA KERUNTUHAN STRUKTUR PORTAL GEDUNG H UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA AKIBAT GEMPA. Tugas Akhir

STUDI PENGARUH EKSENTRISITAS TERHADAP FAKTOR REDUKSI PADA KOLOM BETON BERTULANG BUJURSANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG STRUKTUR PORTAL GEDUNG PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI. dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan.

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan para peneliti (Lorensten, 1962; Nasser et al., 1967; Ragan &

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan saat ini adalah : kayu, beton, dan baja. Pada mulanya, bangunan-bangunan

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR GEDUNG YAYASAN PRASETIYA MULYA DENGAN LANTAI BETON BERONGGA PRATEGANG PRACETAK

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh :

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

DAFfAR NOTASI. = Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi ( batang. = Luas dari tulangan geser dalam suatu jarak s. atau luas dari tulangan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG TULANGAN GANDA ABSTRAK

xxiv r min Rmax Rnv Rnt

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR NOTASI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi viii ix xii xxi xxii xxiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan... 3 1.4 Batasan Masalah... 4 1.5 Sistematika Tugas Akhir... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Perilaku Mekanik Beton Terhadap Beban Uniaksial... 6 2.2 Perilaku Kolom... 8 2.3 Perilaku Mekanik Beton Terhadap Beban Triaksial... 10 2.3.1 Kekangan Pada Beton... 11 2.3.2 Persamaan Desain Tulangan Pengekang di Beberapa Negara... 14 2.4 Perilaku Teganga-Regangan Beton Terkekang... 15 2.4.1 Mekanisme Keruntuhan Beton Terkekang... 18 2.4.2 Pengaruh Kuat Tekan Beton (fc )... 19 ix

2.4.3 Pengaruh Spasi Tulangan Lateral... 19 2.4.4 Pengaruh Tegangan Leleh Tulangan Lateral... 20 2.4.5 Tegangan Lateral Efektif... 20 2.5 Beton Berserat... 21 2.5.1 Jenis-jenis Serat... 21 2.5.2 Perilaku Mekanik Beton Berserat... 23 2.5.3 Perilaku Tegangan-regangan Beton Berserat... 25 2.6 Model Kekangan... 26 2.6.1 Model Kekangan Beton Normal... 26 2.7 Daktilitas... 30 BAB III METODE ANALISIS MOMEN-KUVATUR... 33 3.1 Asumsi-asumsi yang Diambil... 33 3.2 Momen - Kurvatur... 33 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 45 4.1 Studi Kasus... 45 4.2 Hubungan anatara Rasio Tulangan Pengekang terhadap Tingkatan Beban Aksial... 46 4.2.1 Kolom Konfigurasi A... 46 4.2.2 Kolom Konfigurasi B... 52 4.3 Perilaku Momen Kurvatur Berdasarkan Nilai fy dalam Satu Jenis Konfigurasi Sengkang... 58 4.3.1 Gempa Ringan [P/(fc.Ag)=0.2]... 58 4.3.2 Gempa Sedang [P/(fc.Ag)=0.4]... 62 4.3.3 Gempa Kuat [P/(fc.Ag)=0.6]... 66 4.4 Perbedaan Momen Kurvatur Jenis Gempa dalam Konfigurasi Sengkang dan Tegangan Leleh yang Sama... 70 4.4.1 Grafik SNI... 70 4.4.2 Grafik CSA... 74 4.4.3 Grafik NZS... 78 x

4.5 Perbedaan Tiap Jenis Standart Peraturan dalam Tingkatam Beban Aksial (p/(ag.fc )... 82 4.5.1 Gempa Ringan... 82 4.5.2 Gempa Sedang... 86 4.5.3 Gempa Kuat... 90 4.6 Perbedaan Momen Kurvatur Antar Konfigurasi... 94 4.6.1 Gempa Ringan... 94 4.6.2 Gempa Sedang... 100 4.6.3 Gempa Kuat... 106 BAB V PENUTUP... 112 5.1 Kesimpulan... 112 5.2 Saran... 113 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kurva respon beton terhadap beban uniaksial tekan pada berbagai rentang kuat tekan... 7 Gambar 2.2 Mekanisme terlepasnya selimut dari inti beton... 8 Gambar 2.3 Kurva beban aksial defleksi pada pengujian kolom... 9 Gambar 2.4 Mekanisme kekangan pada beton [Antonius & Widhianto, 2014]... 12 Gambar 2.5 Hubungan tegangan-regangan beton terkekang dan beton tidak terkekang... 17 Gambar 2.6 Pengkangan dengan sengkang persegi dan spiral... 21 Gambar 2.7 Kurva tegangan-regangan oleh Cusson dan Pultre... 27 Gambar 2.8 Perilaku momen-kurvatur balok beton... 31 Gambar 2.9 Perilaku lentur balok beton bertulang... 31 Gambar 2.10 Definisi kolom daktail... 32 Gambar 3.1 Penampang dan diagram regangan sepanjang penampang... 35 Gambar 3.2 Diagram tegangan beton... 37 Gambar 3.3 Penentuan luas diagram tegangan beton... 38 Gambar 3.4 Penentuan titik berat segmen beton... 40 Gambar 4.1 Penampang kolom dan konfigurasi A dan B... 45 Gambar 4.2 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi A, fy = 400 MPa... 47 Gambar 4.3 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi A, fy = 400 MPa... 48 Gambar 4.4 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi A, fy = 600 MPa... 49 Gambar 4.5 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi A, fy = 600 MPa... 50 Gambar 4.6 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi A, fy = 800 MPa... 51 xii

Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi A, fy = 800 MPa... 52 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi B, fy = 400 MPa... 53 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi B, fy = 400 MPa... 54 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi B, fy = 600 MPa... 55 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi B, fy = 600 MPa... 56 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs NZS konfigurasi B, fy = 800 MPa... 56 Perbandingan rasio tulangan pengekang terhadap beban aksial SNI vs CSA konfigurasi B, fy = 800 MPa... 57 Perilaku momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi A... 58 Perilaku momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi B... 58 Perilaku momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi A... 59 Perilaku momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi B... 60 Perilaku momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi A... 61 Perilaku momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi B... 61 Hubungan momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi A... 62 Hubungan momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi B... 62 xiii

Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Hubungan momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi A... 63 Hubungan momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi B... 64 Hubungan momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi A... 65 Hubungan momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi B... 65 Hubungan momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi A... 66 Hubungan momen kurvatur berdasarkan SNI, konfigurasi B... 66 Hubungan momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi A... 67 Hubungan momen kurvatur berdasarkan CSA, konfigurasi B... 68 Hubungan momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi A... 69 Hubungan momen kurvatur berdasarkan NZS, konfigurasi B... 69 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan A dengan fy=400 MPa... 70 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan A dengan fy=600 MPa... 71 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan A dengan fy=800 MPa... 71 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan xiv

Gambar 4.36 Gambar 4.37 Gambar 4.38 Gambar 4.39 Gambar 4.40 Gambar 4.41 Gambar 4.42 Gambar 4.43 Gambar 4.44 Gambar 4.45 B dengan fy=400 MPa... 72 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan B dengan fy=600 MPa... 73 Hubungan momen kurvatur SNI berdasarkan B dengan fy=800 MPa... 73 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan A dengan fy=400 MPa... 74 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan A dengan fy=600 MPa... 75 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan A dengan fy=800 MPa... 75 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan B dengan fy=400 MPa... 76 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan B dengan fy=600 MPa... 77 Hubungan momen kurvatur CSA berdasarkan B dengan fy=800 MPa... 77 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan A dengan fy=400 MPa... 78 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan A dengan fy=600 MPa... 79 xv

Gambar 4.46 Gambar 4.47 Gambar 4.48 Gambar 4.49 Gambar 4.50 Gambar 4.51 Gambar 4.52 Gambar 4.53 Gambar 4.54 Gambar 4.55 Gambar 4.56 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan A dengan fy=800 MPa... 79 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan B dengan fy=400 MPa... 80 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan B dengan fy=600 MPa... 80 Hubungan momen kurvatur NZS berdasarkan B dengan fy=800 MPa... 81 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=400 MPa... 82 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=600 MPa... 82 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=800 MPa... 83 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=400 MPa... 84 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=600 MPa... 84 gempa ringan SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=800 MPa... 85 xvi

Gambar 4.57 Gambar 4.58 Gambar 4.59 Gambar 4.60 Gambar 4.61 Gambar 4.62 Gambar 4.63 Gambar 4.64 Gambar 4.65 Gambar 4.66 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=400 MPa... 86 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=600 MPa... 86 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=800 MPa... 87 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=400 MPa... 88 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=600 MPa... 88 gempa sedang SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=800 MPa... 89 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=400 MPa... 90 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=600 MPa... 90 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi A dengan fy=800 MPa... 91 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=400 MPa... 92 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B xvii

Gambar 4.67 Gambar 4.68 Gambar 4.69 Gambar 4.70 Gambar 4.71 Gambar 4.72 Gambar 4.73 Gambar 4.74 Gambar 4.75 Gambar 4.76 dengan fy=600 MPa... 92 gempa kuat SNI, CSA, NZS, kolom konfigurasi B dengan fy=800 MPa... 93 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan SNI, fy=400 MPa... 94 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan SNI, fy=600 MPa... 94 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan SNI, fy=800 MPa... 95 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan CSA, fy=400 MPa... 96 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan CSA, fy=600 MPa... 96 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan CSA, fy=800 MPa... 97 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan NZS, fy=400 MPa... 98 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan NZS, fy=600 MPa... 98 konfigurasi dengan intensitas gempa ringan NZS, fy=800 MPa... 99 xviii

Gambar 4.77 Gambar 4.78 Gambar 4.79 Gambar 4.80 Gambar 4.81 Gambar 4.82 Gambar 4.83 Gambar 4.84 Gambar 4.85 Gambar 4.86 Gambar 4.87 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang SNI, fy=400 MPa... 100 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang SNI, fy=600 MPa... 100 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang SNI, fy=800 MPa... 101 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang CSA, fy=400 MPa... 102 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang CSA, fy=600 MPa... 102 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang CSA, fy=800 MPa... 103 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang NZS, fy=400 MPa... 104 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang NZS, fy=600 MPa... 104 konfigurasi dengan intensitas gempa sedang NZS, fy=800 MPa... 105 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat SNI, fy=400 MPa... 106 xix

Gambar 4.88 Gambar 4.89 Gambar 4.90 Gambar 4.91 Gambar 4.92 Gambar 4.93 Gambar 4.94 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat SNI, fy=600 MPa... 106 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat SNI, fy=800 MPa... 107 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat CSA, fy=400 MPa... 108 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat CSA, fy=600 MPa... 108 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat CSA, fy=800 MPa... 109 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat NZS, fy=400 MPa... 110 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat NZS, fy=600 MPa... 110 konfigurasi dengan intensitas gempa kuat NZS, fy=800 MPa... 111 xx

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perilaku fisik beberapa jenis serat... 24 xxi

DAFTAR NOTASI A b = luas penampang (mm 2 ) A c = luas penampang inti beton (mm 2 ) A g = luas bruto penampang (mm 2 ) A sh A shx A shx b c d b d c D f c f cc f co f hcc f l f le f y h Kl k d k n k p L = luas penampang inti beton, diukur dari serat terluar hoop ke serat terluar hoop di sisi lainnya. = luas penampang inti beton, diukur dari serat terluar hoop ke serat terluar hoop di sisi lainnya (searah sumbu x) = luas penampang inti beton, diukur dari serat terluar hoop ke serat terluar hoop di sisi lainnya (searah sumbu y) = lebar inti beton (mm) = diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategangan (mm) = panjang inti penampang beton (mm) = diameter tulangan, diameter penampang (mm) = kuat tekan karakteristik beton (MPa) = tegangan puncak beton terkekang = tegangan awal beton terkekang = tegangan pada tulangan lateral maksimum = tekanan lateral = tegangan lateral efektif = tegangan leleh profil baja (MPa) = lebar penampang (mm) = koefisien tekanan lateral efektif = garis netral penampang = pengaruh dari jumalah tulangan longitudinal yang dipasang = tingkatan beban aksial = panjang (mm) M = momen (KN m) nl = jumlah tulangan lateral xxii

P R S S h Δ ε ε c ε cu ε o ρ ρ cc σ φ = beban aksial = jari jari penampang (mm) = jarak sengkang (mm) = jarak antar tulangan (mm) = defleksi aksial = regangan = regangan inti beton = regangan ultimate = regangan awal = rasio tulangan tarik non pratekan = rasio tulangan tarik maksimum = tegangan ijin baja (MPa) = sudut kelengkungan xxiii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A Surat - surat... LAMPIRAN B Flow Chart... Program Momen Kurvatur... xxiv