BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penampilan merupakan faktor penting bagi setiap orang terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Hal tersebut dikarenakan selain

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

Skala Kepercayaan Diri Tryout

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELIHAT IKLAN KECANTIKAN DENGAN BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI. Marshel Relipaletra Yulianti Dwi Astuti INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

UKDW. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah. Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dambaan dan daya tarik tersendiri

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. Deskripsi cantik fisik, setiap orang punya paham sendiri-sendiri. Orang

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN BABI. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB I. PENDAHULUAN. orang yang menginginkan kulit yang sehat, khususnya wanita yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menerima semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

I. PENDAHULUAN. konsumen juga dapat mengambil keputusan tentang jenis produk, jumlah produk

I. PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Dalam kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction. body image sebagai suatu sikap dan penilaian individu mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya

Anak yang berorangtua obesitas, berpeluang menjadi obesitas 60 90%.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya adalah permasalahan fisik yang berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan (Pratama, 2011). Misalnya badan menjadi lebar, bagian-bagian tubuh yang tadinya tidak mengandung lemak atau sedikit mengandung lemak kini menjadi ada lemaknya atau bertambah banyak. Seorang remaja dengan inisial RS tinggi badan sekitar 150 sentimeter dan rambut ikal, RS merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya. RS pun rela menghabiskan waktu seharian untuk meluruskan rambutnya dengan rebonding, RS selalu memilih sepatu berhak tinggi agar bisa mendongkrak tinggi tubuhnya (Basyeban, 2006). Seperti halnya dengan RS, remaja putri bernama Putri, sudah 2 jam Putri, tercenung di depan kaca riasnya, seolah tidak pernah puas dengan tata rias yang berulang kali dihapus dan dioles kembali. Usianya baru 15 tahun, namun Putri amat sangat mencemaskan wajahnya, terutama kulit dan bibir. Kulit Putri sebenarnya sawo matang kecoklatan yang membuat wajahnya tampak manis, namun Putri tidak senang dengan warna kulitnya dan ia sangat mendambakan kulit putih bersih mengkilat seperti artis yang dilihat di televisi. Sudah habis beberapa produk pemutih. Berulang kali Putri pegi ke dokter kulit, ke salon atau ke spa untuk memutihkan kulit, namun sepertinya tidak membawa hasil. Sudah 1

2 banyak uang yang ia habiskan untuk penampilannya. Belum lagi keluhannya tentang bentuk bibir yang menurutnya terlalu lebar dan ia sangat tidak percaya diri karenanya. Putri pun semakin menyendiri dan enggan berkumpul dengan temantemannya (, 2010). Fisik yang ideal menjadi dambaan setiap orang, terutama bagi wanita khususnya pada remaja. Untuk mencapai hal itu, banyak remaja yang berkunjung ke salon atau pun klinik kecantikan seperti halnya kasus diatas. Klinik-klinik kecantikan merupakan tempat yang diburu banyak perempuan untuk memperindah tubuh. Menjamurnya klinik kecantikan ini tak lepas dari tren perempuan di luar negeri yang makin gemar ke klinik kecantikan. Di Singapura dan Amerika misalnya, iklan klinik kecantikan terpadu, bisa menyita halaman depan koran atau terpampang di papan iklan besar di jalan utama (Adinfo, 2008). Fenomena di Indonesia, terjadi di Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua dengan jumlah penduduk lebih dari 4 juta jiwa, merupakan tempat bisnis yang berkembang dengan pesat, khususnya klinik kecantikan. Berdasarkan data sekunder, diketahui banyaknya klinik kecantikan yang mempunyai izin di Surabaya hanya sebanyak 52 klinik sedangkan menurut sumber internet, jumlah klinik dan salon yang terdaftar sebanyak 159 buah (Mind, 2008). Berdasarkan fenomena yang ada, kebutuhan untuk mempercantik diri pada remaja putri semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena timbulnya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal dengan tubuh mereka. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Beberapa keprihatinan terhadap tubuh yang dihadapi remaja, merupakan lanjutan dari

3 berbagai keprihatinan diri yang dialami pada masa remaja dan pada awal kondisikondisi yang masih berlaku. Kepedulian terhadap citra tubuh tersebut dapat muncul karena para remaja menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, individu yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik daripada mereka yang kurang menarik (Hurlock, 2002). Remaja putri selalu membandingkan antara tinggi badan, berat badan dan bentuk tubuhnya dengan teman-teman sebaya (Iswari dan Hartini, 2005). Timbulnya kesenjangan antara bentuk tubuh ideal berdasarkan budaya, dengan bentuk tubuh aktual menyebabkan perempuan mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh (Asri dan Setiasih, 2004). Ketidakpuasan pada bentuk tubuh menurut Rosen dan Reiter (dalam Asri dan Setiasih, 2004) adalah keterpakuan pikiran akan penilaian yang negatif terhadap tampilan fisik dan adanya perasaan malu dengan keadaan fisik ketika berada di lingkungan sosial. Hasil penelitian Pratiwi (2009) di Indonesia menyebutkan bahwa remaja putri melakukan suntik kurus untuk mendapatkan tubuh yang ideal. Remaja putri beranggapan ukuran sudah sangat berlebih, banyak timbunan lemak yang sangat mengganggu meskipun orang lain menilainya berlawanan. Bagian tubuh yang dirasa kurang memuaskan adalah paha dan perut. Asri dan Setiasih (2004) menyatakan bahwa di Surabaya kategori ketidakpuasan bentuk tubuh pada wanita penyandang obesitas tergolong pada kategori tinggi dan sedang sebanyak 45,45%. Pada wanita yang mengalami obesitas memilih metode akupuntur untuk mendapatkan tubuh yang ideal.

4 Setyorini (2010) dalam hasil penelitian yang dilakukan di Semarang menyebutkan remaja putri (87,1 %) belum menjalankan perilaku makan yang baik dan 48,4 % merasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuh yang dimiliki. Remaja putri yang menganggap tubuhnya kurang ideal atau yang mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh belum menjalankan perilaku makan yang baik. Penelitian yang digagas oleh Harvard University bekerjasama dengan Dove, sebuah merek produk yang berkomitmen terhadap perawatan kecantikan wanita, menyebutkan bahwa hanya 2% wanita di dunia dan tidak sampai 3% wanita Asia yakin dan menganggap diri mereka cantik, di negara Indonesia tidak sampai 40% merasa puas dengan kecantikannya, dalam hal ini arti kecantikan dinilai berdasar perilaku wanita terhadap berberapa hal, salah satunya penampilan tubuh (Moernantyo, 2005). Dieny (2009) dalam hasil penelitian yang dilakukan di Semarang menyebutkan remaja berusia 14-17 tahun, 68,2% menginginkan bentuk tubuh tinggi langsing, dan 50,4% pernah melakukan upaya pencapaian bentuk tubuh ideal secara tidak tepat, antara lain dengan diet yang salah (22,2%), konsumsi obat atau teh pelangsing (9,3%), diet dan olahraga berlebih (37%). Persen lemak tubuh dan pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap citra tubuh. Herawati (dalam Suprapto dan Aditomo, 2007) melakukan penelitian di Jakarta pada tahun 2003, didapatkan informasi bahwa sebanyak 40% perempuan berusia 18-25 tahun mengalami body dissatisfaction dalam kategori tinggi, dan 38% dalam kategori sedang.

5 Suatu studi di Amerika Serikat mengenai body-image para remaja. Penelitian ini menunjukkan hasil hampir 70% remaja putri yang menjadi sampel penelitian ini mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal, hanya 15% diantara mereka yang benar-benar menderita obesitas (dalam Iswari dan Hartini 2005). Robinson (dalam Suprapto dan Aditomo, 2007) di Amerika, dari tahun ketahun jumlah wanita yang mengalami ketidakpuasan bentuk tubuh bertambah. Hal ini ditunjukkan dari hasil survei dari tahun 1973-1997. Tahun 1973 sebanyak 25% perempuan tidak puas terhadap keseluruhan penampilannya, pada tahun 1986 jumlah perempuan tidak puas terhadap keseluruhan penampilannya meningkat menjadi 38%, dan pada tahun 1997 jumlahnya mencapai 56%. Tingginya kadar ketidakpuasan bentuk tubuh dan mendorong remaja putri di Irlandia untuk melakukan diet, dapat dilihat bahwa terdapat 80 % remaja yang menyatakan bahwa penting bagi mereka untuk menjadi kurus dan 49 % terlibat dalam beberapa bentuk perilaku diet (Mooney, 2010). Levine & Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut, dan paha. Dalam sebuah penelitian survey ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya menurut Kostanski & Gullone (dalam Pratama, 2011). Hasil penelitian Sim dan Zeman (2006). bahwa tingkat ketidakpuasan bentuk tubuh dapat menyebabkan gangguan makan pada remaja putri, antara lain anoreksia dan bulimia.

6 Ada faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan sosok tubuh seseorang, antara lain : first impression culture, kepercayaan bahwa adanya kontrol diri dapat memberikan jalan untuk mencapai tubuh ideal, standar kecantikan yang tidak mungkin dapat dicapai, rasa tidak puas yang mendalam terhadap kehidupan dan diri sendiri, dan kebutuhan akan kontrol (Brehm, 1999). Lebih lanjut, salah satu faktor dari ketidakpuasan bentuk tubuh adalah kebutuhan akan kontrol. Sebagai contoh jika seseorang yang kurang puas terhadap fisiknya, orang tersebut akan berusaha dengan berbagai cara untuk membuat dirinya puas akan penampilan fisiknya, jika seseorang merasa dirinya gemuk, maka orang tersebut akan mencoba berbagai cara agar berat badannya ideal (Brehm, dalam Asri dan Setiasih, 2004). Hasil penelitian lain yang dilakukan Wolman, dkk (1994) menyatakan bahwa ketidakpuasan citra tubuh pada remaja putri dikarenakan sedikitnya emosi positif yang mereka miliki. Para remaja putri tidak mampu mengontrol emosi seperti sering merasa kecewa, sedih, serta marah sehingga dalam menilai tubuh atau fisik mereka hanyalah rasa tidak puas atau tidak suka yang muncul. Thompson (1994) mengemukakan kemampuan mengontrol status emosi dan perilaku sebagai cara mengekspresikan emosi agar sesuai dengan lingkungan di sekitarnya adalah regulasi emosi. Regulasi emosi dikategorikan sebagai keadaan yang otomatis dan terkontrol, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi peningkatan, penurunan atau pengelolaan emosi negatif atau emosi positif. Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menilai pengalaman emosi mereka dan kemampuan mengontrol, mengekspresikan emosi dan perasaan

7 tersebut dalam kehidupan sehari-hari inilah yang disebut kemampuan regulasi emosi (Bonanno & Mayne, 2001). Berdasarkan penjelasan di atas, tidak semua remaja putri mampu memandang positif terhadap tubuhnya. Pada masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Keadaan emosi pada remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampaknya irasional. Menurut Gasell, dkk (dalam Hurlock, 2002) remaja seringkali mudah marah, responsif, emosinya cenderung meledak dan tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah terdapat hubungan antara regulasi emosi dan ketidakpuasan sosok tubuh pada remaja putri?

8 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui hubungan antara regulasi emosi dengan ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja putri. 2. Mengetahui tingkat regulasi emosi pada remaja putri. 3. Mengetahui tingkat ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja putri. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi subjek penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai pentingnya regulasi emosi sehingga para subjek penelitian lebih mampu menghargai fisik mereka dan mampu menerima kelebihan serta kekurangan fisik mereka. 2. Bagi ilmuwan psikologi, penelitian ini diharapkan memberikan informasi, memperdalam, memperkaya, dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan mengenai hubungan regulasi emosi dengan ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja putri. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan sumbangan data dan ilmu perihal ketidakpuasan bentuk tubuh dan variabel variabel berhubungan.