MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

dokumen-dokumen yang mirip
KASUS PENYIMPANGAN SOSIAL. Dimas Y, Nyalliska W, Priyo Imam, Hilmi A, Fandy A, Prillia N X-8

Defenis Menurut Para Pakar

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

PERILAKU MENYIMPANG.

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL

Dinamika Pelanggaran Hukum

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Oleh : SAWABI, S.E, M.M

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

Munculnya Sebuah Keluarga

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

MASALAH LINGKUNGAN SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan

Norma Dalam Kehidupan Masyarakat

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA PENCURIAN PADA SAAT TERJADI BENCANA ALAM

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB II TEORI KONTROL SOSIAL TRAVIS HIRSCHI. kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat.

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDEKATAN MASALAH NUR ENDAH JANUARTI, MA

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

Modul ke: Sosiologi INSTITUSI SOSIAL. Fakultas Psikologi. Farah Rizkiana Novianti, M.Psi.T. Program Studi Psikologi.

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan (pancaroba), yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. dilengkapi dengan hasil wawancara, implikasi, keterbatasan, dan saran-saran

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PEMBELAJARAN AFEKTIF

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak data dan informasi tentang tingkat perilaku delinkuen remaja yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG 1. Hakekat Perilaku Menyimpang Sebelum masuk ke dalam materi perubahan sosial budaya, saudara dapat menyaksikan video terkait dengan perilaku menyimpang di masyarakat, berikut videonya: https://www.youtube.com/watch?v=e5huocqp1bk. Dalam proses sosialisasi di masyarakat, seseorang disadari atau tidak disadari pasti pernah melakukan tindakan menyimpang, baik dalam skala besar atau pun kecil. Tindakan menyimpang dapat terjadi di mana saja, antara lain pada masyarakat tradisional, desa, kota, maupun pada masyarakat modern yang kehidupannya sudah modern. Gambar perilaku menyimpang di masyarakat dewasa ini dapat kita lihat pada tayangan tv, berita radio, dan media lainnya. Hampir setiap hari kita dengar dan kita baca berita tentang kasus pencurian, perampokan, pembunuhan dan tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan kebiasaan masyarakat tersebut. Perilaku menyimpang merupakan hasil proses sosialisasi yang tidak sempurna, serta ketidakmampuan seseorang menerapkan nilai dan norma sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang, sehingga menghasilkan perilaku yang menyimpang. a. Pengertian Perilaku Menyimpang Kehidupan di masyarakat tidak selamanya sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku, serta sesuai dengan harapan, akibatnya banyak terjadi penyimpangan. Adapun definisi perilaku menyimpang (deviant behavior ) itu sendiri adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Seseorang yang melakukan penyimpangan pada umumnya disebut tindakan yang melanggar aturan. Tindakan menyimpang ini terdorong untuk mendapatkan sesuatu. Banyak orang yang percaya bahwa yang melakukan penyimpangan (atau orang yang pertama kali melakukan penyimpangan), 1

dengan sengaja dan penuh kesadaran atau kurang sadar karena ada motifmotif tertentu. Akan tetapi, di masyarakat ada pula yang melakukan penyimpangan secara tidak sengaja, bukan berarti tidak menaati norma yang berlaku, melainkan dapat disebabkan keterpaksaan, keteledoran atau ketidaktahuan. Setiap kelompok menginginkan adanya perilaku yang teratur dan sesuai dengan yang diinginkan para anggotanya. Keteraturan dihasilkan dari proses sosialisasi sehingga penyesuaian diri merupakan bentuk interaksi sosial agar perilaku seseorang terhadap orang lain sesuai dengan harapanharapan kelompoknya. Apabila perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat, terjadilah suatu penyimpangan. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Penyimpangan juga bisa disebabkan oleh penyerapan nilai dan norma yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Kedua hal tersebut cukup berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang sehingga menghasilkan perilaku yang menyimpang. Untuk lebih memahami tentang perilaku menyimpang, berikut beberapa definisi dari para sosiolog. - Paul B. Horton. Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. - James Vander Zander. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal tercela dan di luar batasbatas toleransi. - Robert M.Z. Lawang. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut. Dari definisi tersebut, dapat disimak bahwa norma sosial merupakan ukuran menyimpang atau tidaknya suatu perbuatan. Nilai dan norma bersifat relatif karena mengalami perubahan atau pergeseran dan kegunaannya berbeda antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya. Dengan demikian, perilaku yang dapat dikatakan menyimpang pun relatif, bergantung 2

pada situasi, kondisi, dan sistem sosial suatu masyarakat. Contohnya, sekarang banyak pemuda yang memakai perhiasan seperti wanita. Hal tersebut kini dianggap sebagai hal biasa bahkan menjadi mode. Padahal dahulu hal seperti itu dianggap sebagai perilaku menyimpang. Kumpul kebo (samen leaven) atau hidup bersama di luar nikah merupakan perbuatan yang bisa diterima pada masyarakat barat, tetapi di Indonesia merupakan perbuatan menyimpang karena melanggar norma kelompok atau masyarakat. Perilaku menyimpang beberapa individu bisa saja menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Hal ini dapat dimungkinkan apabila perilaku menyimpang tersebut banyak pengikutnya dan mendapatkan dukungan dari kelompok organisasi untuk membenarkan penyimpangan itu. Perbuatan tersebut tidak lagi dilarang sebagai perilaku menyimpang, tetapi sebagai norma baru. Perilaku menyimpang, sering merupakan awal dari penyesuaian untuk masa yang akan datang. Tanpa perilaku menyimpang, suatu penyesuaian terhadap perubahan akan mengalami kesulitan. Contohnya, dahulu wanita yang berani berpendapat dalam keluarga karena menentang perjodohan oleh orangtuanya dianggap sebagai penyimpangan. Hal tersebut merupakan awal dari penyesuaian terhadap perubahan sehingga sekarang kita dapat melihat wanita semacam itu dianggap hal yang biasa. b. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang Berdasarkan uraian sebelumnya, berarti tidak semua perilaku menyimpang selalu berakibat negatif. Namun persoalannya, penyimpangan yang bagaimana yang dapat diterima masyarakat? Hal tersebut bergantung pada norma sosial yang diperlukan masyarakat pada masa yang akan datang. Untuk itu, Paul B. Horton memberikan ciri-ciri perilaku menyimpang: 1) Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan Orang tidak dapat menuduh atau menilai suatu perbuatan menyimpang secara sembarangan. Perbuatan dapat dikatakan menyimpang jika didefinisikan sebagai menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut, dan bukan semata-mata ciri tindakan yang 3

dilakukan oleh seseorang. Dengan kata lain, menyimpang tidaknya suatu perilaku harus dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. 2) Penyimpangan Bisa Diterima Bisa Juga Ditolak Tidak selamanya perilaku menyimpang merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang dapat diterima bahkan dipuji dan dihormati. Contohnya, hasil penemuan para ahli tentang sesuatu kadangkadang bertentangan dengan kebiasaan lama yang bersifat umum. 3) Penyimpangan Relatif dan Penyimpangan Mutlak Pada dasarnya, semua orang normal sesekali pernah melakukantindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu bersifat relatif untuk setiap orang. Bahkan, orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya. Bahkan, pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benarbenar menyimpang). Alasannya, orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. 4) Penyimpangan terhadap Budaya Ideal Maksud dari budaya ideal di sini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat, tetapi dalam kenyataannya banyak anggota masyarakat yang tidak patuh terhadap segenap peraturan resmi (budaya ideal) tersebut. Contohnya, budaya antre dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. 5) Terdapat Norma-Norma Penghindaran Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memenuhi keinginan pihak lain, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terang-terangan atau terbuka. Contohnya, apabila pada suatu masyarakat terdapat norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, akan muncul norma-norma penghindaran. Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (semiinstitutionalized). 4

6) Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma-norma baru. c. Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Dalam pelajaran terdahulu, nilai dan norma adalah suatu pedoman untuk mengatur perilaku manusia. Dalam internalisasi nilai dan norma ini, terjadi proses sosialisasi dalam diri seseorang. Ada seseorang yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik dan ada pula yang tidak dapat melakukan proses sosialisasi dengan baik. Dengan demikian, pembentukan perilaku menyimpang merupakan suatu proses yang dapat dipandang dari berbagai sudut sebagai berikut. 1) Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Sosiologi Kehidupan bersama dalam suatu kelompok masyarakat melahirkan kebudayaan yang berisi tujuan-tujuan bersama dan cara-cara yang diperkenankan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sebagai akibat dari proses sosialisasi, individu-individu belajar mengenali tujuan-tujuan kebudayaannya. Selain itu, mereka juga mempelajari cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang selaras dengan kebudayaannya. Jika kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tidak terdapat, setiap individu mencari cara lain yang kadang-kadang menimbulkan penyimpangan. Apalagi jika tiap individu diberi kesempatan untuk memilih cara-caranya sendiri, kemungkinan perilaku menyimpang yang terjadi akan semakin besar. Sebab perilaku menyimpang dalam sosiologi dapat dilihat dari hal-hal berikut: Perilaku menyimpang karena sosialisasi, anomi, hubungan diferensiasi, serta pemberian julukan (labeling). 5

2) Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Biologi Sebagian besar ilmuwan abad ke-19 berpsaudarangan bahwa kebanyakan perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor-faktor biologis, seperti tipe sel-sel tubuh. Salah satunya adalah pandangan dari seorang ahli bernama Caesare Lombroso. Ia berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi yang panjang, adanya kelainan pada mata yang khas, jari-jari kaki dan tangan relatif besar, serta susunan gigi yang tidak normal. Adanya pandangan dari sudut biologi ini telah menimbulkan keraguan dari para ahli ilmu sosial. Meskipun ditunjang oleh berbagai bukti empiris, para kritikus menemukan sejumlah kesalahan metode penelitian sehingga menimbulkan keraguan terhadap kebenaran teori tersebut. Para ilmuwan lainnya menganggap faktor biologis sebagai faktor yang secara relatif tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku. 3) Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Psikologi Teori ini berpsaudarangan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang karena perilaku menyimpang seringkali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental. Namun, teori psikologis tidak dapat memberikan banyak bantuan untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang. Ilmuwan yang terkenal di bidang ini ialah Sigmund Freud. Dia membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut. Id, bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah dan impulsif (mudah terpengaruh oleh gerak hati); Ego, bagian diri yang bersifat sadar dan rasional (penjaga pintu kepribadian); Superego, bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi sebagai suara hati. Menurut Freud, perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan (tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan, tidak berhasil memberikan perimbangan. 6

4) Terjadinya Perilaku Menyimpang dari Sudut Pandang Kriminologi Dalam hal ini perilaku menyimpang dapat dilihat dari Teori Konflik dan Teori Pengendalian. Dalam teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai berikut. Konflik budaya terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. Setiap kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Akibatnya, orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpang. Berbagai norma yang saling bertentangan yang bersumber dari kebudayaan khusus yang berbeda itu akan menciptakan kondisi anomi. Pada masyarakat seperti ini, kelas rendah harus bertentangan (berkonflik) dengan kelas menengah hanya karena mereka dipaksa meninggalkan kebudayaan yang telah mereka anut sebelumnya. Konflik kelas sosial terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya. Pada kondisi ini terjadi eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah. Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat. Dilihat dari teori pengendalian, kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari dalam ataupun dari luar. Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupaya imbalan sosial terhadap konformitas (tindakan mengikuti warna) dan sanksi hukuman terhadap tindakan penyimpangan. Dalam masyarakat konvensional, terdapat empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya, yaitu: - kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati; - ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain, berupa sejauh mana kepekaan seseorang terhadap kadar penerimaan orang konformis; - keterikatan (komitmen), berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis; 7

- keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat, seperti Majelis Ta lim, sekolah, dan organisasi-organisasi setempat. Semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang akan salah satu pengikat tersebut, semakin kecil pula kemungkinan baginya untuk melakukan penyimpangan. 8