STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN BANK SYARIAH SWASTA

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB III METODE PENELITIAN. statistik deskriptif. Menurut Moleong penelitian kualitatif sebagai penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan Bank Umum Syariah yang lahir melalui proses spin off. Metode

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. syariah Indonesia adalah tercapainya market share sebesar 5%. Namun hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB III METODE PENELITIAN. Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode Hal-hal

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Analysis of Financial Performance of Islamic Commercial Banks in Indonesian)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

ANALISIS TREND KECUKUPAN MODAL, KUALITAS ASET, RENTABILITAS, DAN LIKUIDITAS DI PERBANKAN SYARIAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

2016 PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH BERMASALAH TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan Financing to Deposit Ratio terhadap Return On Assets pada Sektor Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar berada pada

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dengan mengakses website Bank Indonesia yaitu

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. Oleh Endah Triwahyuningtyas 1 Ismail 2

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan yang mampu bertahan dalam situasi yang rumit tersebut hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah website masing-masing bank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB III METODE PENELITIAN. perbankan syariah itu sendiri. Data-data sekunder ini berupa data time series

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

Transkripsi:

STUDI ATAS KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH PEMERINTAH DAN BANK SYARIAH SWASTA Ihda Qarina Hasan 1, Muhammad Yassir Fahmi 2, Gati Anjaswari 3 Alumni Program Studi D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah 1,3 ihdaqarinahasan95@gmail.com 1, gatianjaswari@gmail.com 3 Staff Pengajar Program Studi D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah 2 myassirfahmi@gmail.com 2 ABSTRAK Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, bank syariah perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih peran pemilik bank juga menjadi sangat penting dalam konstribusi penentuan manajemen yang baik serta diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja bank. Penelitian ini bertujuan untuk melihat trend kinerja keuangan antara bank syariah pemerintah dan swasta selama lima tahun terakhir kemudian mengukur dan membandingkan kinerja keduanya. Jenis penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan berupa data bank yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan yaitu bank syariah pemerintah (BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BJB Syariah) dan bank syariah swasta (Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BCA Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah dan Maybank Syariah) dari tahun 2012 s.d 2016. Teknik analisis yang digunakan dengan mengacu pada metode Grounded Theory. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja pada rasio CAR, FDR, ROA, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income. Bank Syariah Pemerintah memiliki kinerja yang lebih baik pada rasio NPF dan Bank Syariah Swasta memiliki kinerja lebih baik pada rasio PSR. Dapat disimpulkan bahwa kinerja Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki kinerja yang sama baik dari segi keuangan dan penerapan prinsip syariah tetapi hanya pada beberapa aspek penilaian terdapat perbedaan kinerja. Kata Kunci : Rasio Keuangan, Kinerja Keuangan Bank Syariah, Perbandingan Kinerja Keuangan. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan perbankan di Indonesia semakin meningkat ditandai dengan semakin kuat persaingan antar bank. Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, bank syariah perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Kinerja suatu bank sangat berhubungan erat dengan peran dan fungsi manajemen. Manajemen yang baik dan benar dapat menghasilkan profitabilitas bank secara optimal sehingga hal itu menjadi prestasi dan pencapaian bagi manajemen bank. Oleh karena itu, peran pemilik bank juga menjadi sangat penting karena pemilik berperan dalam memberikan konstribusi untuk menentukan manajemen yang baik untuk suatu bank yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja bank Bank Syariah Pemerintah dan Swasta menarik dibahas karena secara keseluruhan persaingan antara keduanya sangat ketat dimana selain bersaing di pangsa pasar 193

industri perbankan nasional tetapi juga pada perkembangan jaringan kantor dan pertumbuhan aset antara kedua jenis bank syariah tersebut. Tabel 1. Jaringan Kantor Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta menurut Otoritas Jasa Keuangan Bank Syariah KPO/ KC KCP/ UPS Bank Syariah Pemerintah BNI Syariah 68 169 18 Bank Syariah Mandiri 130 437 54 BRI Syariah 52 205 12 BJB Syariah 9 56 1 Jumlah 259 867 85 Bank Syariah Swasta Bank Muamalat Indonesia 83 193 80 Bank Mega Syariah 32 34 1 BCA Syariah 10 8 3 Bank Syariah Bukopin 12 7 4 Bank Panin Syariah 16 5 1 Bank Victoria Syariah 9 5 - Maybank Syariah 1 - - Jumlah 163 252 89 Keterangan: KPO : Kantor Pusat Operasional KC : Kantor Cabang KCP : Kantor Cabang Pembantu UPS : Unit Pelayanan Syariah KK : Kantor Kas Sumber: Statistik Perbankan Syariah Desember (diolah) 2016 Tabel 2. Jumlah Aset Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Bank Syariah Tahun (dalam miliar rupiah) 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Pemerintah BNI Syariah 10.645 14.709 19.492 23.018 28.314 Bank Syariah Mandiri 54.229 63.965 66.956 70.370 78.832 BRI Syariah 14.089 17.401 20.341 24.230 27.687 BJB Syariah 4.239 4.695 6.093 6.440 7.442 Rata-rata 20.801 25.193 28.221 31.015 35.569 Bank Swasta Bank Muamalat Indonesia KK 44.262 53.739 62.442 57.173 55.786 Bank Mega Syariah 8.164 9.122 7.045 5.560 6.135 BCA Syariah 1.602 2.041 2.994 4.350 4.996 Bank Syariah Bukopin 3.616 4.342 5.161 5.827 7.019 Panin Dubai Syariah 2.140 4.053 6.207 7.134 8.757 194

Bank Victoria Syariah 937 1.323 1.440 1.379 1.625 Maybank Syariah 2.063 2.300 2.450 1.743 1.344 Rata-rata 8.969 10.989 12.534 11.881 12.237 Sumber : annual report, bursa efek Indonesia (diolah) 2016 Berdasarkan Tabel 1 jumlah kantor Bank Syariah Pemerintah jauh lebih banyak dibandingkan Bank Syariah Swasta. Hal itu menunjukkan bahwa jaringan kantor Bank Syariah Pemerintah lebih luas dan kuat dibandingkan Bank Syariah Swasta. Di samping itu, pada Tabel 2 jumlah aset Bank Syariah Pemerintah jauh lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Swasta dan pertumbuhan aset pada lima tahun terakhir Bank Syariah Pemerintah mampu meningkatkan jumlah aset dibandingkan Bank Syariah Swasta sempat terjadi penurunan pada tahun 2015. Selain itu, belum ada penelitian yang menggunakan Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta sebagai subjek penelitian untuk membandingkan kinerja keuangan keduanya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan trend dan membandingkan kinerja keuangan Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan peraturan-peraturan dalam pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Fahmi (2012:239) Kinerja secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang telah dicapai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, dan teknologi maupun sumber daya manusia. Jumingan (2005:239) Berdasarkan pemaparan tersebut mengenai kinerja keuangan, penulis menyimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah gambaran prestasi dan pencapaian suatu manajemen serta mengukur sejauh mana perusahaan melaksanakan aturan-aturan dengan baik dan benar. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. Menurut Hery (2015:139), analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah teknik yang menunjukkan hubungan antara dua unsur accounting (elemen laporan keuangan) yang memungkinkan pelaku bisnis menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan barometer kesehatan keuangan perusahaan dan dapat menunjukkan potensi masalah sebelum berkembang menjadi krisis yang serius. Najmudin (2011:85) Selain analisis rasio keuangan, cara untuk mengukur kinerja organisasi adalah melalui indeks. Islamicity Performance Index adalah indeks yang dikembangkan oleh Hameed (2004) untuk mengukur kinerja dari lembaga keuangan syariah dalam hal penerapan prinsip syariah. 195

Penulis menggunakan acuan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah sebagai tolok ukur kinerja keuangan dalam masing-masing rasio. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu komparatif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis membandingkan kinerja keuangan pada Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta yang dilihat dari berbagai aspek penilaian untuk menemukan perbandingan kinerja keduanya dan penyebab jika terdapat perbedaan atau persamaan. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini pada sebelas Bank Umum Syariah yang telah Go Publik, empat Bank Syariah Milik Pemerintah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar dan Banten Syariah, dan tujuh Bank Syariah Swasta yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BCA Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah dan Maybank Indonesia Syariah. METODE PENGUMPULAN DATA Jenis Dan Sumber Data Sumber data untuk penelitian ini yaitu data sekunder. Jenis data pada penelitian ini adalah Data kuantitatif meliputi rasio-rasio keuangan dari laporan tahunan yang menjadi alat ukur analisis rasio keuangan bank dan jumlah rupiah dari laporan keuangan untuk menghitung rasio yang menjadi alat ukur metode penilaian Islamicity Performance Index. Dan Data kualitatif meliputi sejarah singkat dan struktur permodalan masing-masing Bank Umum Syariah. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi. Data dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan yang diunggah lewat internet pada web resmi perusahaan, web resmi Bank Indonesia, web resmi Otoritas Jasa Keuangan dan situs Indonesia Stock Exchange (IDX). Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi data yaitu rasio keuangan bank dan jumlah rupiah di laporan keuangan yang dibutuhkan untuk menghitung rasio PSR, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic. (2) Menuangkan data yang diperoleh ke dalam bentuk salinan tertulis. (3) Mengelompokkan data berdasarkan kemiripan data. Penulis mengelompokkan data-data dari Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta berdasarkan rasio-rasio yang menjadi alat analisis yaitu CAR, NPF, FDR, ROA, PSR, ZPR, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income. (4) Menghitung ratarata rasio Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta setiap tahun dari 2012 sampai dengan 2016 sehingga terlihat trend rasio antara keduanya (5) Menganalisis 196

kinerja keuangan dengan metode penilaian Rasio Keuangan yaitu dengan cara membandingkan tingkat kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta sesuai dengan standar dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis memaparkan hasil penelitian terkait trend kinerja keuangan pada lima tahun terakhir yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Berikut ini beberapa aspek penilaian kinerja keuangan bank syariah dengan metode penilaian analisis rasio keuangan dan Islamicity Performance Index: Tabel 3. Aspek Penilaian Kinerja Keuangan Metode Penilaian Aspek Penilaian Alat Ukur Analisis Rasio Permodalan Capital Adequacy Ratio (CAR) Keuangan Kualitas Aset Non Performing Financing (NPF) Likuiditas Financing to Deposit Ratio (FDR) Rentabilitas Return on Asset (ROA) Islamicity Penyaluran Akad Profit Sharing Ratio (PSR) Performance Index Bagi Hasil Penyaluran Zakat Zakat Performance Ratio (ZPR) Pendapatan Halal Islamic Income vs Non-Islamic Income Sumber: Diolah oleh Penulis A. Analisis Rasio Keuangan dengan metode rasio antara lain : 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Rasio CAR merupakan merupakan perbandingan antara modal dan penyertaan dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Rasio ini bertujuan mengukur kinerja Bank Syariah dalam mengantisipasi kerugian dari aktiva produktif yang berisiko melalui kecukupan modal yang tersedia. 35 30 25 20 15 10 5 27.65 22.74 24.38 16.53 15.78 15.39 22.31 25.6 16.87 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta 17.68 Gambar 1. Trend Kinerja Rasio CAR 197

Tabel 4. Hasil Penilaian Permodalan melalui Rasio CAR Bank Syariah Tahun Rata-rata Hasil Penilaian Bank Syariah Pemerintah 2012 16,53% Peringkat 1 2013 15,78% Peringkat 1 2014 15,39% Peringkat 1 2015 16,87% Peringkat 1 2016 17,68% Peringkat 1 Rata-rata 16,45% Peringkat 1 Bank Syariah Swasta 2012 27,65% Peringkat 1 2013 22,74% Peringkat 1 2014 24,38% Peringkat 1 2015 22,31% Peringkat 1 2016 25,60% Peringkat 1 Rata-rata 24,54% Peringkat 1 Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio CAR selama lima tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 16,45% berada di Peringkat 1 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio yang lebih tinggi 24,54% dibandingkan Bank Syariah Pemerintah juga berada di Peringkat 1 yang artinya tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek permodalan antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta namun dari besarnya rasio Bank Syariah Swasta tergolong lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah dalam hal memenuhi kecukupan modal minimum yang ditetapkan. 2. Non Performing Financing (NPF) Rasio NPF merupakan perbandingan antara pembiayaan yang bermasalah terhadap total seluruh pembiayaan. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank dalam menyalurkan pembiayaan. 10 8 6 4 2 8.93 9.19 7.24 4.6 4.55 3.58 4.85 3.9 2.19 2.78 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 2. Trend Kinerja Rasio NPF 198

Tabel 5. Hasil Penilaian Kualitas Aset melalui Rasio NPF Bank Syariah Tahun Rata-rata Hasil Penilaian Bank Syariah Pemerintah 2012 3,58% Peringkat 2 2013 4,60% Peringkat 2 2014 4,55% Peringkat 2 2015 4,85% Peringkat 2 2016 7,24% Peringkat 3 Rata-rata 4,96% Peringkat 2 Bank Syariah Swasta 2012 2,19% Peringkat 2 2013 2,78% Peringkat 2 2014 3,90% Peringkat 2 2015 8,93% Peringkat 4 2016 9,19% Peringkat 4 Rata-rata 5,40% Peringkat 3 Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio NPF selama lima tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 4,96% berada di peringkat 2 yang artinya kualitas aset baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan sedangkan Bank Syariah Swasta berada di peringkat 3 yang artinya kualitas aset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Jadi, kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta pada aspek kualitas aset berbeda yang mana Bank Syariah Pemerintah tergolong lebih baik dalam menjaga kualitas aset untuk mengantisipasi risiko pembiayaan bermasalah dibandingkan Bank Syariah Swasta yang harus melakukan perbaikan kinerja dalam mengantisipasi risiko pembiayaan bermasalah. 3. Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio FDR merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan dengan jumlah dana yang dihimpun dari pihak ketiga. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja keuangan dalam memelihara tingkat likuiditas bank terutama kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan pelaksanaan fungsi bank sebagai intermediaris dalam mengelola keuangan masyarakat. 199

110 105 100 95 90 85 80 104.58 100.72 91.85 96.14 94.33 92.61 92.39 88.16 90.71 85.98 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 3. Trend Kinerja Rasio FDR Tabel 6. Rasio FDR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Bank Syariah Tahun Rata-rata Hasil Penilaian Bank Syariah Pemerintah 2012 92,61% Peringkat 3 2013 92,39% Peringkat 3 2014 88,16% Peringkat 3 2015 90,71% Peringkat 3 2016 85,98% Peringkat 3 Rata-rata 89,97% Peringkat 3 Bank Syariah Swasta 2012 104,58% Peringkat 4 2013 100,72% Peringkat 4 2014 91,85% Peringkat 3 2015 96,14% Peringkat 3 2016 94,33% Peringkat 3 Rata-rata 97,52% Peringkat 3 Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio FDR selama lima tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 89,97% berada di Peringkat 3 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio yang lebih tinggi 97,52% juga berada di Peringkat 3 yang artinya kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas memadai. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek likuiditas keduanya. Keduanya memiliki kinerja yang cukup baik dalam menghimpun dan menyalurkan dana sehingga likuiditas keduanya terpelihara cukup baik pula namun dari segi ukuran rasio antara keduanya, rasio FDR Bank Syariah Pemerintah lebih baik dibandingkan Bank Syariah Swasta karena jumlah pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga lebih kecil sehingga kemampuan likuiditas Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih kuat dibandingkan Bank Syariah Swasta. 200

4. Return On Asset (ROA) Rasio ROA merupakan perbandingan antara laba atau keuntungan yang dihasilkan dengan rata-rata total aset. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank dalam menghasilkan laba atau keuntungan. 3 2 1 0-1 -2-3 Bank Syariah Pemerintah 2.07 1.27 0.75 1.01 1.24 0.51 0.75-0.95 2012 2013 2014 2015 2016-1.28-2.72 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 4. Trend Kinerja Rasio ROA Tabel 7. Hasil Penilaian Permodalan melalui Rasio ROA Bank Syariah Tahun Rata-rata Hasil Penilaian 2012 1,01% Peringkat 2 2013 1,24% Peringkat 2 2014 0,51% Peringkat 3 2015 0,75% Peringkat 3 2016-1,28% Peringkat 5 Rata-rata 0,45% Peringkat 4 Bank Syariah Swasta 2012 2,07% Peringkat 1 2013 1,27% Peringkat 2 2014 0,75% Peringkat 3 2015-2,72% Peringkat 5 2016-0,95% Peringkat 5 Rata-rata 0,09% Peringkat 4 Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil penilaian rata-rata rasio ROA selama lima tahun terakhir, Bank Syariah Pemerintah dengan rasio 0,45% berada di Peringkat 4 begitu juga dengan Bank Syariah Swasta dengan rasio 0,09% juga berada di Peringkat 4 yang artinya kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek rentabilitas antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta namun dalam segi ukuran rasio ROA, Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih unggul dapat dilihat bahwa rasio ROA Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak menghasilkan keuntungan dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi kondisi kinerja keduanya di bawah kondisi baik untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan. 201

B. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Penilaian Islamicity Performance Index antara lain : 1. Profit Sharing Ratio (PSR) Profit Sharing Ratio merupakan rasio yang membandingkan jumlah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah dengan total seluruh pembiayaan yang diberikan. Rasio ini bertujuan menilai kinerja Bank Syariah dalam melaksanakan fungsi intermediaris dalam penyaluran pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang merupakan tujuan utama Bank Syariah. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 25.95 23.33 31.99 25.73 40.91 46.43 49.16 25.12 26.45 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 5. Trend Kinerja Rasio PSR 26.82 Tabel 8. Rata-rata PSR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Bank Syariah Tahun Rata-rata Bank Syariah Pemerintah 2012 25,95% 2013 25,73% 2014 25,12% 2015 26,45% 2016 26,82% Rata-rata 26,01% Bank Syariah Swasta 2012 23,33% 2013 31,99% 2014 40,91% 2015 46,43% 2016 49,16% Rata-rata 38,36% Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata rasio PSR selama lima tahun terakhir, dapat dilihat bahwa Bank Syariah Swasta menyalurkan akad bagi hasil memiliki rata-rata hampir mencapai 40% dengan porsi 38,36% yang berarti kinerja bank tergolong baik dalam menyalurkan pembiayaan akad bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah apabila dibandingkan dengan akad pembiayaan lain yang dominan dengan jual beli. Bank Syariah Swasta dalam lima tahun terakhir mengutamakan akad Natural Uncertainty Contract (NUC) yaitu akad bagi hasil tidak memberikan kepastian pendapatan tidak seperti akad jual beli yang termasuk dalam Natural Certainty Contract (NCC) yang pasti mendapatkan margin. Oleh karena itu, kinerja 202

Bank Syariah Swasta dalam mengutamakan NUC dinilai baik mengingat akad NCC seperti jual beli murabahah yang cenderung diutamakan bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah. Bank Syariah Pemerintah dengan ratarata porsi 26,01% lebih rendah dalam menyalurkan akad bagi hasil yang mana perbedaan rasio PSR keduanya sebesar 12,35%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kinerja antara Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam menjaga pembiayaan akad bagi hasil yang mana Bank Syariah Swasta memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. 2. Zakat Performance Ratio (ZPR) Zakat Performance Ratio merupakan rasio yang membandingkan jumlah zakat yang dibayar dengan kekayaan bersih yang merupakan hasil dari total asset dikurangkan dengan total liabilitas. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank syariah dalam mengeluarkan zakat yang dibandingkan dengan kekayaan bersih yang dimiliki Bank Syariah. 3 2 1 0 0.04 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.04 0.06 0.03 0.04 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 6. Trend Kinerja Rasio ZPR Tabel 8. Rata-rata ZPR Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Bank Syariah Tahun Rata-rata Bank Syariah Pemerintah 2012 0,04% 2013 0,04% 2014 0,06% 2015 0,03% 2016 0,04% Rata-rata 0,04% Bank Syariah Swasta 2012 0,01% 2013 0,02% 2014 0,02% 2015 0,02% 2016 0,01% Rata-rata 0,02% Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata ZPR di atas, dapat dilihat bahwa Bank Syariah Pemerintah mengeluarkan zakat dengan porsi 0,04% lebih banyak 203

dibandingkan Bank Syariah Swasta dengan porsi 0,02% dari kekayaan bersih namun secara keseluruhan kinerja keduanya masih belum memuaskan mengingat porsi zakat tersebut berada jauh di bawah 2,5% dari kekayaan bersih. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja dalam melaksanakan pembayaran zakat hanya saja dalam ukuran rasio Bank Syariah Pemerintah tergolong lebih baik karena jumlah zakat yang dibayarkan lebih banyak dibandingkan Bank Syariah Swasta. 3. Islamic Income vs Non-Islamic Income Islamic Income vs Non-Islamic Income merupakan rasio yang membandingkan antara pendapatan halal yang diterima dari transaksi Islam dengan seluruh pendapatan termasuk pendapatan non halal. Rasio ini bertujuan untuk menilai kinerja bank syariah dalam menghasilkan pendapatan yang berasal dari transaksi Islam. 105 100 99.99 99.98 99.99 99.99 99.97 99.98 99.99 100 99.99 100 95 2012 2013 2014 2015 2016 Bank Syariah Pemerintah Bank Syariah Swasta Gambar 7. Trend Kinerja Rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income Tabel 9. Rata-rata Rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta Bank Syariah Tahun Rata-rata Bank Syariah Pemerintah 2012 99,99% 2013 99,99% 2014 100% 2015 99,99% 2016 100% Rata-rata 99,99% Bank Syariah Swasta 2012 99,98% 2013 99,99% 2014 99,99% 2015 99,97% 2016 99,98% Rata-rata 99,98% Sumber: Diolah oleh Penulis Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata Islamic Income vs Non-Islamic Income di atas, dapat dilihat bahwa porsi pendapatan halal yang diterima Bank Syariah Pemerintah menunjukkan 99,99% dan Bank Syariah Swasta menunjukkan 204

99,98% yaitu hampir keseluruhan pendapatan keduanya merupakan pendapatan yang berasal dari transaksi Islam. Dengan demikian kinerja keduanya dalam menghasilkan pendapatan halal tergolong sangat baik itu berarti bank konsisten untuk menghindari penerimaan pendapatan dari transaksi-transaksi yang dilarang. Jadi, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam menghasilkan pendapatan dari sumber yang halal namun dalam ukuran rasio porsi pendapatan halal Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak yaitu sebesar 0,01% dibandingkan Bank Syariah Swasta. Analisis Keseluruhan Mengenai Perbedaan dan Persamaan Kinerja Keuangan Pada aspek permodalan dengan rasio CAR, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah Pemerintah dan swasta dalam memenuhi kecukupan modal. Tingkat modal keduanya secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku. Hal itu disebabkan keduanya memiliki struktur pemegang saham yang sangat kuat yaitu Bank Syariah Pemerintah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Syariah Swasta dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam segi rasio, rasio CAR Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah karena pada umunya sebagian besar nasabah Bank Syariah Swasta merupakan kalangan perusahaan, pengusaha, dan masyarakat menengah ke atas sedangkan nasabah Bank Syariah Pemerintah rata-rata di kalangan pegawai dan masyarakat menengah ke bawah. Pada aspek kualitas aset dengan rasio NPF, kinerja bank syariah pemerintah lebih baik dibandingkan bank syariah swasta dalam menjaga kualitas aset terhadap risiko pembiayaan bermasalah. Hal itu disebabkan pembiayaan bermasalah bank syariah swasta pada dua tahun terakhir dalam kondisi kurang baik sehingga hal tersebut terjadi dapat juga disebabkan oleh manajemen risiko bank syariah swasta yang kurang baik dalam mengantisipasi pembiayaan bermasalah. Pada aspek likuiditas dengan rasio FDR, tidak ada perbedaan kinerja dalam memelihara likuiditas dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta. Hal itu disebabkan strategi keduanya dalam mencapai rencana penghimpunan dan penyaluran selalu dilakukan dengan baik. Dalam segi rasio, rasio FDR Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah karena Bank Syariah Swasta lebih banyak menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil dibandingkan Bank Syariah Pemerintah hal itu dapat dilihat dari rasio PSR keduanya. Pada aspek rentabilitas dengan rasio ROA, tidak ada perbedaan kinerja bank syariah pemerintah dan swasta dalam menghasilkan keuntungan yaitu kemampuan keduanya tergolong rendah dalam menghasilkan keuntungan dan mengantisipasi potensi kerugian. Hal ini disebabkan pada jangka dua tahun terakhir keduanya mengalami kerugian. Pada jangka waktu tersebut NPF keduanya juga dalam kondisi kurang baik dan mengakibatkan pembengkakan biaya atas risiko pembiayaan bermasalah sehingga keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi biaya tersebut. 205

Pada aspek penerapan prinsip bagi hasil dengan rasio PSR, kinerja bank syariah swasta dalam menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil lebih baik dibandingkan bank syariah pemerintah. Hal itu disebabkan perbedaan rasio CAR Bank Syariah Swasta yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah pemerintah. Kinerja dalam aspek permodalan keduanya yang mana memiliki kategori penilaian yang sama namun dalam ukuran rasio Bank Syariah Swasta lebih tinggi 8,09%. Hal tersebut berarti semakin tinggi modal atau dana yang dihimpun oleh bank maka semakin banyak juga dana yang akan disalurkan kepada masyarakat. Pada aspek pembayaran zakat dengan rasio rasio ZPR, kinerja bank syariah pemerintah dan swasta dalam menyalurkan zakat belum memuaskan. Hal itu disebabkan tidak ada peraturan bagi Bank Umum Syariah yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sehingga keduanya tidak terlalu memperhatikan baik dari pengukuran maupun pengoptimalan pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan syariah. Pada aspek penerimaan pendapatan dari sumber yang halal dengan rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income, kinerja dalam menghasilkan pendapatan dari transaksi halal kedua bank telah dilakukan dengan optimal. Kedua bank syariah berusaha memberikan kepercayaan kepada nasabah dalam mengelola dana sehingga kedua bank meminimalkan pendapatan dari transaksi non halal dan mengoptimalkan pengeluaran pendapatan non halal tersebut. SIMPULAN 1. Trend kinerja keuangan pada kedua bank syariah cenderung fluktuatif yang mana rasio keuangan menunjukkan angka tidak stabil, tidak selalu mengalami kenaikan atau penurunan kinerja. 2. Kinerja Bank Umum Syariah antara pemerintah dan swasta memiliki kinerja yang sama baik dari segi keuangan dan penerapan prinsip syariah tetapi hanya pada beberapa aspek penilaian terdapat perbedaan kinerja. Perbandingan kinerja keduanya ialah sebagai berikut: a. Pada aspek permodalan dengan rasio CAR, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam memenuhi kecukupan modal dengan rasio CAR Bank Syariah Swasta lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah tetapi tingkat modal keduanya secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan yang berlaku. Hal itu disebabkan keduanya memiliki struktur pemegang saham yang sangat kuat yaitu Bank Syariah Pemerintah merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Bank Syariah Swasta dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Dalam segi rasio, CAR Bank Syariah Swasta lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah karena pada umunya sebagian besar nasabah Bank Syariah Swasta merupakan kalangan perusahaan, pengusaha, dan masyarakat menengah ke atas sedangkan nasabah Bank Syariah Pemerintah rata-rata di kalangan pegawai dan masyarakat menengah ke bawah. b. Pada aspek kualitas aset dengan rasio NPF, kinerja Bank Syariah Pemerintah lebih baik dibandingkan Bank Syariah Swasta dalam menjaga kualitas aset terhadap risiko pembiayaan bermasalah. Hal itu disebabkan pembiayaan 206

bermasalah Bank Syariah Swasta pada dua tahun terakhir dalam kondisi kurang baik sehingga hal tersebut terjadi dapat juga disebabkan oleh manajemen risiko Bank Syariah Swasta yang kurang baik dalam mengantisipasi pembiayaan bermasalah. c. Pada aspek likuiditas dengan rasio FDR, tidak ada perbedaan kinerja dalam memelihara likuiditas dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dengan rasio FDR Bank Syariah Pemerintah lebih baik dibandingkan Bank Syariah Swasta. Hal itu disebabkan strategi keduanya dalam mencapai rencana penghimpunan dan penyaluran selalu dilakukan dengan baik. d. Pada aspek rentabilitas dengan rasio ROA, tidak ada perbedaan kinerja dalam aspek rentabilitas antara Bank Syariah Pemerintah dan Bank Syariah Swasta dengan rasio ROA Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih unggul dapat dilihat bahwa rasio ROA Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak menghasilkan keuntungan dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi kondisi kinerja keduanya di bawah kondisi baik untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Hal ini disebabkan pada jangka dua tahun terakhir keduanya mengalami kerugian. Pada jangka waktu tersebut NPF keduanya juga dalam kondisi kurang baik dan mengakibatkan pembengkakan biaya atas risiko pembiayaan bermasalah sehingga keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi biaya tersebut. e. Pada aspek penerapan prinsip bagi hasil dengan rasio PSR, kinerja Bank Syariah Swasta dalam menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil lebih baik dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. Hal itu disebabkan perbedaan rasio CAR Bank Syariah Swasta yang lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Pemerintah. Kinerja dalam aspek permodalan keduanya yang mana memiliki kategori penilaian yang sama namun dalam ukuran rasio Bank Syariah Swasta lebih tinggi 8,09%. Hal tersebut berarti semakin tinggi modal atau dana yang dihimpun oleh bank maka semakin banyak juga dana yang akan disalurkan kepada masyarakat. f. Pada aspek pembayaran zakat dengan rasio rasio ZPR, tidak ada perbedaan kinerja dalam melaksanakan pembayaran zakat hanya saja dalam ukuran rasio Bank Syariah Pemerintah tergolong lebih baik karena jumlah zakat yang dibayarkan lebih banyak dibandingkan Bank Syariah Swasta tetapi kinerja Bank Syariah Pemerintah dan swasta dalam menyalurkan zakat belum memuaskan. Hal itu disebabkan tidak ada peraturan bagi Bank Umum Syariah yang diwajibkan untuk mengeluarkan zakat sehingga keduanya tidak terlalu memperhatikan baik dari pengukuran maupun pengoptimalan pembayaran zakat sesuai dengan ketentuan syariah. g. Pada aspek penerimaan pendapatan dari sumber yang halal dengan rasio Islamic Income vs Non-Islamic Income, tidak ada perbedaan kinerja Bank Syariah Pemerintah dan Swasta dalam menghasilkan pendapatan dari sumber yang halal namun dalam ukuran rasio porsi pendapatan halal Bank Syariah Pemerintah sedikit lebih banyak yaitu sebesar 0,01% dibandingkan Bank Syariah Swasta. Namun kinerja dalam menghasilkan pendapatan dari transaksi halal kedua bank telah dilakukan dengan optimal. Kedua bank 207

syariah berusaha memberikan kepercayaan kepada nasabah dalam mengelola dana sehingga kedua bank meminimalkan pendapatan dari transaksi non halal dan mengoptimalkan pengeluaran pendapatan non halal tersebut. SARAN 1. Bagi Bank Umum Syariah: a. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar mejaga dengan baik dan lebih meningkatkan kinerja yang telah dicapai yaitu pada kinerja permodalan dengan rasio CAR yang sudah sangat baik, likuiditas dengan rasio FDR yang cukup baik, rentabilitas dengan rasio ROA yang perlu lebih ditingkatkan, penyaluran zakat dengan rasio ZPR yang masih belum memuaskan, serta porsi pendapatan halal yang diterima dengan rasio Islamic Income vs Non- Islamic Income yang mana secara keseluruhan sudah sangat baik. b. Bagi Bank Syariah Swasta melakukan perbaikan kinerja kualitas aset dengan menjaga jumlah pembiayaan bermasalah atau rasio NPF memperbaiki manajemen risiko antara lain dapat dilakukan penilaian prospek usaha nasabah dan jaminan aset perusahaan, memonitor nasabah baik dari segi kelancaran pengembalian pembiayaan, kelancaran usaha nasabah, dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami nasabah. c. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar memperbaiki kinerja rentabilitas khususnya rasio ROA dengan menghasilkan keuntungan secara maksimal dan mengantisipasi kerugian dan segala risiko yang berpengaruh terhadap kinerja ROA. Untuk dapat menghasilkan keuntungan secara maksimal, bank syariah dapat meningkatkan margin atau meminimalisasi biaya-biaya yang tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan aset bank syariah, meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan margin atau bagi hasil baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan mengelola aktiva produktif untuk meingkatkan pendapatan operasional. d. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan Swasta agar mengoptimalkan jumlah penyaluran akad bagi hasil sehingga tidak hanya penyaluran akad jual beli saja yang selalu mengalami pertumbuhan. e. Bagi Bank Syariah Pemerintah dan swasta agar mengoptimalkan zakat entitas dari segi pengukuran zakat yang disalurkan karena kinerja penyaluran zakat keduanya belum memuaskan. 2. Bagi regulator yaitu pemerintah dan atau Dewan Pengawas Syariah (DPS) agar mengeluarkan peraturan kewajiban zakat entitas khususnya untuk perbankan syariah mengingat potensi zakat entitas pada bank syariah sangat besar. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2007. Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Bank Indonesia. 2012. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 208

Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan. 2012. Metode Penelitian Akuntansi; Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta Hameed, dkk. 2004. Alternative Disclosure dan Performance for Islamic Bank s. Proceeding of The Second Conference on Administrative Science: Meeting The Challenges of The Globalization Age. Dahran, Saudi Arabia. Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:Grasindo Hery. 2015. Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta:Grasindo Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Akuntansi Syar iyyah Modern. Yogyakarta:ANDI Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Syariah. 209