STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN INTERAKSI TERAPIS DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA TERAPI OKUPASI (Studi Etnometodologi Komunikasi Terapeutik pada Rumah Autis Bogor) Seciolivia Purtyani 18811937 Pembimbing : Budi Santoso, ST., MMSi., M.IKom.
Latar Belakang ABK kesulitan berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar Kekhawatiran orang tua ABK terhadap anaknya dan membawa anak mereka ke Rumah Autis untuk diterapi ABK terdiri dari dua jenis; 1. ABK yang memiliki masalah dengan indera, 2. ABK yang memiliki masalah dengan saraf dan otak Terapi Okupasi menjadi salah satu pilihan terapi untuk mengoptimalkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan ABK Sulitnya terapis melakukan komunikasi dan membangun interaksi dengan ABK untuk melakukan terapi atau kembali melakukan terapi setelah ABK tantrum
Tujuan Untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan terapis pada ABK saat melakukan terapi okupasi, dan Untuk mengetahui interaksi yang dibangun terapis dengan ABK saat melakukan terapi okupasi.
Rumusan masalah Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan terapis pada ABK saat melakukan terapi okupasi? Bagaimana interaksi yang dibangun terapis dengan ABK saat melakukan terapi okupasi?
Metode Penelitian 1. Paradigma konstruktivis sosial 2. Metode penelitian kualitatif deskriptif 3. Pendekatan Etnometodologi Garfinkel
Analisa dan pembahasan OBSERVASI WAWANCARA STRATEGI KOMUNIKASI MEMBANGUN INTERAKSI DENGAN ABK
Pembahasan Imitasi Teori Interaksi Sosial ABK akan belajar untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh terapis, pada dasarnya ia akan melihat suatu hal yang dilakukan oleh terapis adalah hal yang baru dan menarik. Sugesti Dorongan dari orang-orang disekitarnya bahwa ABK bisa untuk melakukan hal tersebut akan menimbulkan perasaan bahwa dirinya memang bisa dan akan melakukan hal itu dengan baik seperti orang lainnya. Identifikasi ABK yang menilai sesuatunya dengan instinct akan lebih mudah mengidentifikasikan sesuatu dan sulit untuk melakukan hal lain yang berbeda dari biasanya. Simpati Karena tingkat konsentrasinya, ABK akan sangat memerhatikan hal yang baru pada sekitarnya dan akan merasa tertarik untuk mengetahuinya, memang perlahan dan lebih lambat munculnya ketertarikan yang dirasakan ABK dibandingkan dengan anak normal, namun pasti terjadi meskipun perlahan.
SPEAKING Model, Dell Hymes S P E A K I N G Setting dan Scene, yang meliputi adegan dan pengaturan. Di sinilah kegiatan berbicara tempat dan adegan keseluruhan di mana mereka merupakan bagiannya. Participants, yang meliputi pada peserta yang terlibat. Daerah ini termasuk orang yang hadir dan peran mereka bermain, atau hubungan mereka dengan peserta lain. Ends atau tujuan komunikasi pada hal ingin dicapai oleh yang terlibat. Act Sequence, atau tindak tutur mencakup bentuk dan isi. Artinya, tindakan apapun dapat dianggap sebagai tindakan komunikatif jika menyampaikan makna kepada para peserta. Keys atau nada bicara. Bagaimana nada suara, bagaimana nada emosi saat disampaikan. Instrumentalities, yang meliputi sarana atau saluran melalui mana arus komunikasi dilakukan. Norms, komunikasi atau aturan membimbing bicara dan interpretasinya dapat mengungkapkan makna. Genre, yang meliputi pada macam atau jenis peristiwa wicara.
Fase komunikasi terapeutik FASE PRA- INTERAKSI Terapis melakukan identifikasi terhadap ABK FASE ORIENTASI Terapis mulai mengenalkan diri kepada ABK Jika ABK beradaptasi dengan baik dengan terapis, maka lanjut ke fase berikutnya Jika ABK tidak beradaptasi dengan baik dengan terapis, maka dibutuhkan terapis pendamping (yang disukai ABK) sampai sebelum memasuki fase berikutnya FASE KERJA Terapis melakukan kegiatan terapi kepada ABK FASE TERMINASI Terapis mengakhiri kegiatan terapi dan memberi PR kepada ABK
kesimpulan Strategi komunikasi yang dilakukan oleh terapis dengan ABK pada terapi Okupasi di Rumah Autis Bogor, yaitu dengan menyapa, menyetarakan diri, mengajak bermain, mengarahkan kegiatan terapi, membimbing dan menjaga konsentrasi, menenangkan/ memberi hukuman, memberi pujian dan hadiah. Interaksi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Interaksi yang dibangun oleh terapis dengan ABK merupakan interaksi Asosiatif.