BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah pusat yang memberikan kewenangan dalam kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. tidak meratanya pembangunan yang berjalan selama ini sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah (PEMDA), Pemerintah Pusat akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi desentralisasi menandai proses demokratisasi di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya flypaper effect pada

BAB I LATAR BELAKANG. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia saat ini semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi ciri yang paling menonjol dari hubungan keuangan antara pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.32 tahun

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

BAB I PENDHULUAN. kebijakan otonomi daerah yang telah membawa perubahan sangat besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia telah memulai babak baru dalam kehidupan bermasyarakat sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif dalam menangani sejumlah masalah berkaitan dengan stabilitas dan. pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sidik et al, 2002) UU No.12 tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. maka daerah akan lebih paham dan lebih sensitif terhadap kebutuhan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan. merata berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar negara republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengembangkan potensi daerah tersebut maka pemerintah daerah

PERKEMBANGAN DAN HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

: Maytias Tri Pratiwi NPM :

BAB I PENDAHULUAN. dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sejalan dengan menguatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

Jawa Timur Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Bab VI tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hakhak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Kemudian, terdapat perubahan yang ditetapkan tahun 2002 dimana dalam Pasal 18 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiaptiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pasal tersebut yang selanjutnya digunakan sebagai landasan bagi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Hal tersebut juga diungkapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara yang dimaksud dengan Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah secara efektif berlaku pada tanggal 1 Januari 2001, yang merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Menurut Sidik dkk dalam 1

2 Wahyuni (2015) desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah. Otonomi daerah yang dilaksanakan membutuhkan sumber-sumber pendanaan. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, penerimaan daerah dari pusat dalam pelaksanaan Desentralisasi salah satunya berasal dari Dana Perimbangan. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan tersebut yaitu Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintahan daerah dan antar-pemerintah daerah. Sementara pendanaan dari dalam daerah sendiri, dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan salah satunya adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa, Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan Desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan dalam meningkatkan kemampuan daerahnya untuk menerima pendapatan dari dalam daerah sendiri dan untuk membiayai keperluan daerahnya sendiri. Menurut Simanjuntak dalam Wahyuni (2015), pada praktiknya transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama Pemda untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak

3 mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antara pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri. Salah satu fenomena dari otonomi daerah di Indonesia adalah ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Ketergantungan ini dapat dilihat dari aspek keuangan. Menurut banyak literatur, Flypaper Effect merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintahan daerah merespon belanja daerah lebih banyak dengan menggunakan dana transfer (grants) yaitu Dana Alokasi Umum (DAU) daripada menggunakan kemampuan daerahnya sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penelitian sebelumnya telah banyak mengangkat mengenai Flypaper Effect, Maimunah (2006) melakukan penelitian mengenai Flypaper Effect pada kabupaten/kota di pulau Sumatera tahun 2003 dan 2004 yang menghasilkan bahwa telah terjadi Flypaper Effect pada belanja daerah di kabupaten/kota di pulau Sumatera. Setiyono (2011) yang menganalisis Flypaper Effect pada kabupaten dan kota di Jawa Timur tahun 2008 dan 2009 menghasilkan bahwa ditemukan Flypaper Effect. Afrizawati (2012) yang juga menemukan Flypaper Effect dalam penelitiannya pada belanja daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Flypaper Effect juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Purba (2015) pada pemerintah daerah tingkat Provinsi di Indonesia. Sementara, hal yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Wahyuni (2015) bahwa tidak terjadi Flypaper Effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang memiliki peran penting bagi perekonomian wilayah dan nasional di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari sektor pertanian yang menjadi salah satu lumbung padi selain Pulau Jawa, sektor pertambangan yang berupa bahan baku seperti batu bara, sektor perkebunan yaitu komoditas penghasil kelapa sawit, dan lain-lain. Provinsi Sumatera Selatan juga dipercaya untuk menjadi tuan rumah dalam mengadakan event-event atau perhelatan akbar yang berskala Nasional dan Internasional yang dipercayakan kembali pada kabupaten/kota yang terpilih. Sebagian besar daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan merupakan hasil dari pemekaran yang secara tidak langsung juga menambah dana

4 transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Provinsi Sumatera Selatan saat ini terdiri dari 17 (tujuh belas) Kabupaten/Kota yaitu, 13 (tiga belas) Kabupaten dan 4 (empat) Kota. Pada periode tahun 2011-2013 Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan meningkat setiap tahunnya namun, hal tersebut juga diikuti dengan peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) pada Kabupaten/Kota tersebut. Diantara Kabupaten/Kota yang Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya meningkat dari tahun 2011-2013 yaitu Kota Palembang dengan tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) berturut-turut sebesar Rp349.570.000.000, Rp518.859.000.000, dan Rp558.705.000.000 yang diikuti dengan peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) berturut-turut sebesar Rp787.312.000.000, Rp934.084.000.000, dan Rp1.125.008.000.000. Kemudian, ada Kabupaten Banyuasin dengan tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) berturut-turut sebesar Rp29.781.000.000, Rp67.767.000.000, dan Rp81.364.000.000 yang diikuti dengan peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) berturut-turut sebesar Rp539.128.000.000, Rp651.358.000.000, dan Rp772.464.000.000. Jika dilihat dari uraian tersebut, Dana Alokasi Umum (DAU) pada Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan masih menunjukkan angka yang lebih besar daripada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam arti lain, bahwa Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan kemungkinan masih lebih banyak mengandalkan Dana Alokasi Umum (DAU) dalam membiayai kebutuhan dan keperluan daerahnya daripada mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada masing-masing Kabupaten/Kota yang ada. Maka, ada kemungkinan bahwa terjadi Flypaper Effect. Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan sebelumnya maka, penulis tertarik untuk meneliti apakah terjadi Flypaper Effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dengan mengambil judul Flypaper Effect pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Periode 2011-2013.

5 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara parsial terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan periode 2011-2013? 2. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara simultan terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera periode 2011-2013? 3. Apakah terjadi Flypaper Effect pada pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah periode 2011-2013? 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Agar dalam penulisan Skripsi ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya yaitu pada Flypaper Effect pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria periode 2011-2013. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan Skripsi ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan periode 2011-2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan periode 2011-2013. 3. Untuk mengetahui terjadinya Flypaper Effect atau tidak di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan periode 2011-2013.

6 1.4.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang Flypaper Effect di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan. 2. Bagi Masyarakat. Sebagai masukan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui Flypaper Effect di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan. 3. Bagi Pihak Lain. Sebagai tambahan pengetahuan dan bahan referensi untuk penulisan selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan garis besar mengenai isi dari Skripsi secara ringkas dan jelas. Sehingga, terdapat gambaran hubungan antara masing-masing bab dimana, bab tersebut dibagi menjadi beberapa sub-sub bagian secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan tentang apa yang melatarbelakangi penulis dalam memilih judul, perumusan masalah, menentukan batasan ruang lingkup pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini penulis mengemukakan tinjauan teori menurut pendapat para ahli dan undang-undang serta peraturan yang berlaku mengenai definisi Otonomi Daerah dan keuangan daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Flypaper Effect, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini penulis akan menguraikan metodologi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yang meliputi jenis penelitian, metode

7 pengumpulan data, identifikasi dan definisi operasional variabel yang digunakan, dan teknik analisa data yang digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan analisa penulis terhadap data-data yang diperoleh yang kemudian telah diolah seperti: gamabaran umum Provinsi Sumatera selatan, statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji regresi linier berganda. Pembahasan ini juga menjawab dari rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini penulis akan memberikan suatu kesimpulan dan saran dari isi pembahasan yang diuraikan pada Bab sebelumnya yaitu Bab IV yang diharapkan dapat berguna berbagai pihak.