MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

dokumen-dokumen yang mirip
KONGRES INTERNASIONAL MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA KIMLI 2011

PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMP PADA KONSEP GERAK

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH VEKTOR YANG DIREPRESENTASIKAN DALAM KONTEKS YANG BERBEDA PADA MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No.2 Desember 2011

2015 PROFIL KONSISTENSI REPRESENTASI DAN KONSISTENSI ILMIAH SISWA SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

P - 63 KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENERAPAN TEORI MOTIVASI KOMPETENSI MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol.2 No.2 April 2016 ISSN :

III. METODE PENGEMBANGAN. prosedur pengembangan yang terdiri atas (a) studi pendahuluan, (b) desain dan

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Pengembangan Buku Referensi untuk Materi Optika Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Konstruktivistik

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

PROFIL KONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI KINEMATIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. materi perkuliahan, kegiatan perkuliahan, dan asesmen. Asesmen merupakan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha

Penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Konsistensi Ilmiah pada Siswa SMA

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMAN 2 Kalianda semester

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

STUDI URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN FISIKA (TEACHING-LEARNING SEQUENCE) & MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK GAYA DI SMA NEGERI 3 KUPANG

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Model Siklus Belajar Dengan Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Ampana

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN MODEL KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 2013 ISSN:

MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK. Muhammad Arif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Marlon Sihole SMA Negeri 12 Medan

BAB III METODE PENELITIAN. Selain itu, keterampilan riset yang telah dimiliki oleh mahasiswa calon guru ini akan

Oleh: Unang Purwana. Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas PMIPA UPI

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 p-issn: e-issn: Halaman 45

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODEI PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN TEORI VYGOTSKY PADA MATERI GEOMETRI DI SMP NEGERI 3 PADANGSIDIMPUAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

Analisis Kemampuan Siswa Mengubah Representasi dalam Physics Problem Solving Pada Siswa SMA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oktifiyanti, 2013

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA (MATERI STATISTIK) DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ACTIVE LEARNING SISTEM 5 M UNTUK SISWA KELAS VII

PENGARUH PEMAHAMAN TEORI VEKTOR TERHADAP PEMECAHAN MASALAH KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

Transkripsi:

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 Abubakar dan Rahmatsyah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. William Iskandar Pasar V Medan Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep Fisika melalui penerapan model konstruktivis pada mahasiswa tingkat pertama bersama pada semester ganjil tahun akademik 2012/1013. Model ini dipilih sebagai salah satu upaya memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep yang selama ini masih dirasakan bahkan sampai semester lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model konstruktivis dapat meningkatkan pemahaman konsep Fisika yang terbukti dengan perolehan skor pretes dan postes yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 25,0 dengan skor terendah 8 dan tertinggi 58. Pada siklus I rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 34,9 dengan skor terendah 17 dan skor tertinggi sebesar 50. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 9,9 poin dan ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat rendah yaitu sebesar 13. Rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 13 dengan skor terendah 0 dan tertinggi 25. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 85 dengan skor terendah 50 dan skor tertinggi sebesar 100. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat tinggi rata-rata sebesar 72 poin dan terjadi pada semua mahasiswa. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar 83. Dari data yang diperoleh hasil pelaksanaan siklus II dengan kriteria minimum skor 70, hanya 4 orang mahasiswa memiliki skor dibawah 70 dan sisanya (82%) di atas 70 sehingga pembelajaran telah mencapai ketuntasan. Kata kunci: model konstruktivis, miskonsepsi, hasil belajar PENDAHULUAN Mata kuliah Fisika Umum mencakup materi yang sangat luas yaitu keseluruhan konsep-konsep dalam ilmu Fisika secara umum, karena itu posisinya penting untuk mata kuliah lanjutan pada semester berikutnya. Luasnya cakupan materi ini menyebabkan pembelajaran Fisika Umum sering terfokus pada target penyelesaian materi kuliah. Cakupan materi yang luas, kelas yang besar, dan ketidaksesuaian strategi pembelajaran yang digunakan dapat meninmbulkan potensi masalah diantaranya penguasaan konsep Fisika yang rendah. Selama mengampu mata kuliah Fisika Umum penulis merasakan beberapa kesulitan berkaitan dengan pembelajaran Fisika Umum sehingga hasil pembelajaran tidak sesuai harapan. Hasil uji kompetensi yang dilakukan bersama, nilai Fisika Umum I pada semester ganjil 2010/ 2011 tertinggi hanya 47,5 dan terendah 15 dengan nilai rata-rata 24,6. Sedangkan hasil uji kompetensi Fisika Umum I tahun 2009/2010 menunjukkan nilai rata rata 42,8 dengan nilai tertinggi 67,5 dan terendah 17,5. Salah satu aspek yang berhubungan dengan hasil belajar Fisika Umum adalah adalah strategi pembelajaran yang digunakan. Siswa atau mahasiswa berasal dari lingkungan 49

yang berbeda dan masing-masing membawa konsepsinya sendiri tentang dunianya yang bisa sama dengan konsep yang diakui secara ilmiah atau berbeda dengan konsep yang diakui secara ilmiah (miskonsepsi). Perbedaan konsepsi ini dapat mengganggu pembelajaran karena pada umumnya sulit berubah. Hasil belajar yang rendah dapat juga dijelaskan oleh pemahaman seperti ini. Misalnya saat siswa mengerjakan soal-soal gerak siswa tetap memakai konsepsinya sendiri dari pada konsep Newton tentang gerak. Rendahnya hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran Fisika Umum ditengarai banyak dikontribusi oleh model pembelajaran yang dianut dan diaplikasikan dosen, serta didasari oleh asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari kepala dosen ke kepala peserta didik. Pendekatan dan asumsi pembelajaran sebagaimana yang diuraikan tersebut sudah saatnya untuk ditinggalkan, mengingat Fisika sebetulnya bersumber dari gejala sehari-hari yang kemudian diabstraksi menjadi pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu jaringan konsep yang sistematis. Struktur konseptual yang telah terbentuk pada diri peserta didik sebagai abstraksi gejala kesehariannya jarang menjadi perhatian dalam pembelajaran. Hasil penelitian Lin Ding (2011) menunjukkan bahwa tanpa bantuan pembimbing siswa akan mengalami kesulitan terutama berkaitan dengan soal-soal sintesis, dan dengan menggunakan guided scaffolding siswa dipandu untuk pemecahan masalah Fisika berdasarkan konsep yang menjadi dasar pemecahan soal-soal tersebut. Pasi Nieminen (2012) melakukan penelitian di Finlandia yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan beragam representasi konseptual dengan hasil belajar Fisika pada konsep gaya. Sebagai implikasi penelitian Nieminen menyarankan pentingnya menggunakan beragam representasi konseptual pada buku-buku teks sebagai sumber belajar untuk belajar dan memahami konsep-konsep Fisika. Pengalaman penulis membawa mata 50 kuliah lain (Fisika Sekolah) yang diberikan pada semester VIII, ternyata masih terdapat banyak kesalahan konsep pada hampir setiap pokok bahasan Fisika. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengingat mahasiswa telah menyelesaikan hampir seluruh semester dan tetap membawa konsepsinya sendiri tentang Fisika. Perlu suatu strategi pembelajaran yang dapat mengatasi adanya miskonsepsi pada mahasiswa dan mengubahnya menjadi konsep yang dapat diterima secara ilmiah agar mahasiswa dapat mengerjakan soal-soal Fisika melalui analisis konseptual yang benar sehingga hasil belajar meningkat. Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan model konstruktivis pada mata kuliah Fisika Umum I untuk mengurangi terjadinya kesalahan konsep sehingga hasil belajar meningkat. Perumusan masalah penelitian ini: Apakah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivis pada mata kuliah Fisika Umum I dapat mengurangi kesalahan konsep sehingga hasil belajar mahasiswa meningkat? Dalam kerangka konstruktivis, belajar dimaknai sebagai suatu upaya pengkonstruksian pengetahuan oleh individu sebagai pemberian makna atas data sensori yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Tasker, 1992). Belajar merupakan suatu proses pemaknaan yang melibatkan konstruksikonstruksi dari para pembelajar (Sukadi, 1999; Sadia, 1996; Fosnot, 1989). Jadi, belajar menurut pandangan konstruktivis lebih diarahkan pada terbentuknya makna pada diri pembelajar atas apa yang dipelajarinya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka sebelumnya. Dalam proses ini siswa secara aktif terlibat dalam upaya penemuan makna dari apa yang dipelajarinya, sehingga secara langsung berdampak pada tumbuh dan berkembangnya keterampilan berpikir mereka selama pembelajaran berlangsung. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005).

Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Novak (1984) dalam Suparno (2005) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Brown (1989) seperti yang dikutip oleh Suparno (2005) menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. METODE PENELITIAN Untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran Fisika Umum dilakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut. Perencanaan Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam perencanaan adalah a. Melakukan pretes pada mahasiswa untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran umum pemahaman mahasiswa pada topik Mekanika. b. Melakukan diagnosis untuk mendeteksi konsepsi awal mahasiswa tentang mekanika. c. Menyusun satuan acara perkuliahan yang menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran berdasarkan masukan pada kegiatan (a) dan (b). d. Menyiapkan/mengembangkan instrumen yang diperlukan. e. Menyiapkan media dan bahan ajar tambahan yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan Menerapkan skenario pembelajaran yang mengacu pada penerapan pembelajaran konstruktivisme. Pengamatan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengamatan: a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi dengan melibatkan teman sejawat. b. Menilai hasil tindakan dengan soal tes formatif. Refleksi Aktivitas yang dilakukan pada tahap refleksi: 1) Bersama teman sejawat melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi hasil tindakan, waktu yang diperlukan, respon mahasiswa, dan hal-hal yang behubungan dengan penelitian 2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, LKM, dan lain-lain. 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tujuh tahapan sebagai berikut: (1) Menggali, mengidentifikasi, dan menganalisis miskonsepsi-miskonsepsi yang terdapat pada siswa terkait dengan konsep mekanika. Penggalian miskonsepsi siswa dilakukan melalui pretest dan wawancara. (2) Merancang program pembelajaran serta menyusun strategi pengubahan konsepsi. (3) Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembelajaran. (4) Implementasi program pembelajaran yang telah disusun pada tahap dua di atas. (5) Evaluasi terhadap efektivitas model belajar konstruktivis. (6) Analisis miskonsepsi siswa yang resistan. (7) Merevisi strategi pengubahan konsepsi dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh pada tahap keenam di atas. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I a. Hasil Pada pertemuan pertama siswa diberi pretes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dan menentukan materi-materi yang belum diketahui oleh mahasiswa. Pretest disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 12 butir soal materi kinematika. Selanjutnya setelah selesai mengerjakan soal dilanjutkan dengan wawancara berkaitan dengan pilihan jawaban mahasiswa. Pertanyaan 51

diajukan untuk mengetahui alasan mahasiswa memilih opsi jawaban tertentu pada setiap soal untuk melengkapi gambaran pemahaman konsep mahasiswa berkaitan dengan materi kinematika. Hasil pelaksanaan pretes menunjukkan belum adanya konstruksi yang jelas mengenai kinematika dan ditemukannya miskonsepsi berkaitan dengan konsep kinematika. Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini berkaitan dengan: 1) perbedaan konsep jarak dan perpindahan, 2) perbedaan kecepatan dan percepatan, 3) menerapkan konsep gerak lurus horizontal pada gerak vertical, 4) hubungan percepatan, kecepatan, dan arah gerak, 5) kelemahan membaca grafik, 6) konsep gravitasi hanya di bumi. Rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 25,0 dengan skor terendah 8 dan tertinggi 58. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 34,9 dengan skor terendah 17 dan skor tertinggi sebesar 50. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 9,9 poin dan terjadi pada sebagian besar mahasiswa, tiga orang tidak mengalami peningkatan, dan tiga orang lainnya mengalami penurunan. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat rendah yaitu sebesar 13. Tabel 1. Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Menulis/membaca 21,88% 2 Mengerjakan LKS 31,25% 3 Bertanya pada teman 31,25% 4 Bertanya pada dosen 15,63% 5 Yang tidak relevan dengan KBM 0,00% Hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar mahasiswa sangat tinggi terbukti dari angka proporsi untuk kegiatan yang tidak relevan 0%. Aktivitas tertinggi pada poin mengerjakan LKS dan bertanya pada teman, berikutnya adalah aktivitas menulis /membaca dan bertanya pada dosen. b. Pembahasan Dari data yang tersusun dapat diketahui 52 rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 25,0 dengan skor terendah 8 dan tertinggi 58. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 34,9 dengan skor terendah 17 dan skor tertinggi sebesar 50. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 9,9 poin dan terjadi pada sebagian besar mahasiswa, tiga orang tidak mengalami peningkatan, dan tiga orang lainnya mengalami penurunan. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat rendah yaitu sebesar 13. Dari data yang diperoleh hasil pelaksanaan postes belum ada satu pun yang mencapai kriteria minimum yaitu skor 70 sehingga pembelajaran belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa belum terjadi peningkatan pemahaman konsep yang cukup berarti setelah sesi pembelajaran sehingga perlu dikaji mengenai hal-hal yang mungkin menjadi penyebab ketidakberhasilan pembelajaran. Hal-hal yang mungkin menjadi penyebabnya dapat dirangkum sebagai berikut. 1) Bahwa konsep-konsep Fisika yang berkaitan dengan gerak lurus bersifat abstrak, meskipun peristiwanya sendiri bersifat fisis. 2) Kinematika gerak lurus dibangun dari konsep-konsep dasar yang cukup banyak dan setiap konsep membentuk kombinasi dengan konsep lain sehingga terbentuk konsep-konsep yang baru, selanjutnya terbentuk jaringan konsep. 3) Penyebab lainnya dalam pembelajaran dosen kurang memberikan gambaran antara konsep dengan konteks sehingga pembelajaran lebih menyimpan informasi dari pada mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. 4) Sebagaimana hasil pengamatan oleh teman sejawat yang pada intinya yaitu berhubungan dengan metode pembelajaran, penggunaan buku teks, dan kurang mengkondisikan siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat. 5) Sebagaimana hasil pendapat mahasiswa sendiri mengenai pembelajaran yang menunjukkan sikap positif, akan tetapi perlu peningkatan dalam hal adanya enam butir angket yang menunjukkan angka di bawah 85

yang berhubungan dengan keinginan supaya dosen membandingkan jawaban siswa satu dengan lainnya, melakukan percobaan untuk menguji konsep, kepuasan terhadap penjelasan dosen, bimbingan dalam hal menyelesaikan soal, memberi kesempatan pada siswa yang lain menjawab, evaluasi pada akhir pelajaran. 6) Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran cukup tinggi yang berarti dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang dipilih sudah cocok dalam hal mengaktifkan siswa belajar. Hal yang menarik adalah mahasiswa menginginkan keterlibatan lebih aktif lagi dalam hal partisipasi dalam pembelajaran seperti tercermin dari hasil angket sikap terhadap pembelajaran. Ini bersesuaian dengan hasil pengamatan mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran yang tinggi yang menunjukkan antusiasme dalam kegiatan belajar mengajar. Siklus II a. Hasil Kesimpulan dari hasil pretes menunjukkan bahwa mahasiswa belum mengkonstruksi pikiran bahwa sebuah gerak dapat dipahami dengan cara menguraikan gerak tersebut atas komponen-komponennya. Pembelajaran berikutnya harus memberikan pemahaman bahwa sebuah gerak dapat diuraikan atas komponenkomponennya. Maka setiap komponen itu harus teridentifikasi dengan jelas untuk membentuk konsep baru yang menjadi tujuan pembelajaran. Rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 13 dengan skor terendah 0 dan tertinggi 25. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 85 dengan skor terendah 50 dan skor tertinggi sebesar 100. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat tinggi rata-rata sebesar 72 poin dan terjadi pada semua mahasiswa. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar 83. Dari data yang diperoleh hasil pelaksanaan siklus II dengan criteria minimum skor 70, maka hanya 4 orang mahasiswa memiliki skor dibawah 70 dan sisanya (82%) di atas 70. Tabel 2. Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Siklus II No Aktivitas Proporsi 1 Menulis/membaca 24,24% 2 Mengerjakan LKS 30,30% 3 Bertanya pada teman 30,30% 4 Bertanya pada dosen 15,15% 5 Yang tidak relevan dengan KBM 0,00% Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar mahasiswa sangat tinggi terbukti dari angka proporsi untuk kegiatan yang tidak relevan 0%. Aktivitas tertinggi pada poin mengerjakan LKS dan bertanya pada teman, berikutnya adalah aktivitas menulis /membaca dan bertanya pada dosen. Aktivitas tinggi menunjukkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelajaran yang menjadi ciri pembelajaran konstruktivis. b. Pembahasan Dari pelaksanaan pembelajaran diketahui rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 13 dengan skor terendah 0 dan tertinggi 25. Ratarata perolehan skor hasil postes sebesar 85 dengan skor terendah 50 dan skor tertinggi sebesar 100. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat tinggi rata-rata sebesar 72 poin dan terjadi pada semua mahasiswa. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar 83. Dari data yang diperoleh hasil pelaksanaan siklus II dengan criteria minimum skor 70, maka hanya 4 orang mahasiswa memiliki skor dibawah 70 dan sisanya (82%) di atas 70 sehingga pembelajaran telah mencapai ketuntasan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman konsep yang sangat berarti setelah sesi pembelajaran. Peningkatan itu sangat tinggi pada siklus II setelah peningkatan yang sangat rendah pada siklus sebelumnya. Hal-hal yang mungkin menjadi penyebabnya dapat dirangkum sebagai berikut. 1) Materi gerak parabola sesungguhnya sama dengan materi pada gerak lurus, hanya saja 53

pada gerak parabola memperluas analisisnya. 2) Jika hakekat yang menjadi penyebab gerak parabola dapat dipahami melalui identifikasi unsur-unsurnya dengan jelas, maka pembelajaran akan berhasil. 3) Pembelajaran yang dilakukan telah berhasil membangun hubungan konteks dengan konsep melalui rancangan pembelajaran. 4) Telah terjadi perbaikan berkaitan dengan hal-hal sebagaimana hasil pengamatan oleh teman sejawat yang pada intinya berhubungan dengan metode pembelajaran, penggunaan buku teks, dan kurang mengkondisikan siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat. 5) Sebagaimana hasil pendapat mahasiswa sendiri mengenai pembelajaran yang tetap menunjukkan sikap positif mengenai pembelajaran, sehingga hanya tinggal 2 butir angket yang menunjukkan angka di bawah 85 yang berhubungan dengan keinginan melakukan percobaan untuk menguji konsep. 6) Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran relatif tinggi yang berarti dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang dipilih sudah cocok dalam hal mengaktifkan siswa belajar. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan: 1. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa belum terjadi peningkatan pemahaman konsep yang cukup berarti setelah sesi pembelajaran sehingga perlu dikaji mengenai hal-hal yang mungkin menjadi penyebab ketidakberhasilan pembelajaran. Rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 25,0 dengan skor terendah 8 dan tertinggi 58. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 34,9 dengan skor terendah 17 dan skor tertinggi sebesar 50. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 9,9 poin dan ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat rendah yaitu sebesar 13. 2. Pelaksanaan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman konsep yang sangat berarti setelah sesi pembelajaran. Peningkatan itu sangat tinggi pada siklus II, yaitu rata-rata perolehan skor hasil pretes sebesar 13 dengan skor terendah 0 dan tertinggi 25. Rata-rata perolehan skor hasil postes sebesar 85 dengan skor terendah 50 dan skor tertinggi sebesar 100. Hal ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang sangat tinggi rata-rata sebesar 72 poin dan terjadi pada semua mahasiswa. Ditinjau dari gain rata-rata yang diperoleh sangat tinggi yaitu sebesar 83. Dari data yang diperoleh hasil pelaksanaan siklus II dengan kriteria minimum skor 70, maka hanya 4 orang mahasiswa memiliki skor dibawah 70 dan sisanya (82%) di atas 70 sehingga pembelajaran telah mencapai ketuntasan. Daftar Pustaka Ding, L; et al. 2011. Exploring the Role of Conceptual Scaffolding in Solving Synthesis Problems. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 7, 020109 http://prst-per.aps.org/jounal of Research in Science Teaching Vol.30 No.l PP. 65-83 (1993). Fosnot, C.T. 1989. Equiring teachers equiring learners: a constructivist approach for teaching. New York: Teachers College Press. Nieminen, P; et al. 2012. Relations Between Representational Consistency, Conceptual Understanding of the Force Concept, and Scientific Reasoning. Physical Review Special Topics-Physics Education Research 8, 010123 http://prst-per.aps.org/ Sadia, W. 1996. Pengembangan model belajar konstruktivis dalam pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi. Bandung: PPS IKIP Bandung. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan perubahan konsep pendidikan fisika. Jakarta: PT Gramedia. Tasker, R. 1992. Effective teaching: what can a constructivist view of learning offer? AS 54