BAB IV REFLEKSI TEORITIS. Manajemen Kecemasan dan Ketidakpastian. Bab ini juga menjelaskan tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Resiprositas yang disebut juga pertukaran adalah proses timbal balik yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lainnya adalah hal yang tidak bisa terhindarkan karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

Tradisi SosioPsikologi

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

kemudian ia semakin yakini setelah ia berada di bangku perkuliahan. Perasaan ingin dilindungi merupakan alasan mengapa James tertarik kepada sesama je

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

PENERAPAN DISKUSI KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. relasi dengan sesamanya (Snijders, 2004, hal. 15). Gaya berbicara akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Wibisono, 2007: 90). Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

Siap Hadapi Kerugian dalam Trading

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat sudah

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berkomunikasi lisan penting dimiliki setiap manusia untuk berinteraksi atau berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

KIP dan Perubahan Sikap

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

ABSTRAK. Keywords : Dewasa awal, ketidakpastian, hubungan jarak jauh, berbeda kewarganegaraan, strategi mereduksi ketidakpastian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari perilaku konsumsi untuk dapat memenuhi

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

Kata kunci: public relations, manajemen, staff public relations, Mirota Kampus.

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB IV TEMUAN TENTANG POLA KOMUNIKASI VIRTUAL PENGGUNA GAME ONLINE TOWNSHIP. menghasilkan temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

TEORI-TEORI SIBERNETIKA-1

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

Transkripsi:

BAB IV REFLEKSI TEORITIS Bab ini menjelaskan tentang refleksi teoritis terhadap dua teori spesifik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teori Pengurangan Ketidakpastian dan Teori Manajemen Kecemasan dan Ketidakpastian. Bab ini juga menjelaskan tentang kaitannya terhadap hasil penelitian ini yaitu bagaimana anak tunarungu mengurangi kecemasan dan ketidakpastiannya dalam proses penyesuaian diri di lingkungan sekolah ini. Bab ini akan mendeskripsikan tentang apa hal yang belum bisa dijawab oleh kedua teori tersebut serta menambahkan dan mengembangkan kedua teori tersebut sesuai temuan yang didapatkan dalam penelitian ini. 4.1. Teori Pengurangan Ketidakpastian Teori Pengurangan Ketidakpastian atau Uncertainty Reduction Theory yang diungkapkan oleh Berger dan Calabrese (West & Turner, 2009: 173) menjelaskan ketika orang asing bertemu, fokus utama mereka adalah mengurangi tingkat ketidakpastian mereka dalam situasi tersebut karena ketidakpastian menyebabkan ketidaknyamanan. Berger dan Calabrese yakin bahwa ketika orang asing pertama kali bertemu, umumnya mereka tertarik untuk meningkatkan prediktabilitas dalam usaha utuk memahami pengalaman komunikasi mereka. Berger menjelaskan bahwa untuk berinteraksi dalam cara yang relatif lancar, terkoordinasi, dan dapat dipahami, seseorang harus mampu memprediksi bagaimana mitra interaksi akan berperilaku, maupun 153

berdasarkan prediksi ini, mampu memilih dari perbendaharannya respon yang akan mengoptimalkan hasil akhir dari sebuah perjumpaan. Ketidakpastian ada karena ketidakmampuan untuk memprediksi dan menjelaskan sikap orang lain, keadaan emosional, dan aksi, tetapi karena mendapatkan penjelasan yang membutuhkan investasi yang substansial atas waktu dan sumber, komunikator lebih sering untuk mecari dan memprediksi kepercayaan dan perilaku yang terjadi (Berger & Rogoff, 2016:1). Berger menyatakan bahwa orang dalam usaha untuk mengurangi ketidakpastian menggunakan taktik-taktik dari tiga kategori strategi : pasif, aktif, dan interaktif. Hal utama dari tiap taktik adalah tujuan untuk memperoleh informasi. Strategi pasif adalah dimana seseorang mengambil peranan pengamat yang tidak terganggu terhadap orang lainnya. Strategi pasif melibatkan observasi dari jauh terhadap orang lain, yang mana individu menggunakan pengamatan terhadap target individu tertentu dalam situasi target tersebut tidak sadar sedang diamati. Strategi aktif muncul ketika seorang pengamat mulai melakukan suatu usaha selain berhubungan secara langsung untuk mengetahui mengenai orang lain. Strategi interaktif terjadi ketika pengamat dan orang yang diamati terlibat dalam kontak secara langsung atau interaksi tatap muka. Pembicaraan yang mungkin melibatkan pembukaan diri, mempertanyakan secara langsung, dan lain-lain (West & Turner, 2009:184). Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunarungu dalam penyesuaian dirinya di sekolah inklusi cenderung memiliki kecemasan yang 154

tinggi sehingga pengabaian lingkungan dan memilih untuk tidak mencari informasi merupakan pilihan paling awal dan yang paling sering digunakan ketika mereka merasa cemas dan tidak pasti terhadap lingkungannya. Kecemasan dan ketidakpastian yang tinggi merupakan sebab utama dari subjek memilih untuk melakukan pengabaian lingkungan sekitar. Subjek merasa lebih aman dan nyaman untuk mencari inofrmasi dengan menarik diri dari pergaulan dibanding melibatkan diri di dalam lingkungan sekolah tersebut. Setelah adanya dorongan dari eksternal, subjek baru melakukan pengamatan atas apa yang dilakukan oleh teman-teman serta gurunya terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Intensitas pengamatan yang dilakukan ketujuh subjek bervariasi tergantung tingkat kecemasan yang dirasakannya pada saat itu. Hal yang terjadi adalah semakinn subjek merasakan kecemasan yang tinggi, semakin sedikit interaksi langsung yang dilakukannya dan semakin besar perilaku observasi yang dilakukannya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa anak tunarungu membutuhkan penggunaan komunikasi yang multimodal dengan perpaduan antara tulisan, gambar, dan ekspresivitas non verbal pada saat inisiasi interaksi pengurangan kecemasan dan ketidakpastian. Semakin banyak moda yang digunakan, semakin tergambar dengan jelas pesan yang akan disampaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjamin efektivitas komunikasi yang terjadi. Terlalu banyak menggunakan moda komunikasi sebagian besar menghambat penerimaan pesan yang diterima oleh lawan bicara sehingga lawan bicara tidak mengerti moda apa yang harus dipakai untuk membalas 155

yang berujung pada tidak adanya keterbukaan lebih lanjut. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahawa penggunaan media sosial berpengaruh penting dalam menjadi sarana untuk pencarian informasi secara pasif maupun interaktif. Berdasarkan penjabaran teori serta deskripsi hasil penelitian di atas, ada beberapa poin yang teori ini belum bisa dijawab secara keseluruhan dalam konteks komunikasi pengurangan kecemasan dan ketidakpastian anak tunarungu di sekolah inklusi : 1. Teori ini belum menjabarkan secara rinci bagaimana hubungan antara ketidakpastian dan kecemasan yang terjadi ketika seseorang pertama kali mengalami ketidakpastian dalam tingkat tertentu. Teori ini juga belum menjelaskan hubungan konteks situasi, kecemasan, dan ketidakpastian dalam strategi yang digunakan ketika seseorang memutuskan untuk mencari informasi dalam meningkatkan prediktabilitas dan menurunkan ketidakpastian yang dialami. 2. Teori ini belum menjelaskan secara rinci terhadap sarana akuisisi informasi dalam tiap-tiap strategi dalam pengurangan ketidakpastian. Teori ini belum menjelaskan bagaimana interaksi yang terjadi secara tatap muka ketika komunikasi verbal tidak bisa diandalkan sedangkan Berger sangat mengandalkan komunikasi verbal secara tatap muka dalam aksioma teorinya yaitu penggunaan komunikasi verbal berbanding lurus dengan penurunan ketidakpastian yang dialami. 156

3. Teori ini belum menjelaskan bagaimana interaksi yang terjadi dalam ranah yang termediasi (secara tidak melalui tatap muka). Teori ini lebih menjelaskan strategi pengurangan ketidakpastian dalam ranah pertemuan secara langsung atau tatap muka. Teori ini belum menjelaskan strategi pengurangan ketidakpastian ketika situasi tatap muka tidak memungkinkan bagi subjek untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dialaminya. Berdasarkan ketiga analisis di atas, hal yang bisa ditambahkan dan dikembangkan untuk menyempurnakan Teori Pengurangan Ketidakpastian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tingkat ketidakpastian yang dialami seseorang sangat erat kaitannya terhadap afeksi yang diikuti setelahnya yaitu kecemasan. Saat ketidakpastian naik, kecemasan akan mengikuti kenaikan ketidakpastian tersebut. Hal yang terjadi berikutnya adalah ketika kecemasan yang terjadi tinggi, individu menjadi tidak termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dan membiarkan ketidakpastiannya tetap berada di tingkat tersebut. Hal ini berujung pada tidak efektifnya tindakan komunikasi yang akan berlanjut setelahnya. Teori ini perlu mempertimbangkan tingkat kecemasan yang terjadi sebagai efek dari ketidakpastian yang tinggi yang berujung pada tidak sesuainya asumsi teori di awal yaitu semakin individu merasakan ketidakpastian, individu akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. 157

2. Teori ini perlu menambahkan bagaimana ketika komunikasi verbal tidak bermain peran dalam strategi pencarian informasi dalam rangka mengurangi ketidakpastian yang terjadi. Ketika komunikasi verbal oral tidak bisa dilakukan dalam melakukan interaksi awal, komunikasi yang multimodal menjadi opsi untuk mendapatkan informasi dari target secara efisien walaupun keluar dari keteraturan sosial yang biasanya. 3. Hasil dari penelitian ini bisa menambahkan kajian tentang proses pengurangan ketidakpastian dalam ranah non-tatap muka atau termediasi. Pengurangan ketidakpastian dapat digunakan dalam ranah tanpa tatap muka secara langsung baik dalam strategi pasif, aktif, dan interaktifnya. Penelitian ini menghubungkan aplikasi dari teori ini terhadap computer mediated communication yang sudah menjamur tahun belakangan ini. Media sosial bisa menjadi sarana yang efektif jika individu mengalami kesulitan untuk menginisiasi strategi pengurangan ketidakpastian khususnya strategi interaktif seperti informan penelitian ini yaitu anak tunarungu yang bersekolah di sekolah inklusi. 4.2. Teori Manajemen Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian Gudykunst mengemukakan Teori Manajemen Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian berfokus pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Dirinya berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Gudykunst menggunakan istilah komunikasi efektif kepada proses-proses meminimalisir 158

ketidakmengertian. Gudykunst meyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari misinterpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi suatu emosi. Gudykunst dalam teorinya yaitu Manajemen Pengelolaan Kecemasan dan Ketidakpastian (dalam Griffin, 2003:426) menyatakan bahwa aksioma teori yang dirinya asumsikan dalam mengelola kecemasan dan ketidakpastian adalah sebab-sebab dasar yang tidak dijelaskan secara rinci untuk mencapai komunikasi yang efektif. Variabel lainnya yaitu konsep diri, motivasi, reaksi atas orang asing, kategorisasi sosial, proses situasional, koneksi dengan orang asing, interaksi etikal, kecemasan, ketidakpastian, kesadaran dan efektivitas komunikasi diperlakukan sebagai sebab yang superfisial yang dimediasikan melalui kecemasan dan ketidakpastian. merujuk pada sebab superfisial yaitu motivasi, Gudykunst menyatakan bahwa motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing secara langsung berelasi dengan pemenuhan kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga pola komunikasi yang terjadi dalam proses pengurangan kecemasan dan ketidakpastian diri anak tunarungu di sekolah inklusi sangat berkaitan erat dengan motivasi atau dukungan yang diberikan oleh pihak eksternal terdekat seperti guru, orangtua, dan teman sebaya terhadap proses pengurangan kecemasan dan ketidakpastian dalam penyesuaian diri mereka. Selain itu, respon yang 159

diberikan oleh lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan proses komunikasi pengurangan kecemasan dan ketidakpastian tersebut. Hal yang belum bisa dijelaskan Gudykunst dalam penyebab efektivitas komunikasi yang terjadi dalam ranah pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian adalah Gudykunts belum menjelaskan ketika motivasi itu berasal dari eksternal individu. Teori yang dikemukakan oleh Gudykunst hanya menjelaskan ketika motivasi itu berasal dari dalam diri yaitu pemenuhan kebutuhan yang menghasilkan kepercayaan diri dan konsep diri. Gudykunst belum menjelaskan tentang kaitannya motivasi dan dukungan dari eksternal khususnya kerabat dekat dalam mengatasi kecemasan dan ketidakpastian yang dialami oleh individu. Hal yang ingin ditambahkan dalam teori ini menurut hasil penelitian sebelumnya adalah penjelasan dimana lingkungan eksternal juga dapat berpengaruh penting terhadap efektivitas komunikasi khususnya motivasi eksternal dalam melakukan manajemen pengurangan kecemasan dan ketidakpastian yang nantinya akan berpengaruh terhadap konsep diri, motivasi internal, serta kesadaran diri yang dimiliki oleh individu. 160

4.3. Pola Komunikasi yang Terjadi dalam Proses Pengurangan Ketidakpastian Anak Tunarungu di Sekolah Inklusi ENTRY PHASE Orang asing bertemu dan melibatkan diri dalam komunikasi (interaksi awal, pencarian informasi) PERSONAL PHASE Individu mulai melebarkan keterikatan atas hasil dari interaksi awal EXIT PHASE Individu mempertimbangkan apakah akan melanjutkan relasi tersebut atau tidak Bagan 4.1 Fase hubungan individu-target dalam pengurangan ketidakpastian Berger dan Rogoff dalam ekstensinya terhadap Teori Pengurangan Ketidakpastian (2016:7) mengidentifikasi 3 tahap dari perkembangan yang terjadi dalam episode komunikasi pengurangan ketidakpastian dan kecemasan. 161

Tahap masuk atau Entry Phase terjadi saat orang asing bertemu dan melibatkan diri dalam komunikasi. Saat tahap ini, individu lebih cenderung berkomunikasi dalam tahap yang terencana dan sudah pernah dilakukan sebelumnya saat mereka belajar tentang partner dan mengidentifikasi kesamaan. Tahap personal atau Personal Phase terjadi saat individu meleparkan keterikatan tersebut ke dalam level yang lebih dalam untuk membahas tentang sikap, opini, dan nilai nilai yang mereka anut. Tahap keluar atau Exit Phase adalah tahap dimana individu mempertimbangkan apakah akan melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. ENTRY PHASE - Enggan mencari informasi - Mencari informasi karena formalitas Dorongan lingkungan eksternal PERSONAL PHASE - Interaksi tatap muka sebatas pemenuhan kebutuhan - Pendekatan melalui media sosial & multimodal Respon yang didapatkan dari target EXIT PHASE Bagan 4.2 Pola Hasil Penelitian - Melanjutkan relasi - Menarik diri 162

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap masuk atau Entry Phase yang dilakukan oleh anak tunarungu berbeda dari orang kebanyakan. Saat memasuki tahap masuk, ada dua cara yang mereka pakai yaitu hanya dengan tidak melakukan inisiasi apapun dan melakukan pengabaian dengan lingkungan sekitar. Hal ini terjadi karena ketidakpastian yang dialami sangat tinggi sehingga informan tidak melakukan inisiasi apapun untuk memulai Entry Phase tanpa melakukan apapun. Inisiasi ini biasanya dimulai oleh orang lain di lingkungan sekolah inklusi tersebut atau dengan motivasi eksternal seperti dorongan dari guru atau teman sebaya. Tahap Personal Phase yang dilakukan oleh informan untuk dapat menggali informasi lebih dalam tidak banyak melakukan interaksi atau observasi secara langsung atau tatap muka tetapi lebih banyak dengan menggunakan sarana seperti media sosial. Sedangkan tahap Exit Phase yang terjadi sangat bergantung dengan respon dari lingkungan sekolah inklusi yang didapatkannya dari hasil usaha yang dilakukannya dalam menggali informasi dan interaksi baik secara langsung maupun media sosial. Peneliti bermaksud untuk menambahkan dalam teori ini untuk lebih memperluas teori dari proses tahapan inisiasi komunikasi pengurangan kecemasan dan ketidakpastian. Tahapan yang terjadi serta implikasinya terhadap tindakan yang akhirnya dilakukan harus mempertimbangkan tingkat kecemasan dan ketidakpastian yang dialami. Selain itu, fase-fase relasi yang disebutkan di atas tidak dilalui oleh semua individu khususnya ketika faktor lingkungan eksternal sangat bermain dalam kesempurnaan fase yang harus dilewati tersebut. 163