PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB II IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

ANALISIS KESULITAN KONSEP STRUKTUR KRISTAL PADA PERKULIAHAN FISIKA ZAT PADAT BAGI CALON GURU FISIKA

Keywords: Concepts, Misconceptions, Certainty Response Indeks (CRI).

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako

REMEDIASI MISKONSEPSI MEMBACA GRAFIK GERAK LURUS DENGAN PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY

Kata Kunci : Konsepsi, Peserta Praktikum, CRI, Gerak Jatuh Bebas, Gerak Harmonis Sederhana.

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar

DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA Aprilia Dwinta Karlina, Drs.Trustho Raharjo,M.Pd., Drs. PujayantoM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konsepsi, Prakonsepsi, dan Miskonsepsi. Defenisi tentang konsep banyak diungkapkan oleh para ahli dan

PENGEMBANGAN SOFTWARE PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA SOFTWARE DEVELOPMENT FOR DETECTING CHEMICAL MISCONCEPTIONS. Abstract

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

IDENTIFIKASI MISKONSESPI SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII DI MTsN RUKOH

ANALYSIS OF STUDENT MISCONCEPTIONS IN PHYSICS LEARNING OF STATIC FLUID MATERIALS USING CERTAIN OF RESPONSE INDEX (CRI) METHOD IN SMAN 7 PEKANBARU

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisia Kesalahan. 1. Konsep

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK BERFORMAT FOUR-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA TOPIK USAHA DAN ENERGI

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

IDENTIFIKASI PEMAMAHAN KONSEP FISIKA TERHADAP POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA PADA SISWA SMA. Mohammad Khairul Yaqin

Tingkat Pemahaman Konsep Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret pada Materi Momentum

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

Mustafa Ramadhan 1, Sunardi 2, Dian Kurniati 3

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

ANALISIS BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XI SEMESTER I PADA TINJAUAN KESALAHAN KONSEPNYA

PENGARUH REMEDIASI TERHADAP MISKONSEPSI FISIKA SISWA SMA KELAS X

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Pada Konsep Gaya

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI GAYA GESEK DENGAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX TERMODIFIKASI ARTIKEL PENELITIAN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GASAL. Abstrak

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE

BAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Upaya Mengungkap Miskonsepsi pada Konsep Mekanika dan Termofisika

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

STUDI MISKO SEPSI PESERTA DIDIK KELAS IX SMP EGERI 1 MAKASSAR PADA

MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH GENETIKA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

UNESA Journal of Chemical Education Vol 6, No.2 pp , May 2017

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA TOPIK SUHU DAN KALOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment one group pretest

REMIDIASI MISKONSEPSI KINEMATIKA DENGAN UMPAN BALIK CEPAT MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER DAN DEMONSTRASI TESIS

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI TENTANG KONSEP GERAK DAN GAYA PADA SISWA KELAS XI IPA SMAN I TITEHENA

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA SMA SEKECAMATAN KAPUAS TENTANG GERAK MELINGKAR BERATURAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Mahasiswa memahami konsep tentang gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan

2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST

MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL-VERBAL SEIMBANG MENGGUNAKAN CONCEPTUAL CHANGE PADA KONSEP IKATAN KIMIA

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

MODEL PPE (PEMBIMBINGAN, PRESENTASI, EVALUASI) UNTUK REMEDI MISKONSEPSI IPA SISWA SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN MODEL STAD DAN ROLE PLAYING

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP/MTs PADA MATERI GERAK MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST. Fita Fatimah 1)

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA KONSEP TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh: Aprilia Dwinta Karlina NIM K

Kata Kunci: Konsepsi, Perubahan Konsepsi, Gaya dan Gerak

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

EFEKTIFITAS GABUNGAN TES SUBJEKTIF DAN TES OBJEKTIF DALAM MENGEVALUSI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 11 BANDA ACEH

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI MEKANIKA DENGAN MENGGUNAKAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

Efektifitas Pembelajaran Induktif Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Makassar

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

Transkripsi:

Pengembangan Tes Diagnostik Untuk PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENDETEKSI MISKONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI Aprillia Dwi Ardianti Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro aprilliadwia@unugiribjn.ac.id Ita Aristia Sa ida Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro itaaristia@unugiri.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan tes diagnostik berbentuk multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi mahasiswa pada mata kuliah fisika dasar. Penelitian dilaksanakan di mahasiswa semester 1 Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro pada tahun ajaran 2017/2018. Teknik pengumpulan data adalah dengan memberikan soal diagnostik berbentuk multiple choice dengan dilengkapi Certainly of Response Index (CRI). Teknik analisis adalah teknik deskriptif kualitatif. Miskonsepsi mahasiswa pada instrumen tes yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dikelompokkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dicari persentasenya. Besar presentase ini menyatakan seberapa besar salah konsep yang dialami mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan pada sub pokok bahasan pengertian usaha terdapat 80% mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, pada sub pokok bahasan usaha pada gaya jatuh bebas terdapat 91,4% mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, dan pada pokok bahasan hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda terdapat 77,1% mahasiswa yang mengalami miskonsepsi. Kesimpulannya adalah bahwa cara mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan memberikan tes diagnostik yang berbentuk multiple choice dengan dilengkapi CRI yang menggambarkan keyakinan siswa terhadap kebenaran alternatif jawaban yang dipilih. Kata Kunci: Miskonsepsi, Tes Diagnostik, CRI, Usaha dan Energi Abstact This research aims to develop diagnostic tests to detect multiple choice to detect the misconception of students on Physics. Research conducted is at the University of Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro first semester in academic year 2017/2018. Data collection is to provide diagnostic questions in the form of multiple choice wit CRI. It used descriptive qualitative. Student misconceptions on the instrument the test described by words or sentences are grouped by category to derive the conclusion. The data obtained is tabulated and look for the percentage. A large percentage of it states how large the wrong concept that experienced students. The results showed business understanding subjects sub there are 80% of the students are having a misconception, on sub subject effort at style free fall there were 91.4% of the students are having a misconception, and on the subject of relationship with work done there were 77.1% objects of students who experience the misconception. The result show that it can be inferred that detecting a misconception can be done by providing diagnostic tests in the form of multiple choices with equipped CRI describing beliefs of students against the truth the selected answers. Keywords: Misconception, Diagnostic Test, CRI, Effort and Energy 256

Ed-Humanistics. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2018 PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengetahui begitu pentingnya peranan dari ilmu fisika, sudah semestinya konsep fisika ini dapat dipahami dengan benar oleh mahamahasiswa. Kesulitan dalam mempelajari fisika dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Adapun penyebab miskonsepsi diantaranya yaitu mahamahasiswa, dosen, modul, dan cara mengajar. Dalam proses pembelajaran fisika hampir semua dosen menghadapi kendala bagaimana menanamkan konsep dengan benar di kepala mahamahasiswa, karena mahamahasiswa tidak memasuki pelajaran fisika dengan kepala kosong yang dapat diisi pengetahuan fisika dengan mudah. Sebelum mendapatkan pelajaran formal di universitas, mahamahasiswa sudah mendapatkan pengalaman dari lingkungan hidupnya yang berhubungan dengan fisika. Ketika mendapatkan pengalaman tersebut, secara tidak langsung mahasiswa telah membangun konsepi menurut pikirannya sendiri. Konsep adalah benda-benda, kejadiankejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol (objects, events, situations, or properties that possesscommon critical attributcs and are designated in any given culture by some accepted sign or symbol (Ausubel et al., 1978, hal. 105). Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Konsepsi merupakan tafsiran perorangan terhadap suatu konsep. Konsepsi yang dimiliki mahasiswa pasti berbeda dengan konsepsi kompleks yang dimiliki para fisikawan. Namun jika konsepsi yang dimiliki mahasiswa sesuai dengan konsepsi fisikawan dalam bentuk sederhana, maka dapat dinyatakan konsepsi itu benar. Sebaliknya jika konsepsi yang dimiliki mahasiswa tidak sesuai atau bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka disebut mahasiswa tersebut mengalami miskonsepsi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah semestinya dosen sebagai seorang pengajar harus mengetahui konsepsi awal yang sudah dimiliki oleh mahasiswa sebelum belajar. Sehingga dosen dapat merancang proses pembelajaran dan proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik. Miskonsepsi yang berasal dari mahasiswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara lain: 1. Prakonsepsi atau konsep awal mahasiswa Banyak mahasiswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum mahasiswa mengikuti pelajaran formal di bawah bimbingan dosen. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya sampai kesalahan itu diperbaiki. 2. Pemikiran asosiatif mahasiswa Asosiasi mahasiswa terhadap istilahistilah sehari-hari kadang-kadang juga membuat miskonsepsi (Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborne, 1982; Marioni, 1989). Contohnya, mahasiswa mengasosiasikan gaya dengan aksi atau gerakan. Gaya oleh banyak mahasiswa dianggap selalu menyebabkan gerakan. Maka jika mahasiswa tidak melihat suatu benda bergerak, mereka memastikan tidak ada gaya. Padahal dalam fisika itu tidak selalu benar. 3. Pemikiran Humanistik kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusia (Gilbert, Watts, Osborne, 1982). Bendabenda dan situasi dipikirkan dalam pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak cocok. 4. Reasoning yang Tidak Lengkap/Salah Menurut Comins (1993), miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau penalaran mahasiswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh 257

Pengembangan Tes Diagnostik Untuk atau data yang didapatkan tidak lengkap. Akibatnya, mahasiswa menraik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi mahasiswa. 5. Intuisi yang salah Intuisi yang salah dan perasaan mahasiswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum diteliti secara obyektif dan rasional. 6. Tahap Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif mahasiswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi mahasiswa. Secara umum, mahasiswa yang masih dalam tahap operasional concrete bila mempelajari suatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep bahan tersebut. 7. Kemampuan yang kurang berbakat fisika atau kurang mampu dalam mempelajari fisika sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar. 8. Minat Belajar yang tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang berminat untuk belajar fisika dan kurang memperhatikan penjelasan dosen mengenai pengertian fisika yang baru. Menurut Katu (dalam Asma & Masril, 2002), untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan sebagai berikut. a) Memberi tes diagnostik pada awal perkuliahan atau pada setiap akhir pembahasan. Bentuknya dapat berupa tes obyektif pilihan ganda atau bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik, atau penjelasan dengan kata-kata b) Dengan memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri atau kelompok sebagai tugas akhir pengajaran atau tugas pekerjaan rumah. c) Dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse question) atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem). d) Dengan mengoreksi langkah-langkah yang digunakan mahasiswa atau mahamahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal esai. e) Dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan terbuka secara lisan kepada mahasiswa atau mahamahasiswa. f) Dengan mewawancarai misalnya dengan menggunakan kartu pertanyaan Penelitian tentang konsepsi dalam fisika sudah banyak dilakukan oleh beberapa mahamahasiswa dan beberapa dosen dalam berbagai materi diantaranya oleh M.Halomoan,M.Pd. yang meneliti tentang analisis konsepsi dosen mata pelajaran fisika madrasah aliyah terhadap konsep gaya pada gaya benda diam dan bergerak, Arwan Isliyanti dan Rizal Kurniadi yang meneliti pembuatan kumpulan pembahasan miskonsepsi pada beberapa topik materi mekanika, Dr.Johar Maknun, M.Si dalam upaya mengungkap miskonsepsi pada konsep mekanika dan termodinamika dan masih banyak lagi. Berdasarkan banyaknya konsepsi dalam beberapa materi yang telah ditemukan peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai konsepsi mahasiswa tentang usaha dan energi. METODE Jenis Penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci untuk menelusuri pengetahuan awal miskonsepsi mahasiswa. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan soal diagnostik berbentuk multiple choice dengan dilengkapi Certainly of Response Index (CRI). Dengan penggunaan CRI ini akan dapat membedakan mahasiswa yang kurang pengetahuan dengan mahamahasiswa yang mengalami miskonsepsi. Penelitian ini dilaksanakan di UNUGIRI. Subjek penelitian berjumlah 35 mahasiswa tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2017. Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah: 258

Ed-Humanistics. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2018 1. Persiapan dan perencanaan penelitian Dalam tahap ini disusun seperangkat tes sebanyak 10 item yang berbentuk multiple choice dengan lima option pilihan untuk masing-masing item tes. Pada tiap item soal dilengkapi dengan alasan memilih jawaban dan juga CRI yang menggambarkan keyakinan mahasiswa terhadap kebenaran alternatif jawaban yang dipilih. CRI ini terdiri dari 5 skala yaitu tidak yakin, kurang yakin, ragu-ragu, yakin, dan sangat yakin. 2. Pelaksanaan penelitian Pada tahap pelaksanaan dibagikan soal diagnostik tersebut dan dikerjakan dalam waktu 60 menit. 3. Penyajian hasil penelitian Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik deskriptif kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis jawaban mahasiswa. Dari tes diagnostik, miskonsepsi mahasiswa pada instrumen tes yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dikelompokkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dicari persentasenya. Besar presentase ini menyatakan seberapa besar salah konsep yang dialami mahasiswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentasenya adalah: (Sudjana, 2005:129) Dengan: P = angka persentase miskonsepsi F = frekuensi jawaban miskonsepsi N = banyaknya jawaban HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tes diagnostik (multiple choise) yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa pada 10 item soal tentang usaha dan energi yang diberikan didapatkan beberapa item soal yang presentase miskonsepsinya cukup besar yaitu pada sub pokok bahasan pengertian dari usaha, sub pokok bahasan usaha pada gaya jatuh bebas dan vertikal, serta pada sub pokok bahasan hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda. Untuk memberikan deskripsi tentang kenyataan mahasiswa yang mengalami miskonsepsi, berikut ini akan disajikan data miskonsepsi yang telah ditemukan dalam pemberian 10 item tes multiple choice yang telah diberikan. 1. Pada sub pokok bahasan pengertian usaha Apabila kita mendorong sebuah buku yang terletak diatas permukaan meja hingga buku bergerak maka kita melakukan usaha pada buku tersebut. Jika sebuah benda jatuh ke permukaan bumi karena ditarik oleh gaya gravitasi bumi maka gaya gravitasi bumi melakukan usaha pada benda tersebut. Sebaliknya, apabila kita mendorong sebuah mobil dengan sekuat tenaga namun benda itu tidak bergerak maka kita tidak melakukan usaha pada benda tersebut. Namun saat diberikan sebuah soal ilustrasi tentang usaha tersebut, mahasiswa masih banyak yang mengalami miskonsepsi. Adapun datanya adalah sebagai berikut. Tabel 1. Miskonsepsi mahasiswa pada sub pokok bahasan pengertian usaha Kategori Jumlah % Miskonsepsi 30 85,7 Konsep ilmiah 5 14,3 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa prosentase miskonsepsi mahasiswa sangatlah tinggi. Setelah dianalisis, penyebab miskonsepsi ini adalah pemikiran asosiatif mahasiswa. menganggap bahwa jika kita telah melakukan sesuatu itu selalu dikategorikan bahwa kita telah melakukan usaha, padahal dalam fisika tidak selalu begitu. 2. Pada sub pokok bahasan usaha pada gaya jatuh bebas dan vertikal Usaha yang dilakukan oleh gaya berat itu tidak selalu bernilai nol. Pada kasus benda yang didorong atau ditarik mempunyai gaya berat nol karena arah berat tegak lurus dengan arah perpindahan benda. Sedangkan pada benda yang arah beratnya sama atau berlawanan dengan arah perpindahan benda tidak bernilai nol. Pada item soal yang membahas tentang usaha pada jatuh bebas dan vetikal ini mahasiswa masih mengalami miskonsepsi, dapat dilihat pada tabel berikut. 259

Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Tabel 2. Miskonsepsi mahasiswa pada sub pokok bahasan Usaha pada gaya jatuh bebas dan vertikal Kategori Jumlah % Miskonsepsi 32 91,4 Konsep ilmiah 3 8,6 Berdasarkan Tabel 2 diatas terlihat bahwa dalam pokok bahasan usaha pada gaya jatuhy bebas dan vertikal mempunyai prosentase miskonsepsi yang sangat tinggi. Adapun miskonsepsi ini terjadi dikarenakan adanya reasoning yang tidak lengkap/salah. menganggap bahwa usaha pada gerak vertikal dan gerak jatuh bebas itu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan gaya gravitasi bumi. Gerak vertikal melakukan usaha karena berlawanan dengan gravitasi bumi sedangkan gerak jatuh bebas tidak melakukan usaha karena searah dengan gaya gravitasi bumi. Padahal pada hakikatnya yang mempengaruhi nilai usaha suatu benda adalah arah perpindahan benda tersebut bukan gaya gravitasi bumi. 3.Pada sub pokok bahasan hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda Pada usaha yang dilakukan oleh suatu benda tidak bisa lepas dari besar gaya yang bekerja pada benda itu. Secara matematis usaha yang dilakukan oleh gaya konstan pada sebuah benda didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya atau komponen gaya yang searah dengan perpindahan benda. Namun pada saat saat diberikan soal tentang hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda, masih banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi. Tabel 3. Miskonsepsi mahasiswa pada sub pokok bahasan Hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda Kategori Jumlah % Miskonsepsi 27 77,1 Konsep ilmiah 8 22,9 Berdasarkan Tabel 3 diatas, pada sub bahasan hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda, mahasiswa juga mempunyai tingkat miskonsepsi yang tinggi. Setelah dianalisis, miskonsepsi ini terjadi dikarenakan reasoning yang tidak lengkap dan intuisi yang kurang tepat. Banyak mahasiswa yang berfikiran bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya berat dan gaya pegas selama benda mulai bergerak dari posisi awal hingga benda kembali lagi ke posisi awal itu mempunyai nilai bukan nol. Ketiga sub pokok bahasan inilah yang mempunyai tingkat miskonsepsi sangat tinggi dalam penelitian mendeteksi miskonsepsi mahasiswa pada materi usaha dan energi yang telah dilakukan. Adapun langkah yang seharusnya dilakukan setelah mendapatkan hasil bahwa mahasiswa masih mempunyai tingkat miskonsepsi yang tinggi ini adalah melakukan remidiasi. Adapaun perencanaan remediasi oleh peneliti adalah menerapkan pembelajaran inkuiri yang menekankan pada langkah remediasi dengan konflik kognitif dan interaksi pasangan. Model pembelajaran inkuiri ( Eggen dan Kauchak: 1995) diimplementasikan dalam 5 tahap, yaitu: a. Mengidentifikasi masalah ( identifying a question or problem) Masalah atau pertanyaan bisa muncul secara natural dari diskusi kelas. Dosen dapat merencanakan pemunculan masalah dan mengarahkan mahasiswa pada tujuan yang diinginkan. Untuk memperjelas masalah, dosen dapat menuliskan masalah tersebut di papan dan meminta mahasiswa untuk menjelaskan masalah tersebut dengan kata-katanya sendiri atau menghubungkannya dengan diskusi awal. b. Merumuskan hipotesis ( making hypotheses) Dosen meminta mahasiswa untuk merumuskan dugaan awal (hipotesis). Semua pendapat diterima dan dicatat kemudian mahasiswa diminta untuk menentukan hipotesis yang relevan dengan masalah. Hipotesis ini digunakan mahasiswa untuk menentukan variabelvariabel dalam pengumpulan data. c. Mengumpulkan data (Gathering Data) Dosen memfasilitasi kegiatan mahasiswa dalam pemecahan masalah namun membatasi dalam pemberian informasi dan bantuan sehingga 260

Ed-Humanistics. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2018 mahasiswa dapat memperoleh pengalaman lebih ketika melakukan pemecahan masalahnya sendiri. d. Menganalisis data ( Data Analysis or Assessing hypotheses) Dosen meminta mahasiswa untuk menganalisis data yang sudah diperoleh. dapat menganalisis data baik dengan membandingkan beberapa variabel atau mengetahui hubungan dua variabel. Selain itu juga mahasiswa harus membandingkan hasil data tersebut dengan hipotesis yang diperoleh di awal. Jika data mendukung hipotesis, maka hipotesis tersebut dinyatakan benar. Tetapi sebaliknya jika data tidak mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut salah. e. Menyimpulkan (Generalizing) Dosen mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan hasil dari pemecahan masalah, yaitu mengenai kesesuaiannya dengan hipotesis dan mencapai generalisasi atau jawaban dari permasalahan di awal pembelajaran. Dengan menguji konsep yang dimiliki mahasiswa, misalnya dengan menghadapkan mahasiswa pada suatu masalah, demonstrasi fisika adalah cara yang bagus untuk menghasilkan konflik kognitif karena banyak percobaan fisika yang hasilnya bertentangan dengan intuisi atau dengan prakonsepsi kita. Diberikannya konflik kognitif bertujuan untuk DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D.P. et.al. 1978. Educational Phychology A cognitive View. Second Edition. Newyork. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia memunculkan masalah pada pemikiran mahasiswa sekaligus memotivasi mahasiswa untuk lebih tertarik pada materi pembelajaran. Interaksi pasangan diterapkan ketika pembagian kelompok. Dalam hal ini, mahasiswa yang memiliki konsepsi berbeda dikumpulkan dalam satu kelompok yang dimaksudkan agar mahasiswa bisa terlibat aktif dalam diskusi. Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri (inquiry learning) pada mahasiswa diharapkan dapat memberi pengaruh positif terhadap proporsi penurunan miskonsepsi mahasiswa pada materi usaha dan energi. SIMPULAN Berdasarkan data dan analisis yang telah disampaikan di atas, pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Pada materi usaha dan energi masih banyak ditemukan miskonsepsi pada beberapa sub pokok bahasan yaitu pada sub pokok bahasan pengertian dari usaha, usaha pada gaya jatuh bebas dan vertikal, dan hubungan gaya dengan usaha yang dilakukan benda. (2) Cara mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan memberikan tes diagnostik yang berbentuk multiple choice dengan dilengkapi CRI yang menggambarkan keyakinan mahasiswa terhadap kebenaran alternatif jawaban yang dipilih. Tipler, Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. Masril & Nur Asma. 2002. Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan Force Concept Inventory dan Certaninity of Response Index. Jurnal Himpunan Fisika Indonesia. Van Heuvelen, A. & Xueli, Zou. 2001. Multiple representations of workenergy processes. Americans Journal of Physics 261