BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Mandiri Yang dibina oleh Dr. Achmad Rasyad, M.Pd. Oleh Yuyum Sistim Ilmi

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi


BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

Tingkat Pengetahuan mengenai Pemberantasan Pedikulosis, di Pesantren X Jakarta Timur Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus humanus var. capitis yang sering terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dan sampai sekarang masih menjadi keluhan bagi banyak masyarakat terutama pada anak-anak usia sekolah (Goldstein, 2001). Pediculus humanus var. capitis adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap, dan dapat menimbulkan berbagai masalah (Bugayong, 2011). Masalah yang ditimbulkan kutu kepala pada manusia adalah gatal akibat saliva dan fasesnya. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder. Anemia karena kehilangan darah dapat terjadi pada infestasi kutu kepala yang berat, selain itu masalah sosial seperti dikucilkan dalam lingkungan masyarakat, malu, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan belajar juga dapat dirasakan oleh penderita. Penularan Pedikulosis kapitis dapat melalui kontak langsung dengan penderita, maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda seperti sisir, bantal, baju, kerudung, dan topi yang digunakan bersama-sama. Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat seperti saling bertukar pakai benda pribadi, kebersihan diri yang kurang, kebersihan lingkungan yang tidak dijaga dengan baik, serta tidak adanya program kesehatan khusus dari penyedia layanan kesehatan untuk memberantasnya, hal inilah 1

2 yang umumnya menjadi penyebab penularan cepat Pedikulosis kapitis (Bugayong, 2011). Penyakit Pedikulosis kapitis pada umumnya menyerang anak sekolah yang tinggal di asrama karena banyaknya faktor pendukung infestasi kutu kepala, seperti kebersihan yang kurang dan kebiasaan saling meminjam barang pribadi (Alatas, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zulinda pada tahun 2009 di Pekanbaru, prevalensi kutu kepala pada siswa kelas III, IV, V, dan VI di SDN 019 Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru terdapat 39,3% siswa yang terinfestasi kutu kepala. Sedangkan penelitian Restiana tentang hubungan berbagai faktor risiko terhadap angka kejadian Pedikulosis kapitis di asrama pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sebesar 71,3% santri di sebuah pesantren di Yogyakarta terinfestasi kutu kepala. Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah bertempat di Jalan Raya Kepuharjo No. 18 A Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dengan luas kurang lebih 6.400 m 2. Jumlah keseluruhan santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah yaitu sebanyak 160 santri, dengan 80 santri putri dan 80 santri putra. Model pendidikan yang diberikan kepada santri yaitu menggunakan pendidikan klasikal dan tasawuf. Tempat istirahat santri terdapat dua gedung, yaitu gedung khusus putri dan gedung khusus putra. Pada gedung putri terdapat kurang lebih 20 kamar tidur dan pada gedung putra terdapat kurang lebih 15 kamar tidur. Setiap kamar tidur berukuran kurang lebih 3 x 4 meter dengan jumlah penghuni 4 5 orang santri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi langsung dan wawancara kepada salah satu santri putri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah yang bernama Dina, jumlah santri putri yang menderita Pedikulosis kapitis yaitu sebanyak 80 santri. Kutu kepala sudah merupakan cap bagi santri di pondok pesantren. Semua

3 santri disini insya Allah menderita kutu kepala, tetapi pada setiap santri berbeda-beda banyak atau tidaknya kutu kepala yang mereka miliki, terang salah satu santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah yang bernama Dina. Hal ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan santri putri yang ada di Pondok Pesantren An-Nahdliyah semuanya menderita Pedikulosis kapitis. Santri yang menderita kutu kepala di Pondok Pesantren An-Nahdliyah, mereka ada yang awalnya tidak mempunyai kutu kepala kemudian tertular oleh santri yang lain saat tinggal di pondok, dan ada juga santri yang sudah dari awal masuk pondok menderita kutu kepala kemudian menularinya pada santri yang lain. Kejadian Pedikulosis kapitis di Pondok Pesantren An-Nahdliyah sebagian besar disebabkan oleh faktor personal hygiene santri yang kurang baik, seperti jarang membersihkan rambut, saling pinjam meminjam barang pribadi, jarang mencuci sprei dan selimut, kasur dan bantal yang jarang dijemur, serta kebiasaan tidur bersama-sama dengan teman. Sebagaimana pernyataan salah satu santri putri yang bernama Dina, Mereka yang mempunyai kutu kepala kebanyakan sering malas mencuci rambut dan mempunyai kebiasaan hidup tidak bersih setiap harinya. Kurangnya pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh santri seperti poskestren di Pondok Pesantren An-Nahdliyah juga mempengaruhi terjadinya kejadian Pedikulosis kapitis. Ditambah lagi dengan minimnya peran santri husada dan poskestren dalam mencegah penularan kutu kepala. Tidak adanya program kesehatan khusus dari poskestren seperti penyuluhan tentang pencegahan kutu kepala dan tersedianya obat pembasmi kutu kepala di poskestren menunjukkan bahwa adanya santri husada di poskestren kurang maksimal dalam meningkatkan pelayanan kesehatan santri di lingkungan pesantren.

4 Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan santri tentang kesehatan secara umum, khususnya tentang penyakit Pedikulosis kapitis sehingga diharapkan ada perubahan sikap serta diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir menurunnya angka kejadian Pedikulosis kapitis. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2011). Indikator tatanan sehat terdiri atas indikator perilaku dan indikator lingkungan di enam tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan pondok pesantren (Dinkes, 2001). Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang menjadikan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, kamar mandi dan toilet yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk (Depkes, 2000). Indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang berhubungan dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri dalam tatanan pondok pesantren, yaitu kebersihan perorangan, penggunaan air bersih, kebersihan asrama, peran poskestren, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh santri. Kebersihan perorangan yang harus dit-

5 erapkan dalam perilaku hidup bersih dan sehat meliputi kebersihan pakaian, kebersihan badan, dan kebersihan kuku. Tidur bersama-sama dengan teman di dalam kamar yang sempit dan perilaku saling bertukar pakai benda pribadi harus dihindari untuk mencegah penularan kutu kepala. Penggunaan air bersih sebagai kebutuhan seharihari harus dijaga dengan baik agar tidak mengandung kuman, bakteri, dan parasit yang dapat menyebabkan penularan Pedikulosis kapitis. Kebersihan asrama yang harus diterapkan dalam mencegah infestasi kutu kepala diantaranya adalah menjaga kebersihan kamar tidur dan kamar mandi dengan membersihkan semua perlengkapan tidur seperti sprei, bantal, guling, kasur, dan karpet secara rutin, menjaga kebersihan kamar mandi dengan menguras bak mandi setiap satu minggu sekali, serta menghindari mandi di bak terbuka yang digunakan bersama-sama. Selain itu peran penyedia fasilitas pelayanan kesehatan seperti poskestren harus ditingkatkan dalam mencegah penularan Pedikulosis kapitis agar santri tidak menganggap kutu kepala sebagai masalah kesehatan yang umum terjadi di lingkungan masyarakat sehingga harus ada program kesehatan khusus dari poskestren untuk memberantasnya. Berdasarkan ulasan di atas diketahui bahwa penyakit Pedikulosis kapitis dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung dengan penderita melalui benda-benda yang digunakan bersama seperti sisir, bantal, kerudung, handuk, dan topi, serta berkurangnya kebersihan individu, kebersihan lingkungan yang tidak dijaga dengan baik, dan kurangnya peran poskestren dalam mecegah penularan Pedikulosis kapitis. Berdasarkan peraturan yang berlaku di lingkungan pondok pesantren dimana ada batasan antara laki-laki dan perempuan, maka peneliti memutuskan untuk memilih santri putri sebagai responden dalam penelitian karena peneliti berjenis kelamin perempuan dan dikarenakan keterbatasan peneliti. Atas dasar latar belakang ini

6 peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri putri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat santri di Pondok Pesantren An- Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang? 2. Bagaimana kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An- Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang? 3. Adakah hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi perilaku hidup bersih dan sehat pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.

7 2. Mengidentifikasi kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 3. Menganalisa hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat menerapkan metode penelitian untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian Pedikulosis kapitis pada santri di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. 1.4.2 Bagi Santri dan Pondok Pesantren Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi santri sehingga para santri dapat mengetahui bahwa kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat dapat mempengaruhi terjadinya Pedikulosis kapitis dan juga harapannya santri dapat menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada pengurus pondok pesantren dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan memberikan fasilitas di pondok pesantren yang sesuai kepada santrinya. 1.4.3 Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga perawat profesional dalam memberikan edukasi dan konseling promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam pencegahan infestasi Pedikulosis kapitis pada santri di pondok pesantren.

8 1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumbangan referensi dan kepustakaan bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 1.5 Keaslian Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Pedikulosis kapitis pada siswa kelas III, IV, V, dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru menurut penelitian yang dilakukan oleh Zulinda (2010) yaitu jenis kelamin, panjang rambut, pendidikan orang tua, sosial ekonomi, frekuensi mencuci rambut, dan penggunaan alat yang berhubungan dengan rambut secara bersama-sama. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Pedikulosis kapitis pada siswa kelas III, IV, V, dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan rancangan cross sectional. Pemeriksaan sampel dilakukan di macroskopicaly menggunakan sisir serit untuk menemukan telur kutu. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah jenis kelamin, panjang rambut, pendidikan orang tua, sosial ekonomi, frekuensi mencuci rambut, dan penggunaan alat yang berhubungan dengan rambut secara bersama-sama berperan terhadap kejadian Pedikulosis kapitis pada siswa kelas III, IV, V, dan VI SDN 019 Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru. Perbedaan antara penelitian Zulinda (2010) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang digunakan, tempat, dan waktu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel independen dan kejadian Ped-

9 ikulosis kapitis sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian non-eksperimen dengan pendekatan cross sectional dan metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Tempat dan waktu penelitian ini adalah di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada bulan Maret 2014. Penelitian kedua yang juga relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Restiana (2010) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian Pedikulosis kapitis dengan faktor resiko tingkat sosial ekonomi, kepadatan hunian, hygiene pribadi, serta karakteristik individu, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian Pedikulosis kapitis. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah berbagai faktor resiko sebagai variabel independen dan angka kejadian Pedikulosis kapitis sebagai variabel dependen. Penelitian tersebut dilaksanakan di asrama Ummu Salamah dan asrama Siti Aisyah yang terletak di komplek Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan metode analitik observational dengan rancangan cross sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner dan check list. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian Pedikulosis kapitis dengan faktor resiko tingkat sosial ekonomi, kepadatan hunian, hygiene pribadi, serta karakteristik individu, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian Pedikulosis kapitis. Perbedaan antara penelitian Restiana (2010) dengan penelitian ini adalah pada variabel yang digunakan, tempat, dan waktu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel independen dan kejadian Pedikulosis kapitis sebagai variabel dependen. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

10 desain penelitian non-eksperimen dengan pendekatan cross sectional dan metode pengambilan sampel menggunakan total sampling. Tempat dan waktu penelitian ini adalah di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada bulan Maret 2014.