HUBUNGAN ANTARA LATAR BBELAKANG NELAYAN DENGAN TINGKAT PENDAPATANNYA DIKELURAHAN PASIE NAN TIGO KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG



dokumen-dokumen yang mirip
MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan memiliki defenisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 5 Maret 2015; disetujui: 20 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB VI PENUTUP. dengan pola aktivitas dan strategi penghidupan masyarakat nelayan di Kawasan. Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN CIREBON, JAWA BARAT Adaptation strategy of Cirebon s Fishermen, West Java

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan.

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

Desentralisasi dan Pengelolaan Sumber Daya Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Nelayan dan Tengkulak

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

Berikut ini adalah gambar secara skematis karangka pemikiran penelitian :

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA LATAR BBELAKANG NELAYAN DENGAN TINGKAT PENDAPATANNYA DIKELURAHAN PASIE NAN TIGO KECAMATAN KOTO TANGAH PADANG Henny Gusril Program Studi Pendidikan Geografi Stkip Ahlussunnah Bukittinggi E-mail: henny_raisha@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara alat tangkap, status nelayan, dan tingkat pendidikan nelayan dengan tingkat pendapatannya di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Padang. Jenis penelitian ini tergolong penelitian Deskriptif Korelational (Corelational Studies) yang bertujuan mencari korelasi variabel bebas dengan variabel terikat. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga nelayan yang berada di kelurahan pasie nan tigo. Sampel penelitian diambil secara Proposional Sampling, sedangkan sampel responden ditarik melalui teknik Random Sampling (35%), sehingga diperoleh 73 responden. Data diambil dengan menggunakan angket. Data dianalisis dengan analisis regresi dan korelasi yang didahului dengan deskripsi data dan uji persyaratan analisis. Hasil penelitian ini menemukan: (1) terdapatnya hubungan yang signifikan dan positif anatara alat tangkap dengan tingkat pendapatan nelayan sebesar 18,8%. (2) terdapat hubungan yang signifikan dan positif anatara status nelayan dengan tingkat pendapatan nelayan sebesar 9,2%. (3) terdapat hubungan yang signifikan dan positif anatara tingkat pendidikan nelayan dengan tingkat pendapatan nelayan sebesar 15,2%. (4) terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara alat tangkap, status nelayan dan tingkat pendidikan nelayan secara bersama-sama dan tingkat pendapatan nelayan berkontribusi sebesar 32,2%. Pendahuluan Ikan memiliki peranan yang penting dalam penyediaan sumber protein perikanan, sehingga dapat membuat lapangan kerja., peningkatan pendapatan petani ikan, peningkatan produk perikanan, peningkatan produk non migas dan penunjang pelestarian sumberdaya hayati. Wiranto (1980) mengatakan bahwa pertanian di Indonesia baik laut maupun darat mempunyai potensi yang tinggi. Dan menurut Chatim dalam National Geographic (April 2007:2) masyarakat menyadari bahwa laut beserta segala sumberdaya alam didalamnya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Kekayaan alam yang ada di laut dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sumber penghasilan masyarakat:. Menyadari semakin banyaknya daerah dengan sumber daya perikanan yang semakin berkurang, dan di dukung oleh penggunaan peralatan yang sederhana oleh nelayan tradisional yaitu berkurangnya perahu jaring, menyebabkan penurunan hasil tangkap nelayan. Mulyadi (2005:29) mengatakan, kinerja pembangunan perikanan masih jauh dari harapan. Dikatakan demikian karena nelayan dan petani ikan sebagian masih merupakan penduduk miskin, perolehan devisa relatif masih kecil, sumbangan terhadap PDB nasional yang masih relatif kecil, sementara beberapa stok ikan di beberapa kawasan perairan sudah mengalami kondisi tangkap lebih (overfishing). Menurut Mulyadi (2005:43) nelayan merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial, ekkonomi maupun politik. Nelayan kecil dengan bermodalkan tenaga dan peralatan tangkap ikan yang sederhana, berpendidikan rendah, minim pengetahuan informasi pasar dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Menurut Mulyadi (2005:51)masalah kemiskinan struktural yang terjadi pada masyarakat pantai, di mana faktor-faktor yang menjadi penyebab pada dasarnya dikelompokkan atas: (1) masalah yang berkaitan dengan kepemilikan alat tangkap atau lebih tegasnya perahu motor, (2) askes terhadap modal khususnya menyangkut persyaratan kerdit, (3) persyaratan pertukaran hasil tangkap yang tidak berpihak pada buruh nelayan, (4) sarana penyimpanan ikan, (5) hak penguasaan kawasan tangkap, dan (6) perusak sistem organisasi masyarakat pesisir.

Pembangunan perikanan dalam hal ini, didefenisikan sebagai perbedaan (kesenjangan) anatara kkondisi yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kondisi (sosok dan profil) pembangunan perikanan yang dapat dimanfaatkan sumberdaya perikanan beserta ekosistem perairannya uantuk kesejahteraan umat manusia, terutama nelayan dan petani ikan secra berkelanjutan (onsustainable basis). Dari observasi yang peneliti lakukan, terlihat rendahnya tingkat pendapatan nelayan di Kelurahan Pasie Nan Tigo. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya alat ikan yang sederhana, bermodalkan tenaga, minimnya informasi pasar yang menjebak nelayan dalam lingkaran kemiskinan. Dengan adanya bentuk pemberian bantuan (yang sebenarnya adalah pinjaman yang harus dibayarkan oleh nelayan) alat tangkap yang tidak mengacu pada kebutuhan nelayan, melainkan paket yang sudah ditentukan dari atas (pemerintah), dan cenderung seragam antar daerah. Sistem bantuan yang sifatnya top down ini, mengakibatkan alat bantu menjadi tidak efektif. Seharusnya jenis bantuan ini tidak semat-mata ditentukan dari atas (pemerintah), melainkan berdasarkan dialog dengan masyarakat setempat. Dengan cara ini nelayan diposisikan sebagai objek dalam pembangunan perikanan, sehingga jenis bantuan yang diberikan akan betu-betul sesuai dengan yang dibutuhkan oleh nelayan untuk meningkatkan pendapatannya. Usaha dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga kiranya perlu dikaji, sehingga upaya peningkatan pendapatan keluarga tersebut dapat terwuhud dengan baik, melihat besarnya korelasi sektor perikanan laut dalam meningkatkan pendapatan keluarga dari latar belakang nelayan, maka masalah ini perlu diungkapkan melalui penelitian untuk melihat dan mengetahui bagaimana hubungan antara latar belakang nelayan dengan tingkat pendapatannya. Berdasarkan hal diatas, maka pembahasan dalam artikel ini akan berfokus kepada besarnya hubungan antara latar belakang nelayan dengan tingkat pendapatannya di kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Padang. Kajian Teori Tingkat Pendapatan Keluarga Untuk negara-negara Asia Tenggara ukuran yang lebih tepat adalah pendapatan keluarga, sebab keluarga atau rumah tangga lebih banyak menentukan putusan dalam hal kesempatan kerja dan pendapatan (Oshima dalam Afdal:1989). Tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan seseorang atau sekelompok orang di perhitungkan dari komponen-komponen kesehatan, pakaian, pendidikan, perumahan dan pendapatan juga mencerminkan tingkat kesejahteraan (Kartaharja dalam Afdal:1989). Menurut Anthony Charles (Satrio,2004) keberlanjutan sistem ditopang oleh bebrapa dimensi. 1) dimensi ekologi, yang mencakup kelestarian hasil tangkap/panen, kelestarian spesies, serta kelestarian ekosistem. 2) dimensi sosial ekonomi, yang berarti kelestarian kesejahteraan sosial ekonomi para pelaku, yang basisnya adalah keberlangsungan keuntungan dan distribusinya kepada seluruh pelaku, serta keberlanjutan sistem perikanan, baik tingkat ekonomi lokal maupun global. 3) dimensi masyarakat yang berorientasi pada keberlanjutan masyarakat sebagai sebuah sistem, yang di dalamnya mencakup nilai budaya, aturan lokal, pengetahuan, dan kohesivitas. 4) dimensi kelembagaan, yakni kesinambungan kapasitas finansial, administrasi dan organisasi yang menjaga keberlanjutan tiga dimensi sebelumnya. Kebijakan dan kewenangan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelutan yang ada mserupakan suatu permasalahan baru, maka pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dimana pemerintah daerah, Kabupaten / Kota memiliki kewenangan penuh atas pengelolaan sumberdaya yang ada di dlam wilayah laut hingga 4 mil, sedangkan pemerintah daerah propinsi mempunyai kewenangan untuk pengelolaan wilayah laut dan sumberdaya di dalamnya dari 12 mil menjadi hanya 8 mil dari garis batas 4 mil ke arah laut lepas (Direktorat kelautan dan Perikanan RI, 2001). Latar Belakang Nelayan Latar Charles (Hanafiah,1983) berpendapat bahwa, terdapat beberapa karakteristik umum dari nelayan (fisher) yaitu, pertama nelayan berbeda menurut latar belakang sosial seperti tingkat umur, pendidikan, status sosial dan tingkat kohensitas dalam komunitas mikro (antar nelayan dalam satu group) atau dalam komunitas makro (nelayan dengan anggota masyarakat pesisir lainnya) kedua, dalam komunitas nelayan komersial, nelayan dapat bervariasi menurut occupational commitment (pekerjaannya) seperti nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan, atau menurut occupational pluralism-nya seperti nelayan dengan spesialisasi tertentu, nelayan dengan sumber pendataan beragam, dan lain sebagainya. Ketiga, nelayan dapat bervariasi menurut motivasi dan perilaku, dalam hal ini terdiri dari dua kelompok yaitu nelayan dengan

karakteristik profit-maximizer yaitu nelayan yang aktif menangkap ikan untuk mendapatakan keuntungan yang sebesar-besarnya dan cenderung berperilaku seperti layaknya perusahaan, dan kelompok nelayan satisficers atau nelayan yang aktif menangkap ikan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup. Menurut Mulyadi(2005:7) dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. Menurut Mulyadi (2005:86) dengan adanya macam-macam alat tangkap dan tingkatan-tingkatan kemajuan nelayan, banyaknya alat-alat tersebut pada tiap-tiap unit penangkap tidak sama. Unit penangkap modern seperti pukat trawl umumnya selalu dilengkapi dengan alat pengawet seperti peti es, sedangkan alat-alat penangkap sederhana hanya mempunyai satu sampan kecil dengan satu pukat atau jaring. Menurut Mulyadi (2005:173) mengatakan bahwa nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak di sektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa mottor, sedangkan mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern. Mulyadi (2005:79) menyatakan bahwa kelompok produsen dapat dibedakan menjadi nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan (juragan) serta nelayan yang bekerja sebagai buruh nelayan. Diantara para pedagang ada seseorang yang ditunjuk oleh juragan untuk memimpin penangkapan di laut, yang disebut dengan juragan laut. Sumayku dalam National Geographic (April 2007:48) berpendapat bahwa, masyarakat didorong dan difasilitasi pula untuk meningkatkan pendapatan melalui kerajinan tangan, dan pekerjaan tukang. Tetapi, jika budidaya lobster, rumput laut, atau mutiara lebih bergantung kepada keterampilan dan pengetahuan, mungkin juga sedikit modal, tetapi yang pasti sudah jelas pasarnya, soal kerajinan ini yang sulit. Pada akhirnya yang utama tetaplah dari laut. Ramadian dalam National Geographic (April 2007:16) mengatakan faktor pendidikan bukanlah satusatunya kambing hitam dalam kegiatan perusakan. Pendidikan berwawasan lingkungan yang akan memunculkan kecintaan para nelayan terhadap ekosistem yang indah itu. Dalam Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia (2008), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki ketentuan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa jenis alat tangkap yang digunakan berpengaruh terhadap wilayah alat tangkap, sedangkan kelompok nelayan dapat dibedakan menjadi; juragan, anak buah kapal (ABK), dan buruh nelayan (pekerja). Pendidikan nelayan adalah usaha meningkatkan pengetahuan nelayan berdasarkan sistem pendidikan formal yang ditempuhnya. Kerangka konseptual Baik alat tangkap, status nelayan dan pendidikan nelayan merupakan latar belakang nelayan, merupakan variabel yang dicurigai menentukan tingkat pendapatan nelayan. Hipotesis 1. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara alat tangkap yang digunakan nelayan dengan tingkat pendapatannya. 2. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara status nelayan dengan tingkat pendapatannya. 3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pendidikan nelayan dengan tingkat pendapatannya. 4. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara alat tangkap, status nelayan, dan tingkat pendidikan secara berasa dengan tingkat pendapatannya. Metodologi Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian Deskriptif Korelational atau studi korelasional. Unit analisisnya adalah seluruh kepala keluarga nelayan berdasarkan kepemilikan alat tangkap adalah berjumlah 209 orang. Pengambilan sampel penelitian dengan teknik Proposional Sampling, sedangkan sampel responden ditarik melalui teknik Random Sampling (35%) sehingga diperoleh 73 responden. Data diambil dengan menggunakan angket. Data dianalisis dengan analisis Regresi dan Korelasi yang didahului dengan deskripsi data dan uji persyaratan analisis. Hasil penelitian dan pembahasan.

Hasil analisis Regresi memperlihatkan bahwa ketiga variabel predictor (alat tangkap,status nelayan dan pendidikan nelayan) memiliki korelasi yang signifikan dan positif terhadap tingkat pendapatan nelayan dengan koefisien determinan (adjusted r2) sebesar 0,322. Dengan demikian variabel predictor dapat menjelaskan varians variabel tingkat pendapatan nelayan sebesar 32,2% secara bersama, hasil 1 dirangkum dalam tabel 1; Tabel 1: Hasil analisis Regresi Linier Ganda untuk mengestimsi pengaruh variabel bebas X1, X2, dan X3 dengan variabel Y dependent variabel: tingkat pendapatan nelayan. No. Variabel bebas Koef a Koef b1 Koef b2 Koef b3 R det Alat tangkap yang digunakan Status nelayan Pendidikan nelayan 0,177 0,079 0,140 0,292 0,322 Tabel 2: Koefisien korelasi, koefisien determinasi dan besar sumbangan variabel bebas No Koefisien korelasi Koefisien determinan % sumbangan (persentase sumbangan) 1. Y atas X1 (r Y1) sebesar 0,434 Koef det Y atas X1 sebesar 0,188 2. Y atas X2 (r Y2) sebesar 0,303 Koef det Y atas X2 sebesar 0,92 3. Y atas X3 (r Y3) sebesar 0,390 Koef det Y atas X1 sebesar 0,152 18,8 % 9,20 % 15,20 % 4. Y atas X1,X2 dan X3 (r Y1,2,3) sebesar 0,567 Koef det Y atas X1 sebesar 0,322 32,20 % Tabel diatas memperlihatkan persamaan regresi linier ganda adlah Y = -56,671 + 129,87 X1 + 119,26 X2 + 67,44 X3. Uji keberartian koefisien regresi ternyata signifikan karena F hitung sebesar 10, 902 > F tabel 0,01 sebesar 4,08. Sumbangan variabel predictor terhadap varians variabel kriterium adalah sebesar 32,2 % karena koefisien determinasinya sebesar 0,322. Untuk mengetahui hubungan dan sumbangan antara masing-masing variabel predictor dengan variabel kriterium. Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kontribusi bersama antara variabel preditor (variabel bebas) terhadap varians variabel kriterium atau variabel terikat adalah sebesar 32,2 %. Sedangkan kontribusi variabel bebas jika dideteksi menurut alat tangkap adalah 18,8 %, untuk variabel status nelayan adalah 9,2%, dan untuk pendidikan nelayan sebesar 15,2 %. Hal yang menarik sumbangan bersama antara variabel bebas X1,X2, dan X3 secara murni (dilakukan pengontrolan) sebesar 18,8%+9,2%+15,2% sebesar 43,2%. Sedangkan sumbangan bersama variabel bebas tanpa pengontrol hanya sebesar 32,2%. Simpulan dan saran Simpulan Pertama, terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara alat tangkap, dengan tingkat pendapatan nelayan sebesar 18,8%. Kedua, terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara status nelayan dengan tingkat pendapatannya sebesar 9,2%. Ketiga, terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara tingkat pendidikan nelayan dengan tingkat pendapatannya sebesar 15,2%. Keempat, terdapat hubungan yang signifikan

dan positif antara alat tangkap, status nelayan, dan tingkat pendidikan nelayan secara bersama-sama dangan tingkat pendapatan nelayan berkontribusi sebesar 32,2%. Saran Berdasarkan temuan, pembahasan serta kesimpulan yang ada, maka peranan alat tangkap sangat besar dalam menentukan tingkat pendapatan nelayan, sehingga disarankan kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan di laut. Meningkatnya penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat nelayan tentang cara-cara yang baik untuk pergi melaut, sehingga meningkatkan status kehidupan bagi nelayan. Pentingnya kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sehingga program untuk mensejahterakan rakyat dapat tercapai. Keberadaan pangkalan BBM sangat membantu nelayan dalam memudahkan nelayan untuk pergi melaut. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi.2003. Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta Afdhal.1989. Pengaruh Luas Lahan dan Kualifikasi Petani terhadap Kesejahteraan di Daerah Aliran Batang Anai Kecamatan Batang Anai.IKIP Padang. Dep. Pertanian.1997. Perikanan Indonesia Dewasa ini. Jakarta: Direktorat Jendral Perikanan. Direktorat kelautan dan Perikanan RI,2001. Potensi dan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan Pesisir dan Lautan. Direktorat Jendral Perikanan. Herunaidi.2004. IPTEK Kelautan dan Perikanan Masa Kini. Jakarta: Depertmen Kelautan dan Perikanan. Kamal, Eni.2007. Membangun Kelautan Dan Perikanan Berbasis Kerakyatan. Padang: Bung Hatta University Press. Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada National Geographic Indonesia. September 2007. Kelautan untuk Masa depan dalam Sisipan di tengah Retaknya islam Pakistan. Jakarta Pusat: PT Gramedia Percetakan. National Geographic Indonesia.April 2007. Krisis Kelutan Indonesia dalam Sisipan Krisis Perikanan Dunia. Jakarta Pusat: PT Gramedia Percetakan. National Geographic Indonesia. April 2007. Krisis Perikanan DuniK. Jakarta Pusat: PT Gramedia Percetakan.