Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN...

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA SISTEM KOLAM KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: IPLT SUKAWINATAN)

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

Pengolahan AIR BUANGAN

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

5.4 Perencanaan Plat untuk Bentang 6m

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERENCANAAN

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR

PERHITUNGAN RAB PADA PERANCANGAN UNIT IPAL DI SENTRAL INDUSTRI BATIK KABUPATEN PEKALONGAN

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB IV DASAR PERENCANAAN

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

A. Karim Fatchan 1); Prillia Rahmawati 2)

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

STUDI TATA LAKSANA DAN ANALISIS BIAYA PEMBANGUNAN KOLAM PENAMPUNGAN PENCAMPUR AIR TAWAR DAN AIR LAUT UNTUK TAMBAK UDANG WINDU

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTIM SANITASI SKALA LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BATU JAWA TIMUR

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

PERENCANAAN PLAT LANTAI PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG ISLAMIC CENTER KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM SANITASI SKALA LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BATU JAWA TIMUR

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengelolaan Air Limbah Domestik

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat di dunia

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Zuhaelsi Zubir, ST.MT

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. mengetahui metode di lapangan, maka dibuatkan gambar shop drawing. Dimana

ADDENDUM I. Nomor : 02/Pokja-KK.2/DPKP/2017 Tanggal : 12 Mei atas STANDAR DOKUMEN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

ANALISIS PERBANDINGAN PELAT BETON SISTEM BONDEK DENGAN PELAT BETON SISTEM BERONGGA PRATEGANG PRACETAK DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT DENGAN METODE DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 3. Naskah Publikasi

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. akan menguraikan zat organik yang dikandungnya dan menghasilkan gas yang

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

septic tank Septic tank

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR JATIBARANG KOTA SEMARANG DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL

BAB 9 BOQ DAN RAB 9.1 BOQ SPAL

Seminar Tugas Akhir. Mahasiswa: Monica Dewi Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono, Dipl.SE., MSc., PhD. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN (JTL)

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR PENUNJANG MEDIS RSUD BOJONEGORO DENGAN SISTEM FLAT-SLAB

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

PENGELOLAAN METODE IPAL ( INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH ) DALAM MENGATASI PENCEMARAN AIR TANAH DAN AIR SUNGAI. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

TUGAS AKHIR RC

Transkripsi:

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 106 STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KOTA KUALA KAPUAS KABUPATEN KAPUAS Oleh: Ainun Hasanah 1), Dwi Anung Nindito 2), dan I Made Kamiana 3) Seiring berkembangnya suatu daerah dan diikuti oleh lajunya pertumbuhan penduduk, mengakibatkan meningkatnya volume bahan buangan manusia ke lingkungan. Kuala Kapuas memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 56.902 jiwa (BPS, 2010), sehingga diperlukan perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang dapat digunakan untuk mengolah bahan buangan manusia sebelum dibuang ke lingkungan, agar lebih aman. Perencanaan ini mengacu kepada beberapa peraturan atau standar yang berlaku di Indonesia, antara lain: Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam Tahun 1999, Dasar-dasar Teknik Pengelolaan Air Limbah, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton pada SK SNI 03-2847-2002 serta Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Cipta Karya Tahun 2013. Hasil perhitungan dan perencanaan diperoleh dimensi hidrolis masing-masing kolam: (a) Tangki imhoff memiliki panjang 7 m, lebar 4,7 m, dan kedalaman total 7 m; (b) Kolam Anaerobik memiliki panjang 7,8 m, lebar 2,6 m, dan kedalaman 3 m; (c) Kolam Fakultatif memiliki panjang 18 m, lebar 6 m, dan kedalaman 2,5 m; (d) Kolam Maturasi memiliki panjang 6,6 m, lebar 3,3 m, dan kedalaman 2 m; serta (e) Unit Pengering Lumpur memiliki panjang 15 m, lebar 5 m, dan kedalaman 1 m. Hasil perhitungan dan perencanaan diperoleh dimensi struktur kolam anaerobik, fakultatif dan maturasi dengan menggunakan mutu beton fc 25 MPa, mutu baja fy 300 MPa, ketebalan pelat rencana 250 mm, diperoleh beton dengan tulangan tunggal, tulangan pokok berdiameter 16 mm dan tulangan bagi berdiameter 12 mm, jarak antar tulangan pokok bervariasi (90-200 mm), sedangkan untuk jarak antar tulangan bagi adalah 220 mm. Hasil perhitungan RAB untuk pembangunan IPLT di Kuala Kapuas adalah sebesar Rp1.916.753.000 (Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah). Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk selalu diikuti dengan peningkatan volume bahan buangan atau limbah ke lingkungan. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Limbah atau bahan buangan membutuhkan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, karena bahan buangan atau limbah berpotensi untuk menjadi pencemar dan membahayakan kesehatan masyarakat serta dapat merusak lingkungan. Kecamatan Selat merupakan kecamatan yang terletak di ibukota Kabupaten Kapuas yang memiliki jumlah penduduk 56.902 jiwa (BPS, 2010), dengan kondisi tersebut maka diperlukan upaya untuk mengolah bahan buangan manusia agar mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan studi perencanaan IPLT di Kota Kuala Kapuas (Kecamatan Selat) Kabupaten Kapuas. Perencanaan IPLT di Kota Kuala Kapuas (Kecamatan Selat) Kabupaten Kapuas meliputi: 1. Bagaimanakah desain teknis dimensi (panjang, lebar, kedalaman) setiap unit pada IPLT di Kota Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas? 2. Berapa biaya yang diperlukan untuk konstruksi IPLT di Kota Kuala Kapuas Kabupaten Kapuas? TINJAUAN PUSTAKA Proyeksi Jumlah Penduduk Berdasarkan Modul 3 Dasar-Dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah, dalam perencanaan suatu sistem IPLT, rencana pengembangan sarana dan prasarana air limbah harus direncanakan untuk periode perencanaan 15-20 tahun ke depan. Data jumlah penduduk sangat menentukan seberapa besar debit bahan buangan (tinja) yang akan diolah pada 1) Ainun Hasanah adalah mahasiswa Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Dwi Anung Nindito, S.T., M.T adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 3) Dr. Ir. I Made Kamiana, M.T adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 107 IPLT. Oleh sebab itu, proyeksi jumlah penduduk sampai dengan 20 tahun ke depan harus diperhitungkan. Sistem Sanitasi Sistem sanitasi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) dan sistem sanitasi terpusat (off site sanitation). Sistem sanitasi setempat adalah sistem pembuangan air limbah di mana air limbah dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang di tempat (Oktarina dan Haki, 2012). Sistem sanitasi terpusat merupakan sistem pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur dan limbah kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan (Fajarwati, 2000). Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (On Site System) On site system merupakan sistem pengelolaan air limbah yang saat ini digunakan oleh mayoritas penduduk Indonesia, baik yang tinggal di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Pengoperasian sistem setempat lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara individual, keluarga, maupun sekelompok masyarakat (komunal) (Oktarina dan Haki, 2012). IPLT Oktarina dan Haki (2012) menyatakan bahwa IPLT adalah instalasi pengolahan air limbah yang didesain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil (truk tinja). Lumpur tinja diambil dari unit pengola limbah tinja seperti tangki septik dan cubluk tunggal ataupun endapan lumpur dari underflow unit pengolahan air limbah lainya. IPLT dirancang untuk mengolah lumpur tinja sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pengolahan lumpur tinja dilakukan dengan tujuan utama: 1. Menurunkan kandungan zat organik dari dalam lumpur tinja. 2. Menghilangkan atau menurunkan kandungan mikroorganisme patogen (bakteri, virus, jamur dan lain sebagainya). Penentuan Kapasitas (Debit) IPLT Kapasitas IPLT ditentukan dengan menghitung jumlah sarana tangki septik yang berada di wilayah terkait. Bila data jumlah tangki septik sulit didapat atau diinventarisasi, maka dapat dilakukan pendekatan 50-60% dari jumlah penduduk yang ada di daerah pelayanan (Modul 3 Dasar-dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah). Debit lumpur tinja = Persentase pelayanan x jumlah penduduk daerah layanan x laju timbulan lumpur tinja...(1) Penentuan Sistem Pengolahan Sistem pengolahan yang akan dipilih dalam perencanaan IPLT disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi daerah layanan, serta menyesuaikan hasil analisis data yang dikumpulkan. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan lumpur tinja: efektif, murah dan sederhana dalam hal konstruksi maupun operasi dan pemeliharaannya, kapasitas dan efisiensi pengolahan, lokasi pembangunan IPLT, serta jumlah penduduk yang akan dilayani. Alternatif metode pengolahan yang direkomendasikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani (berdasarkan CT/AL/RE-TC/001/98): 1. Alternatif pilihan 1 digunakan untuk pelayanan maksimal 50.000 orang dan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal 500 m. 2. Alternatif pilihan 2 digunakan untuk pelayanan 50.000-100.000 orang dan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal 250 m. 3. Alternatif pilihan 3 digunakan untuk pelayanan >100.000 orang dan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal 250 m. Teknologi Pengolahan Lumpur Tinja Oktarina dan Haki (2012) menyatakan bahwa teknologi yang umum digunakan untuk mengolah lumpur tinja di Indonesia adalah kombinasi tangki imhoff dan kolam stabilisasi

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 108 atau hanya menggunakan kolam stabilisasi saja. Jenis dan fungsi unit pengolahan yang digunakan pada IPLT yaitu: 1) tangki imhoff (bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air berfungsi untuk menurunkan kebutuhan oksigen biokimia dan suspended solid, serta pembusukan dari lumpur yang terendapkan dari effluent lumpur tinja bak pengumpul. Di sini terjadi proses pengendapan dan pencernaan secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona lumpur); 2) kolam anaerobik (Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut karena beban organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikan limbah organik); 3) kolam fakultatif (berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi bahan organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah pada kolam anaerobik. Proses yang terjadi pada kolam adalah campuran antara proses aerob dan anaerob. Kolam fakultatif terbagi menjadi 3 zona atau lapisan. Lapisan paling atas disebut dengan zona aerobik karena kaya akan oksigen. Zona tengah disebut zona aerobik-anaerobik. Selanjutnya zona paling bawah disebut dengan zona aerobik di mana oksigen tidak ditemukan lag); 4) kolam maturasi (disebut juga kolam pematangan, berfungsi untuk menghilangkan mikroba patogen yang berada di dalam limbah melalui perubahan kondisi yang berlangsung dengan cepat serta ph yang tinggi); 5) unit pengering lumpur (berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang dihasilkan dari unit pengolahan biologis. Lumpur selanjutnya dikeringkan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan angin. Lumpur tersebut dapat digunakan sebagai pupuk) Tekanan Tanah Aktif Perhitungan tekanan tanah aktif digunakan untuk memperhitungkan besarnya tekanan horizontal yang terjadi pada dinding kolam akibat tekanan tanah disekitarnya. Tekanan Uplift Perhitungan tekanan uplift digunakan untuk memperhitungkan besarnya gaya angkat ke atas akibat muka air tanah yang terjadi pada lantai dasar kolam. Beton Bertulang Dinding dan pelat lantai kolam anaerobik, kolam fakultatif serta kolam maturasi terbuat dari beton bertulang. Momen-momen yang diambil dalam perencanaan penulangan beton bertulang adalah hasil perhitungan dari tekanan tanah aktif sebagai momen dinding, serta tekanan uplift sebagai momen pelat lantai. Konsep perencanaan beton bertulang mengacu kepada peraturan di Indonesia yaitu SNI 03-2847-2002 (Asroni, 2010). Mutu beton direncanakan fc = 25 MPa, sedangkan mutu baja fy = 300 MPa. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya bangunan merupakan perhitungan biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan dibangun. Data yang dibutuhkan dalam menghitung RAB, antara lain: gambar rencana bangunan, spesifikasi teknis pekerjaan, volume masingmasing pekerjaan yang akan dilaksanakan, daftar harga upah pekerja dan bahan bangunan, serta analisis harga satuan pekerjaan (Anonim). METODE PERENCANAAN Lokasi Studi Lokasi studi perencanaan adalah Kota Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jenis Data Yang Diperlukan Data yang diperlukan dalam perencanaan ini terdiri dari dua macam data pokok yaitu data primer (lokasi atau lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan IPLT; Kondisi lingkungan di sekitar lokasi/lahan pembangunan IPLT; dan prasarana jalan menuju calon lokasi IPLT) dan data sekunder (data kependudukan yang meliputi data jumlah penduduk pada lokasi studi, data kependudukan ini akan digunakan untuk menentukan besaran kapasitas dan metode pengolahan IPLT yang akan dipilih dan direncanakan; Basic Price (Harga satuan bahan dan upah pekerja) Kabupaten Kapuas terbaru untuk memperhitungkan rencana anggaran biaya pembangunan IPLT)

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 109 Pengolahan Data Pengolahan data yang diperlukan adalah pengolahan data penduduk untuk mendapatkan proyeksi penduduk sampai dengan 20 tahun ke depan dengan Metode Aritmatik atau Metode Geometrik, dipilih perhitungan yang paling mendekati 1 dengan Metode Standar Deviasi. Perencanaan Teknis Perencanaan teknis dalam studi perencanaan ini meliputi: 1. Penentuan kapasitas (debit) IPLT 2. Penentuan sistem pengolahan Sistem pengolahan yang akan dipilih disesuaikan dengan kondisi daerah layanan serta hasil analisis data yang berhasil dikumpulkan. 3. Perhitungan dimensi unit-unit pengolahan Unit-unit pengolahan pada IPLT yang akan dihitung dimensinya: (a) Tangki imhoff; (b) Kolam anaerobik (anaerobic pond); (c) Kolam fakultatif (facultative pond); (d) Kolam maturasi (maturation pond); (e) Unit pengering lumpur (sludge drying bed). 4. Perhitungan tekanan tanah aktif, tekanan uplift, serta perhitungan struktur beton bertulang pada dinding dan lantai kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi. 5. Penggambaran dimensi unit-unit pengolahan 6. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Desain IPLT selesai, selanjutnya dilakukan perhitungan rencana anggaran biaya pembangunan berdasarkan SNI 2013 dan basic price Kabupaten Kapuas tahun 2016. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Proyeksi Penduduk Untuk memperkirakan jumlah penduduk di Kecamatan Selat sampai dengan 20 tahun mendatang dipilih Metode Geometrik karena hasil perhitungan standar deviasi menunjukkan angka yang terkecil dibandingkan dengan metode arithmatik, yaitu 1706. Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Selat 20 Tahun Mendatang Metode Geometrik Pn = =...(2) P2035 = P2035 = 72998 jiwa Jadi, jumlah penduduk Kecamatan Selat pada Tahun 2035 adalah sebanyak 72.998 jiwa. Penentuan Lokasi IPLT Lokasi yang dipilih untuk perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kuala Kapuas adalah daerah Handel Palinget. Lokasi ini satu kawasan dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Handel Palinget. Dipilihnya Handel Palinget sebagai lokasi perencanaan IPLT dengan pertimbangan dari beberapa aspek sebagai berikut: 1. Memiliki areal yang cukup luas yaitu ± 10 Ha, sehingga memungkinkan untuk dibangun IPLT. 2. Daerah bebas banjir, karena tidak termasuk dalam daftar kawasan rawan bencana banjir. 3. Daerah bebas gempa, karena wilayah Kecamatan Selat secara umum merupakan daerah yang tidak pernah mengalami gempa (jauh dari sumber gempa). 4. Daerah bebas longsor, karena berada pada daerah yang cenderung datar. 5. Berjarak 7,5 km dari kota (wilayah permukiman). 6. Memiliki akses penghubung berupa jalan dengan perkerasan. 7. Rencana lokasi berjarak 20 m ke saluran penerima 8. Rencana lokasi terletak pada lahan terbuka dengan intensitas penyinaran matahari yang baik. 9. Kondisi tanah pada lokasi rencana IPLT berupa tanah lempung (tanah liat) yang sulit menyerap air (permeabilitas rendah), aman dari resiko pencemaran, serta merupakan lahan yang tidak produktif. Penentuan Kapasitas (Debit) IPLT Debit lumpur tinja= persentase pelayanan x jumlah penduduk daerah layanan x laju timbulan lumpur tinja = 50% x 72.998 x 0,5 = 18.249,5 L/hari = 18,2495 m 3 /hari = 19 m 3 /hari

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 110 Penentuan Sistem Pengolahan Jumlah penduduk Kecamatan Selat sebanyak 72.998 jiwa, maka sistem pengolahan yang dipilih adalah sistem alternatif 2 (untuk pelayanan 50.000-100.000 orang dengan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal 250 m). Unit-unit pengolahan IPLT yang terdapat dalam sistem alternatif 2: tangki imhoff, kolam anaerobic, kolam fakultatif, kolam maturasi, dan unit pengering lumpur. Perencanaan Unit Pengolahan IPLT Perencanaan Tangki Imhoff Perhitungan/perencanaan dimensi tangki imhoff ditunjukkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perhitungan/Perencanaan Dimensi Tangki Imhoff Perhitungan/perencanaan dimensi kolam anaerobik ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Perhitungan/Perencanaan Dimensi Kolam Anaerobik Perencanaan Kolam Fakultatif Kolam fakultatif digunakan 1 unit. Perhitungan/perencanaan dimensi kolam fakultatif ditunjukkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Perhitungan/Perencanaan Dimensi Kolam Fakultatif Perencanaan Kolam Anaerobik Pada sistem pengolahan alternatif 2, kolam anaerobik digunakan (2) unit dan disusun secara seri yang terdiri dari kolam anaerobik I dan II dengan dimensi yang sama.

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 111 Perencanaan Kolam Maturasi Kolam maturasi direncanakan 2 unit dengan dimensi yang sama. Perhitungan/perencanaan dimensi kolam maturasi ditunjukkan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Perhitungan/Perencanaan Dimensi Kolam Maturasi Perencanaan Unit Pengering Lumpur Jumlah penduduk yang akan dilayani sampai dengan Tahun 2035 adalah sebanyak 72.998 jiwa. Sehingga kebutuhan drying bed operasi sebanyak 2 unit, dan kebutuhan drying bed stand-by sebanyak 1 unit, tanpa kebutuhan lahan untuk perluasan (0 unit). Hasil perhitungan/perencanaan dimensi unit pengering lumpur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Perhitungan/Perencanaan Dimensi Unit Pengering Lumpur Perhitungan/Perencanaan Struktur Beton Unit Pengolahan IPLT Perhitungan Tekanan Tanah Aktif Dari perhitungan tekanan tanah aktif diperoleh momen pada setiap dinding kolam adalah sebesar: 1. Kolam Anaerobik : 9,559 tm 2. Kolam Fakultatif : 5,825 tm 3. Kolam Maturasi : 3,230 tm Perhitungan Tekanan Uplift Lantai kolam diasumsikan sebagai balok dengan tumpuan jepit-jepit. Sehingga momen yang terjadi, dihitung dengan rumus: M(+) = 1/12.q.L2 = 1/12.q.B2...(3) Diperoleh tekanan uplift pada setiap lantai kolam adalah sebesar: 1. Kolam Anaerobik : 1,549 tm 2. Kolam Fakultatif : 6,75 tm 3. Kolam Maturasi : 1,588 tm Perhitungan Tulangan Dinding Kolam Perencanaan beton untuk dinding menggunakan beton fc = 25 MPa, fy = 300 MPa, tebal dinding = 250 mm, tebal selimut = 40 mm, tulangan yang digunakan diameter 16 dan 12. Diperoleh tulangan dinding pada masingmasing kolam sebagai berikut: 1. Kolam Anaerobik : Tul.pokok (D16-90), 2. Kolam Fakultatif : Tul.pokok (D16-160), 3. Kolam Maturasi : Tul.pokok (D16-200), Perhitungan Tulangan Pelat Lantai Kolam Perencanaan beton untuk pelat lantai menggunakan beton fc = 25 MPa, fy = 300 MPa, tebal dinding = 250 mm, tebal selimut = 40 mm, tulangan yang digunakan diameter 16 dan 12. Diperoleh tulangan dinding pada masingmasing kolam sebagai berikut: 1. Kolam Anaerobik : Tul.pokok (D16-200), 2. Kolam Fakultatif : Tul.pokok (D16-140), 3. Kolam Maturasi : Tul.pokok (D16-200),

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 112 Gambar Hasil Perhitungan Dimensi dan Penulangan Gambar 4. Kolam Fakultatif Gambar 1. Layout IPLT Kuala Kapuas Gambar 5. Kolam Maturasi Gambar 2. Tangki Imhoff Gambar 6. Unit Pengering Lumpur Gambar 3. Kolam Anaerobik Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan hasil perkalian antara volume pekerjaan dengan harga satuan yang telah di analisis

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 113 (AHSP). Adapun hasil perhitungan RAB ditunjukkan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) SATUAN HARGA JUMLAH No. URAIAN PEKERJAAN KODE ANALISA VOLUME PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA PEKERJAAN (Rp.) (Rp.) A PEKERJAAN PERSIAPAN SATUAN HARGA JUMLAH No. 1.1 Pembersihan URAIAN Lokasi PEKERJAAN KODE A.2.2.1.9 ANALISA VOLUME 1358,3 PEKERJAAN VOLUME M2 SATUAN Rp22.320 HARGA Rp30.317.256 A PEKERJAAN (Rp.) (Rp.) 1.2 Pemasangan Bouwplank A.2.2.1.4 288,6 M Rp348.684 Rp100.630.202 PEKERJAAN PERSIAPAN 1.3 1.1 Pembuatan Pembersihan Gudang Lokasi A.2.2.1.7 A.2.2.1.9 1358,3 16 M2 M2 Rp1.113.173 Rp22.320 Rp17.810.760 Rp30.317.256 1.4 1.2 Pekerjaan Pemasangan Dewatering Bouwplank A.2.2.1.4 Ls 716,41 288,6 M3 M Rp100.000 Rp348.684 Rp100.630.202 Rp71.641.000 1.3 Pembuatan Gudang A.2.2.1.7 16 M2 Rp1.113.173 Jumlah A Rp220.399.218 Rp17.810.760 1.4 Pekerjaan Dewatering Ls 716,41 M3 Rp100.000 Rp71.641.000 B PEKERJAAN TANAH Jumlah A Rp220.399.218 B 2.1 PEKERJAAN Galian Tanah TANAH Biasa (2 m) A.2.3.1.2 271,42 M3 Rp120.528 Rp32.713.710 2.1 Galian Tanah Biasa (3 (2 m) A.2.3.1.3 A.2.3.1.2 649,27 271,42 M3 Rp143.493 Rp120.528 Rp93.165.570 Rp32.713.710 2.2 2.1 Urugan Galian Tanah Biasa Kembali (3 m) A.2.3.1.9 A.2.3.1.3 649,27 306,9 M3 Rp143.493 Rp71.920 Rp22.072.248 Rp93.165.570 2.2 Urugan Tanah Kembali A.2.3.1.9 306,9 M3 Rp71.920 Jumlah B Rp147.951.528 Rp22.072.248 Jumlah B Rp147.951.528 PEKERJAAN BETON C PEKERJAAN BETON 3.1 Pembuatan Beton K-250 A.4.1.1.8 129,04 M3 Rp1.021.356 Rp131.795.742 3.2 Bekisting Pelat Lantai A.4.1.1.24 192,12 M2 Rp438.941 Rp84.329.306 3.3 Bekisting Dinding A.4.1.1.25 324 M2 Rp437.941 Rp141.892.819 3.4 Pembesian (Ø 12) A.4.1.1.17 2889,21 Kg Rp146.938 Rp42.453.474 3.4 Pembesian (Ø 12) A.4.1.1.17 2889,21 Kg Rp146.938 Rp42.453.474 3.4 Pembesian (D16) A.4.1.1.17 8408 Kg Rp161.920 Rp136.142.336 3.4 3.5 Pembesian Pekerjaan Beton (D16)(150 kg Besi + Bekisting) A.4.1.1.17 A.4.1.1.33 71,84 8408 M3 Kg Rp5.982.054 Rp161.920 Rp136.142.336 Rp429.750.788 3.5 Pekerjaan Beton (150 kg Besi + Bekisting) A.4.1.1.33 71,84 M3 Rp5.982.054 Jumlah C Rp429.750.788 Rp966.364.466 D PEKERJAAN SANITASI DAN PEMIPAAN Jumlah C Rp966.364.466 4.1 Pipa Tanah Diameter 15 cm A.5.1.1.34 23,4 M Rp39.156 Rp916.246 D PEKERJAAN SANITASI DAN PEMIPAAN 4.2 Pipa Beton Diameter 15-20 cm A.5.1.1.35 50 M Rp78.460 Rp3.923.010 4.1 Pipa Tanah Diameter 15 cm A.5.1.1.34 23,4 Rp39.156 Jumlah D Rp4.839.256 Rp916.246 E 4.2 PEKERJAAN Pipa Beton PENUTUP Diameter 15-20 ATAP cm A.5.1.1.35 50 M Rp78.460 Rp3.923.010 Roof Light Fibreglass A.4.5.2.7 384 M2 Rp59.942 Jumlah D Rp23.017.882 Rp4.839.256 Jumlah E Rp23.017.882 E PEKERJAAN PENUTUP ATAP F PEKERJAAN BESI DAN ALUMINIUM Roof Rangka Light Besi Fibreglass Hollow A.4.2.1.21 A.4.5.2.7 384 119 M2 Rp1.435.543 Rp59.942 Rp170.829.641 Rp23.017.882 Jumlah EF Rp170.829.641 Rp23.017.882 F PEKERJAAN BESI DAN ALUMINIUM Jumlah (G) = A + B + C + D + E + F Rp1.533.401.990 H = 10% x G Rp153.340.199 Rangka Besi Hollow A.4.2.1.21 119 M2 Rp1.435.543 Rp170.829.641 I = 15% x G Rp230.010.299 Total G Jumlah + H + FI Rp1.916.752.488 Rp170.829.641 Jumlah (G) = A + B + C + Dibulatkan D + E + F Terbilang "Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu H = Rupiah" 10% x G I = 15% x G Total G + H + I Dibulatkan Rp1.533.401.990 Rp1.916.753.000 Rp153.340.199 Rp230.010.299 Rp1.916.752.488 Rp1.916.753.000 Terbilang "Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah" Dari hasil perhitungan diperoleh Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan IPLT di Kuala Kapuas adalah sebesar Rp1.916.753.000 (Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan perencanaan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dimensi hidrolis masing-masing unit dalam Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja sebagai berikut: (a) Tangki imhoff memiliki panjang 7 m, lebar 4,7 m, dan kedalaman total 7 m; (b) Kolam anaerobik memiliki panjang 7,8 m, lebar 2,6 m, dan kedalaman 3 m; (c) Kolam fakultatif memiliki panjang 18 m, lebar 6 m, dan kedalaman 2,5 m; (d) Kolam maturasi memiliki panjang 6,6 m, lebar 3,3 m, dan kedalaman 2 m; serta (e) Unit pengering Lumpur memiliki panjang 15 m, lebar 5 m, dan kedalaman 1 m. 2. Dimensi struktur kolam anaerobik, fakultatif, dan maturasi yang menggunakan mutu beton fc 25 MPa, mutu baja fy 300 MPa, ketebalan pelat rencana 250 mm, diperoleh beton dengan tulangan tunggal, dengan tulangan pokok berdiameter 16 mm dan tulangan bagi berdiameter 12 mm dengan jarak antar tulangan bagi adalah 220 mm. Jarak antar tulangan pokok pada kolam anaerobik antara lain: tulangan dinding (D16-90), tulangan pelat lantai (D16-200). Jarak antar tulangan pokok pada kolam fakultatif antara lain: tulangan dinding (D16-160, tulangan pelat lantai (D16-140). Jarak antar tulangan pokok pada kolam maturasi antara lain: tulangan dinding (D16-200), tulangan pelat lantai (D16-200). 3. Hasil perhitungan RAB yang mengacu kepada SNI 2013 dan basic price Kabupaten Kapuas Tahun 2016, untuk membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja di Kuala Kapuas diperlukan biaya sebesar Rp1.916.753.000 (Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah). DAFTAR PUSTAKA Anonim. Modul 03 Dasar-Dasar Teknik dan Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. Anonim. 1999. Tata Cara Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sistem Kolam. 1999. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pekerjaan Umum. Anonim. 2002.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-2847-2002. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Anonim. 2013. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Cipta Karya. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum. Anonim. 2015a. Selat dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas. Anonim. 2015b. Kapuas dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas. Anonim. 2016. Peta Kabupaten Kapuas. https://sites.google.com /a/tataruang.org/skpd-kalimantantengah/kab-kapuas. Diakses tanggal 15 Mei 2016.

PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 114 Anonim. 2016. Rencana Anggaran Biaya Bangunan. http://www.ilmusipil.com/rencanaanggaran-biaya-bangunan. Diakses tanggal 30 September 2016. Asroni, A. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu. Fajarwati, A. 2000. Perencanaan Sistem Penyaluran Air Buangan Domestik Kota Palembang (Studi Kasus: Kecamatan Ilir Timur 1 dan Kecamatan Ilir Timur II). Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Oktarina, D dan H. Helmi. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sistem Kolam Kota Palembang (Studi Kasus: IPLT Sukawinatan). Universitas Sriwijaya. Palembang.