BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan gangguan pada fungsi kejiwaan,yang berakibat. terganggunya hubungan sosial ( Townsend, 2008). Gangguan jiwa dapat

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang saling. membutuhkan antara satu dengan yang lain dalam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah fisik atau raga, roh atau nyawa dan jiwa. Komponen-komponen ini merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, tetapi juga memiliki dimensi yang spesifik. Komponen jiwa misalnya, ketika kita membicarakan tentang komponen ini, maka kita tidak sedang membicarakan raga ataupun roh, melainkan dimensi spesifik dari komponen jiwa seperti perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri, emosi, persepsi, dan sebagainya (Kusnadi, 2015). Pandangan di atas seirama dengan definisi dari keadaan sehat bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial. Hal ini didukung dengan pernyataan Notosoedirjo (2005) dan UU Kesehatan no 36 tahun 2009, sehat terkait dengan persoalan sejahtera dan keadaan yang sempurna baik dari psiko sosial, serta fisik, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, bukan hanya terbebas dari penyakit dan cacat. 1

2 Berbicara tentang kesehatan yang berhubungan dengan jiwa yaitu kondisi seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri, produktif, dapat mengatas tekanan hidupnya,, juga mampu memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitarnya (UU Kesehatan Jiwa No.18 tahun 2014). Pendapat lain dari Videback (2008), menjelaskan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011). Sedangkan gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000), adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menyebabkan adanya penderitaan pada individu dan hambatan untuk melaksanakan peran sosial. Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa di berbagai

3 belahan dunia. Data dari WHO dalam Yosep (2013), menyatakan bahwa sebanyak 450 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan mental, dan sepertiganya tinggal di negara berkembang. Selain itu sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental yang ada tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Riskesdas tahun 2013 yang menyebutkan bahwa terdapat 4,6% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat dan 11,6% yang mengalami gangguan jiwa emosional. Data Riskesdas 2013 terkait prevalensi gangguan jiwa berat menurut lokasi menyatakan bahwa angka kejadian psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan memiliki jumlah lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, rumah tangga dengan kurang lebih salah satu anggota rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa berat dan 18.2 % pernah dipasung dan di daerah perkotaan, jumlahnya hanya mencapai 10,7%. Berdasarkan RISKESDAS (2007) pada hampiran teoritis Ranimpi (2009) mengatakan di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) prevalensi gangguan jiwa di perkotaan sebanyak 8,7% sedangkan di pedesaan sebanyak 16,0%. Hal tersebut memberikan penguatan bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk perkotaan, khususnya meski tidak selalu tekanan terkait adalah kesulitan ekonomi (Riskesdas, 2013). Gangguan jiwa dapat mengenai

4 setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi, gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi (Prabowo, 2014). Secara spesifik Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi gangguan jiwa di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 14.5% atau diperkirakan mencapai sekitar 4000-5000 orang. Sumba Tengah memiliki jumlah penduduk terendah di NTT yaitu sebanyak 66.314 jiwa dan memiliki 5 kecamatan, satu diantaranya adalah kecamatan katikutana selatan (BPS, 2014). Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa di Sumba Tengah sebanyak 2.7% (RISKESDAS, 2013). Hingga saat ini masih banyak ada kepercayaan atau mitos mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan ini menyebabkan penderita dan keluarganya yang mengalami gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005). Masih ada masyarakat yang menganggap bahwa gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan, sehingga penderita diperlakukan tanpa perikemanusiaan. Persepsi masyarakat terhadap kesehatan mental berbedabeda di setiap daerah atau kebudayaan. Dalam budaya

5 tertentu, orang-orang secara sukarela mencari bantuan pengobatan dari orang profesional untuk mengobati gangguan jiwanya. Sebaliknya dalam kebudayaan yang lain, gangguan jiwa sering diabaikan sehingga penanganan akan menjadi kurang, atau di sisi lain masyarakat dan keluarga kurang antusias untuk mencari bantuan agar gangguan jiwanya teratasi. Bahkan gangguan jiwa dianggap memalukan atau membawa aib bagi keluarga. Kedua hal inilah yang biasanya terjadi dikalangan masyarakat saat ini. Model kesehatan Barat memandang gangguan jiwa sebagai suatu hal yang harus disembuhkan (Maulana, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 November-13 Desember 2015, diketahui di desa Dameka, kecamatan Katikutana Selatan, kabupaten Sumba Tengah provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa salah satunya dipasung, dan diperlakukan tanpa perikemanusiaan (Contohnya: dipukul atau dicaci maki) oleh keluarga bahkan masyarakat sekitar, karena mengganggu tetangga dan masyarakat desa. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu petugas Puskesmas, ternyata tidak ada pengobatan khusus yang dilakukan oleh pihak puskesmas

6 selain pemberian obat-obatan untuk penyakit umum seperti sakit kepala, batuk, pilek, maag, dan luka-luka. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting dilakukan, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimana Budaya dan Persepsi Masyarakat Desa Dameka, Kecamatan Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah terhadap Gangguan Jiwa. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Bagaimana Persepsi Masyarakat Desa Dameka ditinjau dari perspektif budaya?. 1.2 Tujuan Penelitian Mengetahui Perspektif Budaya yang Melandasi Persepsi Masyarakat di Desa Dameka, Kec.Katikutana Selatan, Kab.Sumba Tengah Terhadap Kejadian Gangguan Jiwa. 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Bagi Profesi dan Praktik Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan ilmu pengetahuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa.

7 1.3.2 Bagi Kurikulum Keperawatan Sebagai bahan referensi pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang keperawatan khususnya Antropologi kesehatan, Keperawatan Transkultural/ Transcultural of Nursing, dan Keperawatan Jiwa. 1.3.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau data awal untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan budaya, persepsi, dan gangguan jiwa 1.3.4 Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Tengah Memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan pencegahan dan penanggulangan masalah gangguan jiwa secara komprehensif di wilayah kerjanya. 1.3.5 Puskesmas Malinjak Kecamatan Katikutana Selatan Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh puskesmas, agar kasus mengenai gangguan jiwa dapat terdeteksi secara dini, serta pelayanan kesehatan jiwa dapat dijangkau oleh masyarakat setempat.

8 1.3.6 Masyarakat Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai masukan dan evaluasi untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan terutama kesehatan jiwa. 1.3.7 Keluarga Bagi Keluarga dapat dijadikan sebagai masukan untuk membantu proses penyembuhan dan untuk memberikan dukungan yang tepat.