BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran seperti Wonosobo, Bandung, dan Cipanas. Di Indonesia, pengembangan subsektor hortikultura pada masa mendatang dipacu ke arah sistem agribisnis. Peranan komoditas hortikultura menyumbang cukup besar terhadap perbaikan gizi di masyarakat, peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis dan agroindustri, peningkatan ekspor serta pengurangan ekspor (Rukmana, 1994). Dilihat dari permintaan pasar dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Menurut data biro pusat statistik secara nasional diketahui bahwa ekspor selada pada tahun 2002 sebesar 47.942 ton dan meningkat menjadi 55.710 ton pada tahun 2003 (BPS, 2004). Tanaman selada (Lactuca Sativa L.) merupakan jenis tanaman sayuran yang dapat ditanam di daerah beriklim sedang maupun tropis yang dimanfaatkan daunnya sebagai bahan pangan yaitu sebagai lalapan atau penghias hidangan. Menurut sejarahnya, tanaman ini sudah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu. Selada mengandung berbagai senyawa yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti vitamin, asam folat, dan finonutrein. Tanaman selada berasal dari kawasan Asia Barat dan Amerika kemudian meluas ke berbagai negara meliputi Karibia, Malaysia, dan Filipina. Budidaya selada dalam perkembangan selanjutnya meluas ke negara-negara beriklim tropis (Rukmana, 1994). Tanaman selada dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 500-2000 mdpl dengan rentang suhu 15-20⁰C. Tanaman selada dapat tumbuh di lahan sawah maupun tegalan. Jenis tanah yang paling baik untuk budidaya selada adalah tanah dengan jenis Andosol maupun Latosol. Tanaman selada tumbuh baik dengan baik pada ph 5,0-6,5. Pada kondisi tanah yang terlalu asam, selada tidak dapat tumbuh dengan baik karena dapat mengalami keracunan Mg dan Fe. Tanaman selada merupakan tanaman yang tidak kuat terhadap curah hujan yang tinggi sehingga cocok ditanam pada akhir musim hujan yaitu pada sekitar Bulan April sampai Mei. Pada musim kemarau Tanaman selada membutuhkan penyiraman secara teratur karena tanaman ini juga tidak kuat dengan panas matahari yang terik (Rukmana, 1994). Tanaman selada dapat dibudidayakan menggunakan bijinya. Dibutuhkan sekitar 250 gr benih pada luas areal lahan 1 ha. Sebelum dilakukan penanaman, benih terlebih dahulu harus disemai yang dapat dilakukan di dalam kotak maupun di lahan. Penyemaian dilakukan kurang lebih selama satu bulan atau saat bibit tanaman sudah memiliki 3-5 helai daun. Kebutuhan air wajib dipenuhi pada masa awal penanaman yaitu saat
tanaman berumur 2 minggu. Penyiraman dapat langsung dilakukan dengan cara menyiramkan air ke bagian tanaman. Air yang terserap oleh tanaman, hanya sebagian kecil yang digunakan untuk proses metabolisme, sementara sebagian besar diuapkan kembali ke atmosfir melalui proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi merupakan proses gabungan dari evaporasi dan transpirasi di mana evaporasi merupakan poses penguapan air dari dalam tanah dan transpirasi merupakan penguapan air dari tubuh tanaman. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa proses evaporasi dan transpirasi tidak dapat dipisahkan karena tanah dan tanaman merupakan satu sistem di mana tanah berperan sebagai media tumbuh tanaman. Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya faktor-faktor iklim dan fisiologi vegetasi (Soewarno, 1995). Evapotranspirasi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus hidrologi. Evapotranspirasi berperan sebagai proses pembuangan air saat tanaman dan dipengaruhi oleh radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas mutu selada diperlukan sebuah inovasi teknologi baru yang dapat digunakan untuk mencapai besarnya sasaran produksi. Upaya peningkatan ini biasanya akan menaikkan biaya produksi. Dalam jangka panjang, pembangunan pertanian bertujuan mengembangkan pertanian modern, tangguh dan berkelanjutan yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan bagi petani. Sesuai dengan tujuan pembangunan tersebut, pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat berperan sebagai motor penggerak bagi petani dan masyarakat (Hermanto, 1998). Dewasa ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangatlah pesat yang dapat mendukung penelitian di berbagai bidang termasuk juga bidang pertanian. Teknologi sonic bloom merupakan teknologi terobosan yang bertujuan untuk membuat tanaman tumbuh lebih baik. Sonic bloom memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi yang berfungsi memacu membukanya mulut daun atau stomata yang dipadu dengan pemberian nutrisi (Mulyadi, 2005). Teknologi ini merupakan teknologi organik yang ramah lingkungan. Teknologi ini telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan dan perkebunan, antara lain jagung, padi, jahe, bawang merah, dan teh. Pada penelitian ini akan dilakukan karakterisasi energi gelombang suara yang diberikan melalui sonic bloom dengan genre musik yang berbeda dan pengaruhnya terhadap morfologi dan laju evapotranspirasi tanaman selada. Sonic bloom merupakan sebuah teknologi yang dapat digunakan untuk peningkatan usaha dalam budidaya selada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Collins, menyebutkan bahwa pemberian suara dengan rentang frekuensi 5000-13300 Hz pada tanaman dapat meningkatkan tinggi tanaman 2 cm dibandingkan dengan yang tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Lirong menyebutkan bahwa tanaman strawberry yang diberi suara mempunyai ukuran daun yang lebih luas
dibandingkan dengan yang tidak. Pemberian gelombang suara pada penelitian ini akan mengakibatkan variasi energi yang diterima oleh tanaman. Gelombang suara juga digunakan untuk modifikasi proses evapotranspirasi di mana evapotransipirasi berperan sebagai acuan pemberian air irigasi bagi tanama 1.2 Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penerapan teknologi sonic bloom pada budidaya tanaman selada dan pengaruhnya terhadap evapotranspirasi dan fisiologi tanaaman selada dari segi teknis. 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengaruh energi suara dan genre musik terhadap evapotranspirasi selada 2. Mengetahui pengaruh dari gelombang suara (energi dan genre) terhadap laju pertumbuhan 3. Mengetahui pengaruh dari gelombang suara (energi dan genre) terhadap pertambahan jumlah daun 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu referensi dalam rekayasa lingkungan untuk proses budidaya tanaman hortikultura pada umumnya dan tanaman selada pada khususnya, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas yang dihasilkan.