. PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia dengan luas wilayah yang terdiri dari 70 % lautan merupakan negara kepulauan dengan luas perairan diperkirakan mencapai 5,8 juta km dan panjang garis pantai 8.000 km. Potensi sumberdaya perikanan masih cukup besar sekitar 6, juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 57 persennya. Dengan luas laut 5,8 juta km, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar baik dari segi kuantitas maupun keragamannya. Namun ketersediaan atau stok ikan secara alami di perairan merupakan salah satu faktor pembatas peningkatan produktifitas usaha dalam kegiatan penangkapan. Potensi yang demikian besar dan memiliki arti penting dalam konteks perekonomian bangsa, perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari wilayah pesisir merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak. Fungsi perencanaan dan pengelolaan tidak hanya berdimensi fisik untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sistem alam dan sumberdaya perikanan namun juga memiliki dimensi sosial karena komunitas di wilayah pesisir yang telah berinteraksi secara dinamis dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan sehingga pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan dapat terwujud (Kusumastanto, 2006). Ketchum dalam Kusumastanto et al. 2006 menyatakan wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara wilayah daratan dan laut. Secara ekologis wilayah pesisir adalah sebuah wilayah yang dinamik dengan pengaruh daratan terhadap lautan atau sebaliknya. Proses keterkaitan antara wilayah darat dan laut merupakan sumber dinamika dalam kerangka pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu (integrated coastal management; ICM). (Jones and Westmascot dalam Kusumastanto, et al. 2006) menyatakan wilayah pesisir tidak hanya diidentifikasi berdasarkan sifat ekologis semata, namun mencakup definisi administratif sebagai suatu wilayah pengelolaan. Wilayah pesisir dan laut diharapkan menjadi pusat pertumbuhan dan sebagai kutub dari ruang ekonomi. Ruang ekonomi mengandung pusat-pusat dan kutub-kutub, mempunyai kekuatan centrifugal memancar ke sekelilingnya dan
2 mempunyai kekuatan centripental menarik sekitarnya ke pusat-pusat tersebut. Penentu kebijakan pembangunan seringkali berharap wilayah pesisir menjadi pusat pertumbuhan dengan beberapa alasan antara lain : terjadinya proses aglomerasi, konsentrasi investasi dan proses penyebaran bagi wilayah-wilayah belakangnya. Unit ekonomi industri yang dominan tampil memainkan peranan utama dalam ruang ekonomi. Dalam rangka mewujutkan sektor perikanan menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian, diperlukan usaha-usaha memanfaatkan sumberdaya perikanan sampai tingkat optimal di seluruh wilayah, sasaran peningkatan devisa dan kesejahteraan bagi nelayan dan petani ikan melalui perluasan usaha yang menjadi prioritas utama disamping aspek kelestarian. Disparitas pembangunan regional merupakan fenomena universal. Di semua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya, disparitas pembangunan merupakan masalah regional yang tidak merata. Pembagian ekonomi telah melahirkan tekanan sosial politik, baik sistem perekonomian pasar maupun ekonomi terencana, secara terpusat pembangunan diarahkan agar mengikuti kebijakankebijakan mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah (Rustiadi, 2005). Wilayah pesisir dan laut menyediakan sumberdaya alam yang produktif sebagai sumber pangan dan merupakan tumpuan harapan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dimasa mendatang (Bengen, 2000). Pemanfaatan sumberdaya ikan di Indonesia sampai saat ini, secara umum belum optimal dan masih berpeluang untuk dikembangkan. Karakteristik wilayah yang berbeda, menyebabkan adanya kesenjangan pemanfaatan sumberdaya ikan. Wilayah perairan Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu wilayah perairan dengan wilayah perairan yang lain. Perbedaan yang ada diantaranya meliputi perbedaan kondisi geografi, topografi, demografi, kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, budaya dan sosial kultural masyarakat, karakteristik sumberdaya ikan, teknologi, kemampuan investasi permodalan pemerintah dan masyarakat dan merupakan komponen sistem perikanan yang bersifat spesifik yang dimiliki daerah. Komponen sistem perlu dikelola dan diperhatikan dengan baik dalam upaya pengembangan perikanan. Undang-undang No. 3 tahun 2004 tentang perikanan menyatakan potensi sumberdaya perikanan Indonesia perlu
3 dikelola dengan baik. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai pemasaran, dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses terintegrasi pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya, implementasi serta penegakan hukum peraturan perundangan di bidang perikanan, dilakukan pemerintah dan otoritas lain diarahkan mencapai kelangsungan produktifitas sumberdaya hayati dan tujuan yang telah disepakati. Pemerintah provinsi dan kebupaten kota diberi kewenangan menentukan urusan pilihan nyata dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerahnya. Kekhasan yang dimiliki beberapa kabupaten di Utara dan Selatan Jawa, berupa potensi kelautan dan perikanan dijadikan pilihan untuk dikelola dan dikembangkan dengan baik (Pusat Riset Perikanan Tangkap, 200). Disparitas pembangunan antar wilayah disatu sisi terjadi dalam bentuk buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi wilayah. Disparitas pembangunan menghasilkan struktur hubungan antar wilayah, membentuk interaksi yang saling memperlemah. Wilayah hinterland menjadi lemah karena pengurasan sumberdaya berlebihan (backwash) mengakibatkan aliran nilai tambah dan terakumulasi di pusat-pusat pembangunan secara besar-besaran dan berlebihan. Disparitas pembangunan inter-regional disamping menyebabkan kapasitas pembangunan regional sub-optimal, juga menihilkan potensi-potensi pertumbuhan pembanguan agregat dari interaksi pembangunan inter-regional yang sinergis atau saling memperkuat. Menyadari terjadinya disparitas pembangunan inter-regional, pemerintah berupaya menyelenggarakan berbagai program pengembangan wilayah. Strategi program pengembangan wilayah lebih didasarkan atas strategi dari sisi pasokan, berupa program pengembangan wilayah didasarkan atas keunggulan komparatif berupa upaya-upaya peningkatan produksi dan produktifitas wilayah didasarkan atas pertimbangan optimalisasi daya dukung, kapabilitas dan kesesuaian sumberdaya wilayah (Rustiadi, 2005).
4 Strategi pembangunan yang hanya dilakukan dari sisi pendekatan pasokan akhirnya terhenti akibat adanya keterbatasan dari sisi permintaan baik secara domestik maupun dari luar wilayah. Strategi pembangunan wilayah harus dikembangkan atas dasar strategi pengembangan sisi permintaan. Strategi ini dikembangkan melalui upaya-upaya mendorong tumbuhnya permintaanpermintaan suatu produk dan jasa secara domestik melalui peningkatanpeningkatan kesejahteraan diantaranya peningkatan pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Keinginan untuk menjadikan pembangunan kelautan dan perikanan sebagai arus utama pembangunan nasional, yang ditunjukkan dengan letak geografis dan kandungan sumberdaya kelautan yang dimiliki, dengan potensi yang sangat besar serta kenyataan posisi geopolitis yang penting dan dinamis. Pertimbangan yang mendasari pembangunan berbasis sumberdaya perikanan dan kelautan sebagai arus utama pembangunan diantaranya adalah (Dahuri, 2003) :. Melimpahnya sumberdaya perikanan kelautan; 2. Keterkaitan yang kuat kedepan dan kebelakang antara industri berbasis kelautan dengan industri dan aktivitas ekonomi lainnya; 3. Sumberdaya kelautan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif dapat bertahan. Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pertumbuhan ekonomi makro cenderung mengakibatkan terjadinya disparitas pembanguan antar wilayah yang cukup besar. Investasi dan sumberdaya terserap dan terkonsentrasi dipusatpusat pertumbuhan, sementara wilayah belakangnya mengalami pengurasan sumberdaya berlebihan. Di Jawa Timur secara makro dapat dilihat ketimpangan pembangunan signifikan antara perkembangan wilayah pesisir Utara Jawa Timur dengan wilayah pesisir Selatan Jawa Timur. Disparitas pembangunan antara wilayah pesisir Utara Jawa Timur dengan wilayah pesisir Selatan Jawa Timur pada akhirnya menimbulkan permasalahan yang sangat merugikan proses pembangunan yang ingin dicapai. Studi tentang pengelolaan dan tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan perspektif ekonomi terhadap disparitas perkembangan wilayah pesisir Jawa Timur sangat perlu dilakukan.
5.2 Perumusan Masalah Persoalan pembangunan tidak hanya menyangkut perlunya investasi pembangunan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mendorong pertumbuhan semata, tetapi juga harus memperhatikan aspek distribusi dan pemerataan hasil pembangunan, sehingga hasil pembangunan dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat secara adil dan proporsional. Kerangka spasial, suatu pemerataan hasil pembangunan adalah adanya keseimbangan kemajuan antar wilayah. Salah satu masalah mendasar pembangunan di Indonesia adalah masalah disparitas pembangunan antar wilayah. Kebijakan pembangunan yang hanya menitik beratkan pencapaian pertumbuhan ekonomi semata, secara spasial ternyata menambah tingkat ketimpangan antar wilayah. Disparitas hasil pembangunan wilayah lebih disebabkan diantaranya. kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan 2. kebijakan yang bersifat sektoral (Hadi, 200). Menurut Rustiadi (2005), beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah diantaranya adalah : (). aspek geografi, (2). aspek aktifitas ekonomi serta (3). aspek kebijakan pemerintah. Aspek geografi, suatu wilayah yang cukup luas akan terjadi variasi spasial kuantitas dan kualitas sumberdaya. Apabila faktor-faktor yang lain berada pada posisi yang sama, maka kondisi geografi yang lebih baik akan berkembang dengan lebih baik pula. Dari aspek aktifitas ekonomi, faktor-faktor ekonomi yang menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah diantaranya adalah : (). faktor ekonomi terkait perbedaan kuantitas dan kualitas faktor produksi yang dimiliki, (2). faktor ekonomi terkait akumulasi dari berbagai faktor, (3). faktor ekonomi terkait pasar bebas dan pengaruhnya pada spread effect dan backwash effect dan (4). faktor ekonomi terkait distorsi pasar, yaitu kebijakan pemerintah seringkali memberikan penekanan dan arah pertumbuhan dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan yang justru menimbukan disparitas antar wilayah. Secara nasional potensi ikan masih belum dimanfaatkan secara optimal, namun di beberapa wilayah perairan tingkat pemanfaatannya telah melampaui potensi lestari maksimum. Tingkat pemanfaatan ikan di perairan Utara Pulau Jawa telah melampaui potensi lestari maksimum, tetapi di perairan Selatan Pulau Jawa masih mungkin dikembangkan. Mempertimbangkan kondisi sumbedaya ikan dan
6 dalam kerangka pembangunan nasional, peningkatan kontribusi perikanan harus diupayakan secara berhati-hati, agar tidak menimbulkan dampak negatif di masa mendatang. Peranan pengelolaan sumberdaya perikanan sangat strategis dan sangat erat kaitannya dengan isu lebih tangkap (over fishing), kelebihan kapasitas penangkapan, deplesi stok ikan, perubahan ekosistem dan meningkatnya perdagangan ikan dunia dengan segala potensi dampaknya (FAO, 999). Berdasarkan penyebaran daerah penangkapan ikan, potensi produksi perikanan tangkap di perairan laut Indonesia dibagi berdasarkan sembilan wilayah pengelolaan perikanan. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia sebesar 6,4 juta ton per tahun. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80 persen dari potensi lestari atau sekitar 5,2 juta ton per tahun (Dahuri, 2003). Pembangunan perikanan khsusunya perikanan tangkap di Indonesia hakekatnya mempunyai tujuan ganda yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di satu sisi dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan disisi lain. Program pembangunan perikanan baik langsung maupun tidak langsung seharusnya dapat menyentuh semua lapisan masyarakat nelayan. Perairan Selatan Jawa merupakan bagian dari wilayah pengelolaan perikanan Samudera Hindia (WPP 9), dengan wilayah perairan terbuka. Luas wilayah mencakup wilayah perairan teritorial dan perairan ZEE Indonesia. Perairan Selatan Jawa memiliki potensi sumbedaya ikan yang potensial. Potensi lestari sumberdaya ikan di WPP 9, meliputi Barat Sumatera, Selatan Jawa sampai dengan Selatan Flores. Dasar variasi pengaruh lautan, wilayah laut Jawa Timur dikategorikan menjadi lima wilayah, dua diantaranya adalah :. wilayah Utara Jawa Timur; 2. wilayah Selatan Jawa Timur. Wilayah Selatan ditandai gelombang tinggi dan sulit dijangkau nelayan kecil. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan laut Jawa Timur bervariasi berdasarkan wilayah penangkapan dan pengaruh iklim global lainnya (Muhammad, 200). Reformasi kebijakan pembangunan daerah, harus segera dilakukan baik faktor eksternal yaitu kesepakatan didasarkan efisiensi dan faktor internal yaitu tuntutan kesimbangan wilayah dalam menikmati hasil pembangunan. Penyeimbangan pembangunan antara wilayah pesisir Utara Jawa Timur dengan wilayah pesisir Selatan Jawa Timur perlu dilakukan secara berkesinambungan.
7 Pembangunan infrastruktur yang membuka wilayah pesisir Selatan Jawa Timur harus diikuti peningkatan kemampuan pengelolaan wilayah pesisir. Dari latar belakang, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :. Bagaimana keragaan sumberdaya perikanan laut mempengaruhi disparitas perkembangan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur; 2. Sejauhmana kontribusi dan keterkaitan sektor perikanan laut mempengaruhi disparitas struktur perekonomian wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur; 3. Bagaimana keragaan disparitas kebijakan pengelolaan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur..3 Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian adalah untuk :. Mengidentifikasi disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur 2. Mengidentifikasi disparitas pembangunan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur 3. Menyusun strategi pengelolaan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur.4 Kegunaan Penelitian Hasil analisis bersifat makro penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penetapan rekomendasi kebijakan pembangunan dengan merumuskan, menentukan, memprioritaskan, mengarahkan serta upaya peningkatan efisiensi alokasi dana investasi. Hasil analisis bersifat mikro digunakan sebagai masukan bagi para pelaku ekonomi serta seluruh stakeholders akan pentingnya pengelolaan wilayah pesisir.