I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MANYUNG (Arius thalassinus) DENGAN KAJIAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA DAN NaCl SKRIPSI

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MUJAIR SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I. PENDAHULUAN. bahan bakunya banyak jenis kerupuk yang dapat dihasilkan seperti kerupuk ikan,

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

KARAKTERISTIK BAKSO KERING IKAN PATIN (Pangasius sp.) Oleh : David Halomoan Hutabarat C

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I. PENDAHULUAN. hewani. Selain sebagai komoditi ekspor, ikan juga banyak dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PRODUK OLAHAN PANGAN TURUNANNYA DALAM RANGKA PENGUATAN KETAHANAN PANGAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Kekayaan dan keragaman sumber daya laut tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak sekali komoditi pangan yang dihasilkan dari perairan antara lain ikan, udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya. Ikan pada umumnya lebih banyak dikenal dari pada hasil perikanan lainnya karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi. Sebagai bahan pangan, kedudukan ikan menjadi sangat penting karena mengandung protein cukup tinggi sehingga sering digolongkan sebagai sumber protein (Muchtadi dkk, 2015). Meskipun sering dikatakan bahwa daging ikan merupakan sumber protein dan lemak, tetapi komposisinya sangat bervariasi antara ikan yang satu dengan ikan yang lainnya. Adanya variasi dalam komposisi, baik jumlah maupun komponen penyusunnya disebabkan faktor alami dan biologis. Faktor biologis (intrinsik), yaitu faktor-faktor yang berasal dari jenis (individu) ikan itu sendiri. Yang termasuk faktor ini antara lain: jenis atau golongan ikan, umur dan jenis kelamin. Jenis atau golongan ikan merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap variabilitas komposisi daging ikan. Masing-masing jenis ikan bahkan masing-masing individu ikan meskipun termasuk dalam satu jenis, komposisi kimianya dapat berbeda (Muchtadi dkk, 2015).

Data statistik produksi perikanan budidaya di Indonesia pada tahun 2013 menunjukan bahwa pada budidaya ikan air laut sebesar 8.379.271 ton, budidaya ikan tambak sebesar 2.344.671 ton, budidaya ikan kolam sebesar 1.774.407 ton, budidaya hasil keramba sebesar 200.000 ton, budidaya hasil jaring sebesar 505.248 ton dan budidaya hasil sawah sebesar 97.303 ton (DJPB, 2013). Kamaboko merupakan jenis makanan hasil laut di Jepang dengan pembentukkan gel protein yang homogen (Suzuki 1981 dalam Prawira 2008). Kamaboko merupakan kue ikan yang sifatnya elastis, terbuat dari daging ikan giling sebagai bahan utama yang ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan seperti pati untuk pengental, gula dan garam serta natrium glutamat untuk menambah cita rasa. Campuran ini kemudian dimasak dengan pengukusan, pemanggangan, perebusan ataupun penggorengan (Okada 1973 dalam Fardiaz 1985). Ikan merupakan sumber pangan hewani yang sudah dikenal berbagai lapisan masyarakat di berbagai belahan negara. Di Indonesia ikan merupakan sumber protein yang banyak dikonsumsi saat ini. Mahalnya harga-harga produk pangan sumber protein hewani dibarengi meningkatnya kasus gizi buruk di Indonesia menyebabkan perlunya mencari alternatif sumber protein yang murah. Alternatif sumber protein hewani yang saat ini memungkinkan untuk dikembangkan adalah ikan gabus (Ophiocephalus striatus) atau di Jawa dikenal sebagai ikan kutuk. Ikan gabus merupakan ikan yang banyak terdapat secara alami di sungai-sungai dan bendungan serta belum pernah dibudidayakan. Nilai gizi ikan gabus cukup tinggi, yaitu protein 42%, lemak 1,7% dan juga mengandung berbagai mineral dan vitamin

A, dengan demikian ikan gabus sangat potensial untuk dikembangkan dalam industri pangan (Utomo, 2013). Ikan gabus (Channa striata) adalah salah satu ikan asli yang hidup di perairan tawar di Indonesia, seperti daerah aliran sungai di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Sumatera Selatan nilai ekonominya terus meningkat karena ikan gabus selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar juga telah digunakan sebagai bahan pembuatan kerupuk, pempek dan olahan lainnya. Pemanfaatan ikan ini dari berbagai ukuran, yaitu pada ukuran benih dimanfaatkan sebagai pakan ikan hias, dan pada ukuran konsumsi, ikan ini sangat digemari karena memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Sedangkan dalam bentuk kering ikan ini diolah menjadi ikan asapan atau ikan asin (Muthmainnah dkk, 2012). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah jumlah ikan yang berbeda berpengaruh terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus? 2. Apakah jenis tepung yang berbeda berpengaruh terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus? 3. Apakah interaksi antara jumlah ikan dan jenis tepung berpengaruh terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian adalah untuk melakukan penelitian mengenai perubahan karakteristik kamaboko ikan gabus terhadap jumlah ikan dan jenis tepung yang berbeda. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan karakteristik ikan gabus yang terjadi terhadap jumlah ikan dan jenis tepung yang berbeda. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tersebut adalah : 1. Menambah wawasan untuk peneliti. 2. Menambah serta mengembangkan IPTEK mengenai ikan gabus sebagai produk olahan pangan. 3. Dapat meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari ikan gabus. 1.5. Kerangka Pemikiran Menurut Okada (1973) dalam fardiaz (1985), kamaboko merupakan kue ikan yang sifatnya elastis, terbuat dari daging ikan giling sebagai bahan utama yang ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti pati, gula, garam dan natrium glutamat kemudian dimasak dengan pengukusan, pemanggangan, perebuasan, ataupun penggorengan. Namun dengan perkembangan teknologi, kamaboko saat ini menggunakan surimi sebagai bahan mentahnya. Menurut Okada (1973) dalam Riyadi (2015), menyatakan bahwa bahan baku utama pembuatan pasta ikan adalah lumatan daging ikan dan berbagai jenis tepung. Tepung yang sangat populer digunakan adalah jenis tepung kentang, gandum, ketela dan jagung. Oleh Shimizu (1988), dinyatakan bahwa berbagi jenis tepung

mempunyai kekuatan gel yang berbeda-beda, sehingga jumlah tepung yang digunakan dalam pembuatan pasta ikan juga prosentasenya juga berbeda. Menurut fardiaz (1985), pembuatan pasta ikan mempunyai empat tahan proses, yaitu pencucian daging ikan, penggilingan, pencampuran bumbu, pencetakan bentuk dan pemasakan. Suhu air pendingin harus rendah (5-10 C) dan diulang 3 sampai 5 kali pencucian. Menurut Suzuki (1981) dalam Riyadi (2015), menyatakan bahwa tujuan pencucian ini selain untuk mendapatkan warna daging yang putih juga untuk menyingkirkan protein sarkoplasma yang dapat menghambat pembentukan gel. Menurut Suzuki (1981) dalam Riyadi (2015), proses pembuatan pasta ikan biasanya 5-20% tepung. Pasta ikan menggunakan lebih dari 25% tepung akan mendapatkan gel yang keras, oleh Okada (1973) disarankan bahwa dalam membuat pasta ikan digunakan tepung sekitar 10%. Menurut Pratama (2014) pada penelitian mengenai mutu kamaboko berbahan dasar surimi ikan patin dengan perlakuan penambahan konsentrrasi tepung tapioka masing masing 7.5 %, 12,5 %, 17,5 % dan 22,5 %. Rata rata hasil ujian kesukaan keseluruhan menunjukan bahwa perlakuan tapioka 7,5 % merupakan perlakuan terbaik dengan nilai kadar air 61,89 %, kadar abu 4,86 %, kadar protein 12,48 %, dan kadar lemak 6,99%. Menurut penelitian Ibrahim (2002) mengeni studi pembuatan kamaboko ikan belut Monopterus albus dengan berbagai suhu perebusan dan konsentrasi tepung terigu. Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu pembutan gel ikan pada suhu

setting perebusan 20⁰C, 30⁰C, 40⁰C, dan 50⁰C dengan nilai rata-rata kekuatan gel tertinggi perilaku suhu setting perebusan yaitu 50⁰C. Untuk konsentrasi tepung yang digunakan yaitu 5% dan 15%, hasil yang diperoleh menunjukan bahwa hasil terbaik pada konsentrasi 5%. Menurut Sarofa (2014), mengenai evaluasi kualitas kamaboko ikan manyung (arius thalassinus) dengan variasi penggunaan tapioka dan NaCl Perlakuan terbaik didapatkan bahwa kamaboko ikan manyung dengan penambahan tepung tapioka 3% dan NaCl 2% menghasilkan rendemen 89,23%, kadar air 67,04 %, WHC 33,92 % dan tekstur 0,034%, kadar lemak kasar 0,21% dan kadar protein kasar sekitar 17,91. Menurut Santoso (2010) surimi ikan pari dan ikan kembung terbaik berturutturut dihasilkan melalui pencucian 3 dan 2 kali. Kombinasi surimi pari dan kembung yang menghasilkan kekuatan gel terbaik adalah kombinasi pari 75% dan kembung 25%. Menurut Radityo (2014) mengenai pengaruh penambahan Egg White Powder dengan konsentrasi 3% terhadap kemampuan pembentukan gel surimi dari berbagai jenis ikan yaitu penambahan EWP (Egg White Powder) sebanyak 3% pada surimi dari ikan tigawaja, ikan mujair, dan ikan belanak tidak memberikan pengaruh terhadap nilai derajat putih, dan ph, namun memberikan pengaruh terhadap nilai kekuatan gel, kadar air, kadar protein, uji lipat, uji gigit, dan uji hedonik. Penambahan EWP sebanyak 3% juga memberikan pengaruh terbaik pada surimi berbahan baku ikan belanak dengan peningkatan kekuatan gel paling besar.

Menurut Suryono (2013), kamaboko ikan tuna dengan perbandingan tepung sagu 4% dan ubi jalar 6% dapat digunakan sebagai binder atau filler serta memenuhi standar dalam pembuatan kamaboko ikan tuna, dan merupakan perlakuan terbaik dengan sifat fisiko-kimia dan organoleptik kamaboko, yaitu: kadar protein 19,40%; kadar lemak 0,19%; kadar air 69,64%; kadar abu 2,27%; kadar karbohidrat 6,08%, WHC 43,61%, tekstur 11,93 N/m, kecerahan 50,30, kemerahan 14,14, kekuningan 14,13, daya patah 7,83 N/m, skor rasa 4,81, skor tekstur 4,31, skor aroma 4,22, skor kekompakan 4,63, skor warna 4,85, skor kekenyalan 4,48. Menurut Suzuki (1981) dalam Radityo (2014), kekuatan gel optimum tercapai pada penambahan konsentrasi garam 0,01 0,3% dengan 3 kali pencucian. Konsentrasi perbandingan air dan daging 4:1. Namun pengulangan pencucian secara umum mampu meningkatkan kandungan air ikan, sehingga kelebihan air sukar dihilangkan dan daging menjadi mengembang, untuk itu ditambahkan natrium klorida 0,01-0,3% pada pencucian terakhir untuk mempermudah pengurangan kadar air dari daging ikan. 1.6. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis dalam penelitian ini yaitu 1. Diduga adanya pengaruh berat jumlah dari ikan gabus yang berbeda terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus. 2. Diduga adanya pengaruh jenis tepung yang berbeda terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus.

3. Diduga adanya interaksi antara jumlah ikan gabus dan jenis tepung yang berbeda terhadap karakteristik kamaboko ikan gabus. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan. Jl. Dr. Setiabudi No.193, Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan November - Desember 2017.