Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Bagian 1: Produksi induk model indoor

dokumen-dokumen yang mirip
Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 2: Produksi induk kelas induk pokok (Parent Stock)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) - Bagian 2: Produksi induk

Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) Bagian 3: Produksi benih

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 4: Produksi benih

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

II. BAHAN DAN METODE

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 3: Benih kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

Air mineral SNI 3553:2015

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

Semen portland komposit

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Air demineral SNI 6241:2015

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

II. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

II. BAHAN DAN METODE

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

BAB III BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Usman beralamat di GG. Nusantara 1-3 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan

II. BAHAN DAN METODE

Sosis ikan SNI 7755:2013

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

Air mineral alami SNI 6242:2015

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

Kulit masohi SNI 7941:2013

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB III BAHAN DAN METODE

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

Induk udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

Transkripsi:

Badan Standardisasi Nasional Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Bagian 1: Produksi induk model indoor ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4. Persyaratan produksi... 2 5 Cara pengukuran dan pemeriksaan... 5 Bibliografi... 7 Tabel 1.Kualitas air pasok... 3 Tabel 2. Persyaratan kualitas air pemeliharaan... 3 Tabel 3. Pengelolaan pakan pada produksi induk udang vaname... 4 BSN 2014 i

Prakata Standar Udang vaname (Litopenaeus vanname, Boone 1931) Bagian 1: Produksi induk model indoor disusun berdasarkan kondisi dan perkembangan industri udang di Indonesia dan kawasan Asia. Penyusunan standar ini juga diperlukan sebagai upaya peningkatan jaminan mutu (quality assurance) produksi budidaya udang baik pembenihan maupun pembesarannya di tambak. Mengingat bahwa unit pembenihan udang masih mengandalkan induk udang vaname dari hasil impor dengan pengawasan dan jumlah yang kurang memadai sehingga akan sangat berpengaruh pada kegiatan usaha budidaya di tambak. Standar produksi induk udang vaname dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh pembudidaya dan instansi yang memerlukan serta untuk membina mutu induk dan benih dalam rangka sertifikasi dan kegiatan usaha.standar ini di dirumuskan oleh Panitia Teknis 65-07 Perikanan Budidaya pada tanggal 29 Oktober 2013 di Bogor, yang dihadiri oleh anggota panitia teknis, konsumen, lembaga penelitian/pakar, instansi dan stakeholder lainnya serta telah memperhatikan : a) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; b) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik; c) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.07/MEN/2004 tentang Pengadaan dan Peredaran Benih Ikan; d) Keputusan Menteri Pertanian No. 26 Tahun 1999 tentang Pengembangan Perbenihan Nasional.. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 10 Juni 2014 sampai 8 Agustus 2014. BSN 2014 ii

1 Ruang lingkup Udang vaname (Litopenaeus vanname, Boone 1931) Bagian 1: Produksi induk model indoor Rancangan standar inimenetapkan persyaratan produksi,cara pengukuran dan pemeriksaan pada produksi induk udang vaname (Litopenaeus vannamei Boone1931) model indoor. 2 Acuan normatif SNI 01-7252-2006 SNI 7311-2009 SNI 7549:2009 SNI 01-7253-2006 3 Istilah dan definisi : Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar; : Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar; : Pakan buatan untuk udang vaname (Litopenaeus vannamei). : Induk udang vaname ((Litopenaeus vannamei) kelas induk pokok Standar ini menggunakan istilah dan definisi sebagai berikut: 3.1 Produksi induk rangkaian kegiatan pemeliharaan benur vaname sampai ukuran induk yang seluruh sistemnya meliputi praproduksi, proses produksi dan panen dilaksanakan secara terkendali. 3.2 pra produksi rangkaian kegiatan persiapan dalam memproduksi induk udang vaname dengan persyaratan yang harus dipenuhi meliputi lokasi, sumber air, wadah, benih, peralatan, bahan kimia dan pakan 3.3 proses produksi rangkaian kegiatan produksi caloninduk udang vaname untuk menghasilkan induk udang vaname dengan persyaratan yang harus dipenuhi yang meliputi umur, kualitas air, padat tebar, bobot, panjang, penggunaan obat-obatan, penggunaan pakan, pemeliharaan air media waktu pemeliharaan dan tata cara pemeriksaan kesehatan 3.4 air pasok air yang bersumber dari tandon dialirkan ke bak pemeliharaan. 3.5 bak filter wadah untuk perlakuan air pasok agar memenuhi persyaratan baku mutu. 3.6 bak tandon penampungan air siap pakai setelah melalui proses filtrasi dan sterilisasi. BSN 2014 1 dari 7

3.7 desinfeksi air proses pembersihan hama dengan bahan desinfektan. 3.8 pengelolaan air mekanisme perlakuan air pasok dan air pemeliharaan agar memenuhi persyaratan baku mutu. 3.9 bak induk wadah yang digunakan untuk memelihara udang dari ukuran benih sampai induk. 3.10 induk udang vaname Udang vaname yang bentuk morfologisnya sebagai udang dewasa yang mempunyai ukuran untuk jantan bobot minimal 35 gram, panjang minimal 17 cm dan umur minimal 6 bulan dan untuk betina bobot minimal 40 gram, panjang minimal 18 cm dan umur minimal 6 bulan serta siap digunakan pada pembenihan. 3.11 tingkat kelangsungan hidup jumlah udang yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah udang yang ditebar 3.12 model indoor cara budidaya di dalam suatu bangunan tertutup. 4. Persyaratan produksi 4.1 Pra produksi 4.1.1 Lokasi a) dekat sumber air, bebas banjir, bebas pencemaran, mudah dijangkau dan terpisah dari kawasan budidaya komoditas lain; b) sumber air tawar dan laut: tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan baku mutu air budidaya; c) aspek legalitas sesuai peruntukan produksi. 4.1.2 Wadah a) bak 1) beton, plastic polyethylene (PE) atau fiberglass; 2) luas:minimal 20 meter persegi; 3) kedalaman:minimal 1,2 meter; 4) bentuk: persegi empat, bundar, oval. b) tandon air 1) beton,plastic polyethilene, atau fiberglass. 2) kapasitas : 20% -30 % dari total volume wadah pemeliharaan 4.1.3 Bahan a) benih udang bebas virus (WSSV, TSV, IHHNV, IMNV) yang dihasilkan dari induk yang terseleksi dan hasil pemuliaan; b) pakan buatan (pelet) udang dengan kadar protein minimal 36%; BSN 2014 2 dari 7

c) probiotik, bahan kimia, obat-obatan dan multivitamin yang terdaftar di KementerianKelautandanPerikanan; d) Desinfektan: iodin 10%, kalium permanganat (KMnO 4 ), klorin,dan atau ozon; e) kapur; f) panen: es batu, oksigen, kantong plastik dan karet pengikat. 4.1.4 Peralatan a) pompa air; b) aerator; c) alat bantu operasional: ember, gayung, alat pembersih, gelas ukur; d) alat pengukur kualitas air: DO meter, termometer, salino refraktometer, ph meter, Secchi disk, Imhoff cone, ammonia kit; e) alat panen dan grading:timbangan digital, jaring, jaring kolektor, seser induk, aerator akuarium,tabung oksigen, bak fibreglass, dan kotak styrofoam. 4.1.5Air pasok Pengelolaan kualitas air pasok yang digunakan selama proses produksiinduk diupayakan untuk memenuhi persyaratan sesuai Tabel 1. Tabel 1 Kualitas air pasok No Parameter Satuan Nilai 1 Suhu o C 28 33 2 Salinitas g/l 30 34 3 ph - 7,0 8,5 4 Oksigen terlarut mg/l >4 5 Alkalinitas mg/l 100 120 6 Bahan organic total mg/l <55 7 Padatan terlarut Total mg/l 150 200 4.1.6 Air pemeliharaan Pengelolaan kualitas air pemeliharaan yang digunakan selama proses induk diupayakan untuk memenuhi persyaratan sesuai Tabel2. Tabel 2 Persyaratan kualitas air pemeliharaan No Parameter Satuan Nilai 1 Suhu o C 28 33 2 Salinitas g/l 30 33 3 ph - 7,5 8,5 4 Oksigen terlarut mg/l >4,0 5 Alkalinitas mg/l 100 150 6 Bahan organik total mg/l <90 7 Amoniak mg/l <0,1 8 Ketinggian air Cm >80 4.1.7 Fasilitas biosekuriti 1) sarana desinfeksi: pencelup kaki (footbath), pembasuh tangan (handsanitiser) pencelup roda (wheelbath) dan sanitasi peralatan; 2) pagar area. BSN 2014 3 dari 7

4.2 Proses produksi 4.2.1 Persiapan bak pemeliharaan a) perbaikan konstruksi; b) bak didesinfeksi dengan klorin minimal 100 ml/m 3 selama 24 jam dan selanjutnya dibilas air tawar; c) instalasi aerasi (perendaman, pembersihan, pencucian, pembilasan, pengeringan). 4.2.2 Persiapan air media a) sterilisasi air dengan klorin 20 ml/m 3 30ml/m 3 atau ozon; b) penggunaan probiotik jika diperlukan. 4.2.3 Pakan, padat penebaran dan lama pemeliharaan Pemberian pakan buatan pada produksi induk udang vaname diberikan dalam bentuk pelet dengan kandungan protein minimal 36 % dan frekuensi 4 kali - 6 kali sehari. Dosis pakan dan lama pemeliharaan induk udang vaname sesuai Tabel 3. umur (hari) Tabel 3 Pengelolaan pakan pada produksi induk udang vaname Bobot (g/ekor) Padat tebar (ekor/m 2 ) Dosis (% biomassa/hari) Tingkat Kelangsungan hidup kumulatif (%) < 30 < 3.0 100 7.0-5.0 95 31 43 3.0-5.0 100 5.0-3.0 85 44 60 5.1-8.0 100 3.0-2.4 84 61 70 8.1-10.0 80 2.4-2.2 84 70 80 10.1-50 2.2-2.0 83 12.0 81 120 12.1-30 2.0-1.6 80 20.0 120 180 20.0-20 1.6-1.4 75 30.0 >180 >30 10 <1.4 65 4.2.4 Pengelolaan air a) pergantian air 5% - 30 % per hari disesuaikan kualitas air pemeliharaan; b) air buangan sesuai SNI prosedur biosekuriti (kesling) pada pembenihan udang; c) pemberian kapur diberikan sebanyak 10 mg/l untuk mempertahankan ph air 7,5-8,5; d) penambahan probiotik tiap tiga hari sekali sesuai label kemasan dan terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan;. 4.3 Panen a) Kurangi volume air bak pemeliharaan; b) turunkan suhu air penampungan sampai 18 o C -22 o C; c) serok induk secara perlahan untuk menghindari stres dan masukkan ke dalam bak penampungan. BSN 2014 4 dari 7

5 Cara pengukuran dan pemeriksaan 5.1 Parameter fisika kualitas air 5.1.1 Suhu Dilakukan dengan menggunakan thermometer pada permukaan air dan dasar wadah dua kali per hari, pagi dan sore, yang dinyatakan dalam derajat Celsius ( o C). 5.1.2 ph air Dilakukan dengan menggunakan ph meter atau ph indikator (kertas lakmus) sesuai dengan spesifikasi teknis alat masing-masing. 5.1.3 Oksigen terlarut Dilakukan dengan menggunakan DO meter, pada permukaan air dasar wadah sesuai dengan spesifikasi teknis alat masing-masing. Pengukuran dilakukan dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore,yang dinyatakan dalam mg/l. 5.1.4 Alkalinitas Pengukuran alkalinitas sesuai American Public Health Association (APHA) dan AWWA (American Water Works Association) Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater, Edisi 14, 1979, p: 416-417. 5.1.5 Salinitas Dilakukan dengan menggunakan salinometer atau refraktometer sesuai dengan spesifikasi teknis alat masing-masing. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari. 5.1.6 Ketinggian air Dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai kepermukaan air, menggunakan penggaris atau papan skala dalam sentimeter (cm). 5.2 Parameter kimia kualitas air Pengukuran kualitas air seperti amonia, nitrit, nitrat, bahan organik, dan kepadatan terlarut seminggu sekali sesuai dengan American Public Health Association (APHA) danawwa (American Water Works Association) Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater, Edisi 14, 1979, p: 416-417. 5.4 Penggunaan bahan 5.4.1 Kapur Dilakukan dengan menghitung dosis kapur g/m 2 dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam gram (g). 5.4.2 Desinfektan Dilakukan dengan menghitung dosis desinfektan dikalikan volume air dalam bak pemeliharaan yang dinyatakan dalam miligram (mg). 5.5 Kesehatan a) Dilakukan setiap bulan sekali; b) Dilakukan dengan biomolekuler dan mikrobiologi; c) Pengambilan contoh untuk pemeriksaan kesehatan udang dilakukan secara acak sebanyak 1% dari populasi, atau dengan asumsi prevalensi 20 % diambil sampel sebanyak 10 ekor baik untuk pengamatan visual maupun mikroskopik; d) Pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan adanya gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi udang; BSN 2014 5 dari 7

e) Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, bakteri) menggunakan mikroskop. BSN 2014 6 dari 7

Bibliografi Black C.A. 1965. Methods of Soil Analysis: Part I Physical and mineralogical properties.american Society of Agronomy, Madison. Subaidah, S, Prabowo, W.T, 2007, Breeding Program Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Laporan HasilPerekayasaan. Subjakto, S, Prabowo, W.T. 2009. Penerapan Bioteknologi dalam Produksi Induk Udang Vaname (Litopenaeus vannamei),. Makalah Seminar. Prabowo, W.T, Mulyadi, 2012. Penggunaan Pelet untuk Maturasi Sebagai Subtitusi Pakan Segar dalam Produksi Nauplius Udang Putih (Litopenaeus vannamei). Makalah Hasil Perekayasaan. BSN 2014 7 dari 7