BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut makanan yang dimanfaatkan atau dimakan hewan, termasuk ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan tubuhnya. Pakan ikan yang berasal dari alam disebut pakan alami dan dari buatan manusia disebut pakan buatan. Pada dasarnya, sumber pakan dari ikan peliharaan berasal dari pakan alami dan pakan buatan. Oleh karena jumlah pakan alami dalam kolam sangat terbatas dan kurang memadai maka agar laju pertumbuhan ikan yang baik, perlu diberikan pakan tambahan atau pakan buatan sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan buatan terdiri atas beberapa jenis, salah satu pakan buatan yang paling banyak dikenal adalah jenis pellet, yaitu pakan yang berbentuk butiran. Permasalahan yang sering menjadi kendala yaitu pembuatan pakan ini memerlukan biaya yang relative tinggi, bahkan mencapai 60 70 % dari seluruh biaya produksi. Umumnya harga pakan ikan yang terdapat dipasaran relative mahal. (kanisius,a.a.,1990) Alternatif pemecahan yang dapat diupayakan adalah dengan membuat pakan buatan sendiri melalui teknik sederhana dengan memanfaatkan sumber bahan baku yang relative murah. Tentu saja bahan baku yang digunakan harus memiliki kandungan nilai gizi yang baik, mudah didapat ketika diperlukan, mudah diolah dan diproses, mengandung zat gizi yang diperlukan oleh ikan dan berharga murah. Misalnya ampas tahu adalah limbah industri yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. (Mujiman,A.,2004)
Kroto adalah sebutan dalam bahasa jawa untuk larva dan pupa dari semut rangrang. Kroto ini terkenal dikalangan pecinta burung dan nelayan di Indonesia. Bagi pecinta burung, kroto sebagai makanan pembangkit gairah agar meningkatkan keterampilan burung-burung kicauan. Bagi nelayan, kroto semut popular sebagai umpan ikan. Kroto adalah telur yang dihasilkan oleh satu koloni semut rangrang. Semut rangrang atau dalam bahasa latin disebut Oecophylla smaragdina mempunyai nama berbeda-beda sesuai dengan daerah. (Sani,B.,2014) Ampas tahu merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai. Ampas ini mempunyai sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera ditangani dengan cepat. Pemanfaatan ampas tahu menjadi pakan merupakan pengolahan yang paling mudah karena hanya dengan cara mengeringkannya. Ampas tahu yang dihasilkan segera dikeringkan. Dalam kondisi kering, ampas tahu dapat disimpan lama (Sarwono, 2003). Amrih Joko Waspada (2012) telah melakukan penelitian tentang Performans Reproduktif Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Dalam Merespons Tingkat Penambahan Tepung Kroto Pada formulasi Pakan berbasis Bahan Baku Lokal dimana dihasilkan respons reproduktif ikan patin siam dengan penambahan tepung kroto pada pakan menghasilkan performans perkembangan kematangan gonad, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan dan sintasan larva yang lebih baik dibandingkan dengan pakan tanpa penambahan kroto (kontrol). Tingkat penambahan tepung kroto antara 5-15% pada pakan tidak mengakibatkan perbedaan performans respons reproduktif pada ikan patin. Arif tribina (2012) telah melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Silase Kering Ampas Tahu Untuk Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) diperoleh bahwa jumlah pemberian pakan yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan dan konversi pakan pada ikan Nila merah (Oreochromis niloticus). Jumlah pemberian pakan yang menghasilkan pertumbuhan optimum dan konversi pakan terbaik adalah 4,47% dari biomassa/hari (44,7 g/1 kg ikan/hari). Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa untuk
memberikan pertumbuhan yang optimum pada ikan Nila merah berukuran 4,13 ± 0,08 g, jika diberi pakan dengan formula seperti pada penelitian ini dalam pemeliharaan selama 21 hari, maka jumlah pemberian pakannya adalah 4,47% dari biomassa/hari (44,7g/1 kg ikan/hari). Untuk memperoleh konversi pakan yang lebih rendah perlu adanya penelitian lanjutan mengenai frekuensi pemberian pakan dengan formula yang sama pada ikan yang sama. Perlu juga adanya penelitian dasar mengenai komposisi asam amino pada ampas tahu dan silase kering ampas tahu. 1.2 Perumusan Masalah Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana variasi pencampuran pengaruh tepung telur semut rangrang, tepung ampas tahu, dan tepung tapioka dari pellet buatan yang memiliki daya apung tertinggi? 2. Bagaimana kandungan Gizi (protein, lemak, dan serat) dalam pellet buatan? 3. Bagaimana pengaruh penambahan pellet buatan terhadap penambahan dan penurunan ikan nila jika dibandingkan dengan pellet komersil? 1.3 Pembatasan Masalah 1. Ampas tahu yang digunakan diperoleh dari pabrik tahu di desa Tj. Beringin 2. Telur semut rangrang yang digunakan diperoleh dari desa Tj. Beringin 3. Tepung tapioka yang digunakan diperoleh dari Pasar sore Padang Bulan 4. Variasi sampel ditentukan dengan metode penyusunan formulasi pakan yaitu : perbandingan berat telur semut rangrang : tepung ampas tahu : tepung tapioka adalah : A = (55 : 40 : 5) ; B = (45 : 50 : 5) ; C = (35 : 60 : 5) ; D = (25 : 70 : 5) ; E = (15 : 80 : 5) 5. Lama pengamatan terhadap uji biologis pada ikan nila dilakukan selama 1 bulan dengan penimbangan 3 hari sekali 6. Bentuk pakan buatan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk silinder 7. Pakan komersil diperoleh dari toko Tani di Amplas 8. Ikan Nila diperoleh dari tambak ikan di Amplas
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahi variasi pencampuran pengaruh tepung telur semut rangrang, tepung ampas tahu, dan tepung tapioka dari pellet buatan yang memiliki daya apung tertinggi? 2. Untuk mengetahui kandungan Gizi ( protein, lemak, dan serat ) dalam pellet buatan? 3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan pellet buatan terhadap penambahan dan penurunan ikan nila jika dibandingkan dengan pellet komersil? 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap masyarakat khususnya bagi peternak ikan, sehingga pakan buatan yang dari campuran telur semut rangrang dan ampas tahu ini dapat dijadikan sebagai pakan alternatif yang dapat dikonsumsi oleh ikan. 1.6 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia / Kimia Bahan Makanan (KBM) Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara, Medan. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah eksperimen yang dilakukan di Laboratorium. Ampas tahu dan telur semut rangrang dikeringkan didalam oven pada suhu 105 0 C. Dihaluskan dengan menggunakan blender sampai berbentuk serbuk. Diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 100 mesh hingga diperoleh tepung ampas tahu dan tepung telur semut rangrang. Masing-masing tepung dicampur dengan perbandingan berat tepung ampas tahu : tepung telur semut rangrang : tepung tapioka : A = (55 : 40 : 5) ; B = (45 : 50 : 5) ; C = (35 : 60 : 5) ; D = (25 : 70 : 5) ; E = (15 : 80 : 5). Dan selanjutnya diproses menjadi pakan berbentuk pellet, kemudian dikeringkan pada suhu 60 0 C. Pellet inilah yang selanjutnya dianalisa
kadar lemak, kadar protein, dan kadar serat.pada tahap ini adalah proses pengujian secara biologis terhadap ikan nila dimana ikan dimasukkan kedalam akuarium yang dilengkapi aerator. Kemudian diberi pakan buatan 2 kali sehari. Dilakukan pergantian air dua hari sekali. Dihitung bobot ikan 2 hari sekali selama satu bulan. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tetap : - berat tepung tapioka - suhu pengeringan pellet 60 0 C - waktu penimbangan bobot ikan nila 3 kali sehari 2. Variabel bebas : - berat tepung ampas tahu - berat tepung telur semut rangrang 3. Variabel terikat : - uji kadar protein - uji kadar lemak - uji kadar serat kasar - uji biologis pada ikan