BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Limbah Tinja Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus dan merupakan sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus) (Azwar, 1995). Lumpur tinja adalah seluruh isi tangki septik, cubluk tunggal atau endapan lumpur dari underfloor unit pengolahan air limbah lainnya yang pembersihannya dilakukan dengan mobil (Anonim, 2009). Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, yang selanjutnya disebut IPLT, adalah instalasi pengolah air limbah yang didesain untuk hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan) (Anonim, 2009). Sedangkan septictank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara anaerobik. Nama septictank dipergunakan karena dalam sistem ini terlibat proses pembusukan yang dilakukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septictank bisa terdiri atas dua bak atau lebih, dapat pula terdiri dari satu bak saja tetapi diatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat/tembok penghalang) sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Di dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan sehingga di dalam bak tersebut dapat kita lihat adanya 3 macam lapisan, yaitu: 6

2 7 1. Lapisan yang terapung yang terdiri dari kotoran-kotoran padat 2. Lapisan cair 3. Lapisan endapan (lumpur) Gambar 2.1. Gambar Septic Tank Standar (SNI T F) Faktor yang dipakai untuk menentukan besar (isi) dari septictank, adalah: 1. Jumlah pemakai. 2. Lama atau waktu yang diperlukan untuk proses pembusukan (untuk daerah tropis = 3 hari) 3. Banyaknya faecalien (faeces + urine) serta air yang dipergunakan waktu buang air setiap orang (diperhitungkan ± 25 L). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Isi bak = jumlah pemakai X 3 X 25 L. Misalnya jumlah pemakai ada 10 orang, maka besar bak = 10 X 3 X 25 L = 750 L.

3 8 Gambar 2.2. Gambar Septik Tank Modifikasi (SNI T F) Rumus ini tidak berlaku bila ke dalam septictank tersebut dialirkan air bekas mandi cuci dan sebagainya. Untuk keperluan itu ada rumus tersendiri. Kotoran dari bak septictank yang berupa cairan dialirkan ke dalam tanah melalui proses penyaringan. (Joseph Soemardji, 1985) Ketentuan dasar septic tank semacam ini yaitu: 1. Jika jumlah pengaliran sehari tidak melebihi 2000 L, besar bak minimum 3 m 3 2. Bila pengaliran sehari lebih dari 2000 L tetapi kurang dari 6000 L, maka besar bak adalah 1.5 kali jumlah pengaliran sehari. 3. Untuk pengaliran yang melebihi 6000 L, maka besar bak adalah 4500 L + 0,75 kali pengaliran sehari.

4 9 Tabel 2.1. Ukuran Tangki Septik. Jiwa KRL KRB RBA V. Total Ukuran (M) (J) (M3) (M3) (M3) (M3) 2 th 3 th 2 th 3 th 2 th 3 th P L T P L T ,4 0,6 1 0,25 1,65 1,85 1,60 0,80 1,30 1,70 0,85 1, ,8 1,2 2 0,50 3,30 3,70 2,60 1,10 1,40 2,30 1,15 1, ,2 1,8 3 0,75 4,95 5,55 2,60 1,30 1,50 2,75 1,35 1, ,6 2,4 4 1,00 6,60 7,40 3,00 1,50 1,50 3,20 1,55 1, ,0 3,0 5 1,25 8,25 9,25 3,25 1,60 1,60 3,40 1,70 1,60 (Sumber : SNI T F, tahun 1989) Keterangan J KRL KRB RBA V Total P L T = Jumlah Pemakai = Kebutuhan ruang lumpur = Kebutuhan ruang basah = Ruang Bebas Air = volume total = panjang = lebar = tinggi

5 Jenis Limbah Tinja Berdasarkan jenisnya, limbah tinja dapat digolongkan menjadi: 1. Air limbah yang berasal dari kakus disebut sebagai black water. 2. Air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat mencuci pakaian, tempat mencuci piring dan peralatan dapur disebut sebagai grey water (Nasrullah, 2006) Karakteristik Limbah Tinja Karakteristik air limbah dibagi berdasarkan sifat fisik, kimiawi, dan biologis, yaitu: a) Sifat fisik, meliputi temperatur, kekeruhan ( turbidity), warna, bau, dan kandungan padatan. b) Sifat kimiawi, meliputi golongan bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik berasal dari binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan bahan anorganik dapat berupa logam-logam berat seperti Pb, Hg, Cu, dan lain-lain. c) Sifat biologis, meliputi berbagai jenis mikroorganisme baik sebagai penyebab penyakit (bakteri pathogen) maupun mikroorganisme sebagai pengurai. Menurut Standar air limbah yang masuk ke instalasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Laju kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) = 0,5 L/org/hari) 2) BOD (Biologycal Oxigen Demand) = 5000 mg/l

6 11 3) TS (Total Solid) = mg/l 4) TVS (Total Volatile Solid) = 2500 mg/l 5) TSS (Total Suspended Solid) mg/l (1) TSS maksimal 3000 mg/l Influen yang melebihi kualitas seperti di atas memerlukan pengenceran, dengan persyaratan: 1. Bahan pengencer tinja bisa berupa air sungai atau air pengencer lain dengan BOD maksimal 10 mg/l. 2. Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah a) influen tangki imhoff dengan kadar minyak dan lemak tinggi b) influen kolam stabilisasi fakultatif dengan BOD yang melebihi 400 mg/l Karakteristik lumpur tinja ini sebenarnya sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Variasi ini disebabkan oleh beberapa factor menurut Metealf and Eddy, yaitu : 1. Jumlah pemakai 2. Kebiasaan makan dan minum 3. Sumber lumpur tinja seperti dari tangki septik, jokaso, vault toilet, atau sumber ini akan menentukan kesegaran ( freshness) lumpur tinja tersebut 4. Desain dan ukuran tangki septik 5. Kondisi cuaca/iklim 6. Frekuensi Penyedotan/pengambilan lumpur tinja

7 12 7. Adanya infiltrasi air hujan ataupun air tanah Sedangkan kuantitas lumpur tinja per orang per hari yang didapat dari literatur sangat bervariasi angkanya, dari yang terendah 0,3 l/org/hari sampai angka tertinggi 13 l/org/hari. Angka yang paling banyak dilaporkan adalah antara 0,5-1,0 l/org/hari. 2.4 Pengelolaan Lumpur Tinja Sistem Pengolahan Lumpur Tinja Untuk memilih teknologi pada sarana domestik harus disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial budaya setempat. Sistem yang dapat diterapkan untuk menangani dan mengelola air buangan pada suatu daerah terbagi atas 2 sistem yaitu : Sistem Sanitasi Terpusat (Off Site Sanitation) Sistem terpusat yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol pengumpul, yang kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang ke badan air penerima. Gambar 2.3. Diagram Sistem Pengolahan Limbah Tinja Terpusat (off site) (RDTR Kota Negara, 2003)

8 13 Pengolahan dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sarana yang diperlukan dalam sistem terpusat ini adalah jaringan pipa atau saluran air limbah dan bangunan pengolahan air limbah ( Waste Water Treatment Plant). (RDTR Kota Negara, 2003). A. Kelebihan Sistem Air Limbah Terpusat Adapun kelebihan sistem pengolahan air limbah terpusat adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan pelayanan yang terbaik 2. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi 3. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari 4. Memiliki masa guna yang lebih lama 5. Dapat menampung semua air limbah B. Kekurangan Sistem Air Limbah Terpusat Adapun kekurangan sistem pengolahan air limbah terpusat adalah sebagai berikut: a. Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi b. Menggunakan Teknologi tinggi c. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan d. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang e. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan f. Memerlukan pengelolaan, operasi, dan pemeliharaan yang baik

9 Sistem Sanitasi Setempat (On Site Sanitation) Sistem setempat adalah sistem dimana pada daerah tersebut tidak ada sistem riol kota, dan air buangan yang dihasilkan ditangani di daerah setempat. Gambar 2.4. Diagram Sistem Pengolahan Limbah Tinja Setempat( on site) (RDTR Kota Negara, 2003) Pengolahan secara sistem setempat diterapkan dengan menggunakan cubluk individu, cubluk komunal dan tangki septic yang dilengkapi dengan bidang resapan. Sarana tangki septik digunakan untuk mengalirkan air limbah ke jaringan perpipaan air buangan (RDTR Kota Negara, 2003). A. Kelebihan Sistem Air Limbah Setempat Adapun kelebihan sistem pengolahan air limbah setempat adalah sebagai berikut: a. Menggunakan teknologi sederhana b. Memerlukan biaya yang rendah c. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri d. Pengoprasian dan pemeliharaan oleh masyarakat e. Manfaat dapat dirasakan secara langsung

10 15 B. Kekurangan Sistem Air Limbah Setempat Adapun kekurangan sistem pengolahan air limbah setempat adalah sebagai berikut: a. Tidak dapat diterapkan pada setiap daerah, misalkan tergantung pada sifat permiabilitas tanah, tingkat kepadatan dan lain-lain b. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan air bekas mencuci c. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan Pengolahan lumpur tinja pada skala kota besar menggunakan sistem pengolahan terpusat ( off site sanitation), sedangkan untuk kota skala kecil dan sedang menggunakan sistem pengolahan limbah tinja setempat (on site sanitation) (Nasrullah, 2006) Teknik Operasi Pengelolaan IPLT Sistem Setempat Lumpur tinja merupakan hasil proses penguraian tinja manusia ke dalam tanki septik. Proses pengolahan utama yang terjadi dalam tanki septik adalah sebagai berikut (Anonim, 2000): a. Penyisihan padatan tersuspensi b. Pencernaan lumpur dan scum c. Stabilisasi cairan d. Pertumbuhan mikroorganisme

11 16 Tahapan pengolahan lumpur tinja meliputi hal-hal sebagai berikut a. Pengangkutan dengan truk tinja (hauling) b. Pra pengolahan (pretreatment) c. Pengolahan lumpur tinja di IPLT d. Pengeringan lumpur Terdapat beberapa macam pengolahan secara biologis yang diterapkan pada IPLT dengan unit pengolah (reaktor) yang umum digunakan yang bersifat low cost. Berikut beberapa macam unit pengolah yang digunakan dalam IPLT (Anonim, 2000): a. Bak Pengumpul (Equalizing Unit) b. Inhoff Tank Gambar 2.1. Isometrik Inhof Tank Gambar 2.2. Potongan dan Isometrik Inhoff Tank Gambar 2.5. Potongan dan Isometrik Inhoff Tank (Anonim, 2009) c. Kolam Anaerobik d. Kolam Aerasi e. Kolam Fakultatif dengan aerasi

12 17 f. Kolam fakultatif tanpa aerasi g. Kolam Maturasi h. Unit Pengering Lumpur Gambar 2.6. Diagram Sistem Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) (Anonim, 2006) Dari gambar dapat dilihat proses pengolahan limbah tinja. Mobil yang masuk membawa limbah tinja dituangkan ke bak Penampung agar limbah melalui proses penyaringan dan pengenceran dengan air bersih. Kemudian limbah masuk ke Tangki Inhoff, disini terjadi proses pemisahan zat padat (mengendap) dan zat

13 18 cair. Zat padat yang sudah mengendap nanti dialirkan lewat keran menuju bak pengering, sedangkan zat cair dialirkan menuju kolam aerasi anaerobik. Pada kolam Anaerobik ini terjadi proses penguraian kandungan zat organic (BOD & COD) dan SS dengan cara anaerobic. Kemudian cairan lumpur tinja ini mengalir ke kolam fakultatif, pada kolam ini juga dilakukan proses penguraian zat organic (BOD dan COD) kemudian dilanjutkan pada kolam pematangan (maturasi) sebelum bias dialirkan ke badan penerima air. Sedangkan pada bak pengering lumpur dilakukan proses pengeringan lumpur untuk menghasilkan kompos. Air resapan yang terkandung dalam bak pengering dialirkan ke bak fakultatif. Pengoperasian IPLT adalah serangkaian kegiatan untuk menjalankan fasilitas yang ada pada IPLT sesuai prosedur manual dari masing-masing unit utama dan pelengkap. Pemeliharaan IPLT adalah serangkaian kegiatan untuk menjaga agar setiap fasilitas yang ada pada IPLT dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan pengendalian IPLT adalah serangkaian kegiatan untuk menjaga agar proses yang berlangsung pada IPLT dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berikut merupakan fungsi dan operasional unit-unit pengolahan lumpur tinja : Bak penampung/pengumpul/ (Equalizing Unit) Bak pengumpul di IPLT terdiri atas satu buah bak berbentuk persegi. Dalam bak penampung ini setelah lumpur tinja dari mobil tinja dimasukkan, lalu diencerkan dengan penambahan air dari saluran pengencer. Banyaknya

14 19 pengenceran yang ditambahkan sekitar 20 m 3 /hari. Pengenceran dilakukan bertujuan untuk mengurangi bau yang timbul dari tiap-tiap unit pengolahan. Sampah padat seperti kayu, plastik dan karet yang terdapat dalam cairan lumpur diambil secara manual agar tidak mengganggu dalam proses pengolahan selanjutnya. Penampungan lumpur tinja pada bak penampung tersebut hanya bersifat sementara, selanjutnya setelah diencerkan lumpur tinja langsung dialirkan ke kolam anaerobik Tangki Inhoff Tangki Imhoff adalah unit pengolahan primer yang dipakai pada sistem kolam. Di dalam tangki imhoff terjadi proses pengendapan secara anaerobik, melalui zona sedimentasi, zona netral dan zona lumpur. Menurut standar Dirjen PU Kriteria operasional tangki imhoff dapat diuraikan sebagai berikut: a) Waktu detensi > 1,5 jam b) ph = 7 8 c) Zona netral = 0,5 m d) Slot tidak boleh tersumbat e) Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang.

15 Kolam Aerasi Anaerobik Kolam Aerasi Anaerobik ialah unit kolam pengolahan air limbah dengan aerasi mekanik sebagai sumber oksigennya. Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut (DO) karena beban organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikan limbah organik. Kolam ini dibuat dengan kedalaman yang tinggi dengan harapan kondisi anaerob benar terjadi karena dengan kedalaman kolam yang tinggi dan timbulnya scum (busa) dipermukaan kolam memungkinkan tumbuhan alga tidak dapat hidup di kolam ini agar tidak ada oksigen terlarut (DO = 0) (Anonim, 2000) Kolam Aerasi Fakultatif Kolam Aerasi Fakultatif ialah unit pengolahan air limbah dengan aerasi mekanik sebagai sumber oksigennya. Kolam fakultatif terdiri dari satu unit kolam. Kolam ini berbentuk siku. Pada kolam ini tidak terdapat ganggang, alga maupun tanaman lain dan tidak terbentuk scum di lapisan atas kolam. Waktu tedensi adalah 6 hari (Anonim, 2009) Kolam Maturasi Kolam Maturasi ialah unit kolam pengolah air limbah dengan sumber oksigen dari fotosintesa algae. Oksigen yang tersedia terdapat di seluruh kedalaman kolam.

16 21 Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau disebut juga kolam pematangan. Prinsip pengolahan ini adalah bahan organik dioksidasi oleh bakteri aerobik dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga yang tumbuh disekitar permukaan air (Marsono, 1999). Kolam maturasi berfungsi untuk menampung beban organik yang berasal dari kolam fakultatif. Ciri-ciri fisik kolam ini jika dilihat kondisinya hampir sama dengan kolam anaerobik dan fakultatif hanya menampung lumpur tinja dengan kadar air yang tinggi akibat pengenceran. Sehingga dipastikan kondisi kolam aerobik sepenuhnya. Efluen dari kolam maturasi dialirkan lewat saluran drainase menuju Sungai. Berdasarkan kriteria desain waktu detensi yaitu 10 hari (Anonim, 2009) Bak Pengering Lumpur Bak Pengering Lumpur adalah bak yang terdiri dari lapisan porous alami atau buatan, yang menerima lumpur stabil dari underflow unit pengolah air limbah/lumpur tinja untuk dikeringkan dengan cara drainase atau evaporasi. Bak pengering lumpur berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur antara 1 2 minggu, tergantung pada ketebalan lumpur yang tertampung dan cuaca. Kriteria operasional bak pengering lumpur : a) Kadar air lumpur kering optimal = (70 80) % b) Tebal lumpur kering di atas pasir = (20 30) cm

17 22 c) Tebal lumpur basah di atas pasir = (30 45) cm d) Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas mempunyai kriteria seperti berikut 1. Ukuran efektif = (0,30 0,50) mm 2. Koefisien keseragaman < 5 3. Tebal pasir = (15,0 22,5) cm 4. Kandungan kotoran < 1 % terhadap volume pasir e) Waktu pengeringan lumpur (7 10) hari (Anonim, 2009) Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan didasarkan pada jumlah penduduk yang terlayani, luas daerah yang terlayani dan jumlah Limbah Tinja yang terangkut ke IPLT Faktor Penentu Kualitas Operasional Pelayanan Faktor penentu kualitas operasional pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Tipe kota 2. Frekuensi pelayanan 3. Jenis dan jumlah peralatan 4. Peran aktif masyarakat 5. Retribusi 6. Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja.

18 Proyeksi Volume Limbah Tinja. Laju volume Limbah Tinja semakin lama semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sehingga proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas yang ada sangat diperlukan. Dengan menggunakan metode geometrik dan eksponensial didapat proyeksi penduduk Kabupaten Jembrana 10 tahun ke depan. Metode eksponensial yang digunakan karena memiliki nilai regresi yang lebih besar daripada metode geometrik. Beberapa faktor yang mempengaruhi proyeksi penduduk adalah: 1. Jumlah penduduk dalam suatu wilayah 2. Kecepatan pertambahan penduduk 3. Kurun waktu proyeksi Beberapa macam metoda proyeksi pertambahan penduduk antara lain: Metoda Aritmatik Metoda ini dapat dipakai apabila pertambahan penduduk relatif konstan tiap tahunnya. Jika diplot grafik maka pertambahan penduduk adalah linear. Rumus:... (2.1)

19 24 dengan: Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah penduduk mula-mula. n = Periode waktu proyeksi r = % pertumbuhan penduduk tiap tahun Metoda Geometrik Metoda ini digunakan apabila tingkat perkembangan jumlah penduduk naik secara berganda atau tingkat pertumbuhan populasi berubah secara ekuivalen dengan jumlah penduduk tahun sebelumnya. Rumus :... (2.2) dengan: Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po = Jumlah penduduk mula-mula. n = Periode waktu proyeksi r = % pertumbuhan penduduk tiap tahun Metoda least square Rumus... (2.3)

20 25 dimana Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi; x = variabel independen a = konstanta b = koefisien arah regresi linier. Adapun persamaan a dan b sebagai berikut :... (2.4).... (2.5) Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan dengan persamaan lain, yaitu: a = Y - bx dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X. Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran, harus dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi.

21 26 a. Standar deviasi untuk n>20... (2.6) untuk n (2.7) dimana : s = standar deviasi; X 1 = jumlah penduduk; X = rata-rata jumlah penduduk; n = jumlah data. Dengan menggunakan standar deviasi, metoda perhitungan proyeksi penduduk yang paling tepat adalah metoda yang memberikan harga standar deviasi terkecil. b. Koefisien korelasi... (2.8) Dimana: r X Y n = koefisien korelasi = jumlah statistik penduduk = jumlah proyeksi penduduk = jumlah data

22 27 Metoda proyeksi jumlah penduduk yang terbaik adalah yang menghasilkan koefisien korelasi yang paling mendekati Faktor Pengurasan Faktor pengurasan adalah nilai yang mempengaruhi frekuensi pengurasan lumpur tinja. Untuk mendapatkan nilai faktor pengurasan perlu diketahui kepadatan penduduk netto. Dari perhitungan, semakin padat suatu kecamatan atau Kabupaten maka semakin besar nilai faktor pengurasannya (Nasrullah,2006). 2.7 Debit Lumpur Tinja Kapasitas instalasi dihitung dengan menjumlahkan semua debit timbulan lumpur tinja yang dikuras di kabupaten Jembrana. Ini akan menunjukkan bahwa kecamatan yang kepadatannya tinggi akan lebih sering melakukan pengurasan lumpur tinja dibandingkan dengan kecamatan yang kepadatan penduduknya rendah (Nasrullah,2006) Potensi Produksi Limbah Tinja Potensi produksi limbah tinja adalah jumlah limbah tinja yang mungkin, dihasilkan dalam suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Potensi produksi limbah tinja dipengaruhi oleh jumlah penduduk dalam suatu wilayah dan produksi limbah tinja perkapita. Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2001) dalam Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan

23 28 Umum menyatakan bahwa produksi limbah tinja untuk permukiman perkotaan adalah L/orang/hari atau L/orang/tahun, sedang untuk Permukiman pedesaan produksi limbah tinja adalah 40 L/orang/tahun Potensi Produksi Limbah Tinja Tangki Septik Pada suatu kota yang belum memiliki sistem pembuangan limbah tertutup, biasanya membuang limbah tinja terlebih dahulu ke tangki septik, dan kemudian secara periodik limbah tinja tersebut dikuras dan dibuang ke tempat pengolahan yang tersedia. Namun tidak berarti potensi produksi limbah tinja suatu kota sekaligus menjadi potensi produksi limbah tinja tangki septik mengingat tidak semua limbah tinja yang dihasilkan penduduk dibuang melalui tangki septik atau dengan kata lain tidak semua rumah tangga memiliki tangki septik. Besar potensi produksi limbah tinja tangki septik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :... (2.9) Dimana P = potensi produksi limbah tinja tangki septik (M3/Th); J = jumlah penduduk (orang); L = jumlah layanan tangki septic (orang); V = volume tangki septic (M3); T = jangka waktu pengurasan (Th); TP = tingkat pelayanan tangki septik (%).

24 Analisis Faktor Manajemen Pengangkutan Lumpur Tinja Pada manajemen pengangkutan lumpur tinja terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis tingkat pelayanan yang diberikan pada masyarakat, yaitu: 1. Waktu pengangkutan tiap rit (t A ): Jarak( S ) V 1 V 0 / G t A = 2 + t in + t out... (2.10) dengan: t A t in t out S V 1 V 0 : Waktu angkut (jam) : Waktu menyedot truk tinja (jam) : Waktu mengeluarkan truk tinja (jam) : Jarak dari pool-sumber limbah tinja-iplt (km) : Kecepatan isi (km/jam) : Kecepatan kosong (km/jam) 2. Jumlah Rit (P): P = V V S B... (2.11) dengan : P : Jumlah pengambilan (rit) VS : Volume Air limbah (m 3 ) V B : Kapasitas truk (m 3 /rit)

25 30 3. Waktu Operasi (t o ) jika menggunakan satu truk: t o = P x t A... (2.12) dengan: t o : Waktu operasi pengangkutan Air limbah dari sumber limbah tinja ke IPLT per hari (jam) P t A : Jumlah pengambilan (rit) : Waktu angkut (jam) 4. Jumlah truk yang diperlukan (n t )... (2.13) dengan: n t t o : Jumlah truk yang diperlukan (unit) : Waktu operasi pengangkutan dari sumber limbah tinja ke IPLT per hari (jam) t b : Jumlah jam kerja per hari (jam) 2.9 Aspek Finansial Analisis Pendapatan Pendapatan (revenue) adalah jumlah pembayaran yang diterima pengelola jasa dari penjualan jasanya. Pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus :

26 31... (2.14) dimana: P D h = pendapatan; = jumlah barang yang diolah; = harga satuan jasa Biaya Operasional dan Pemeliharaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan (O&P) terdiri dari : 1. Biaya tetap {fixed cost) Biaya tetap merupakan biaya yang tetap sama besarnya untuk kegiatan tertentu, tingkat kapasitas tertentu atau untuk periode waktu tertentu. 2. Biaya variabel (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. 3. Biaya total (total cost) Biaya total merupakan jumlah keseluruhan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel Analisis Pulang-Pokok Menurut Arsyad (1999), analisis pulang -pokok ( breakeven analysis) merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari hubunganhubungan antara biaya, penerimaan dan laba. Dalam hal ini digunakan analisis pulang pokok linier. Dalam grafik pulang pokok memungkinkan seseorang

27 32 memusatkan perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti : penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC). Gambar 2.7 Grafik Pulang-Pokok (Arsyad, 1999) Gambar 2.6 menunjukkan sebuah grafik pulang-pokok yang linier. Biaya tetap (FC) d itunjukan oleh sebuah garis horisontal. Dengan menganggap biaya variabel sebesar VC per unit, maka biaya total ( TC) akan meningkat sebesar VC/unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Penerimaan total (TR) adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope garis TR tersebut lebih curam daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena penerimaan penghasilan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya. Sampai titik pulang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara garis TR dan garis TC, terjadi kondisi kerugian. Setelah melampaui titik tersebut, kondisi mulai memperoleh laba. Dalam hal ini titik pulang pokok adalah pada

28 33 tingkat penjualan dan biaya sebesar Rp. y, yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak x, unit.

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG Sudarno, Dian Ekawati ABSTRACT Domestic wastewater treatment was needed for every towns. This domestic wastewater such as black water

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water ada pula yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... ii iii iv vi ix xi xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik

BAB V DETAIL DESAIN. Metode Aritmatik BAB V DETAIL DESAIN 5.1 Pryeksi Penduduk Kecamatan Tenggarong Dalam hal merencanakan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dimulai dengan menentukan jumlah debit lumpur tinja yang dihasilkan oleh penduduk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PENGOPERASIAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini memuat pengertian, ketentuan umum, ketentuan teknis dan

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur TINJAUAN PUSTAKA PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 106 STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KOTA KUALA KAPUAS KABUPATEN KAPUAS Oleh: Ainun Hasanah 1), Dwi Anung Nindito 2), dan I Made Kamiana 3)

Lebih terperinci

Pengolahan AIR BUANGAN

Pengolahan AIR BUANGAN Pengolahan AIR BUANGAN (WASTE WATER TREATMENT) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Self purification Dahulu, alam memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Kuantitas Air Limbah Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Limbah Domestik

Pengelolaan Air Limbah Domestik Pengelolaan Air Limbah Domestik Rekayasa Lingkungan Universitas Indo Global Mandiri NORMA PUSPITA, ST.MT. Dasar Hukum UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PP no 82

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 62 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Jaringan Penyaluran Air Buangan Kota Bandung Pengolahan air limbah secara terpusat lebih umum digunakan di Indonesia, namun terdapat sistem saluran air buangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK Masykur Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email : masykur@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

MENGHITUNG VOLUME SEPTICTANK

MENGHITUNG VOLUME SEPTICTANK MAKALAH MENGHITUNG VOLUME SEPTICTANK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Air dan Pengelolaan Limbah Cair Disusun oleh : 1. Fitria Nur Hidayati NIM : P07133110015 2. Irma Rita Gusmaranti

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam

Stabilisasi. B.8. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Evaluasi Kinerja Kolam DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN ORISINALITAS v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI xii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GAMBAR xviii DAFTAR LAMPIRAN.

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang

Lebih terperinci

STRATEGI PENATAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI MUSI DI KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN

STRATEGI PENATAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI MUSI DI KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN STRATEGI PENATAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI MUSI DI KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN Rahmadi, Joni Hermana, Happy Ratna Santosa Program Magister Teknik Prasarana Lingkungan

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 3.1 Tahapan persiapan Untuk membuat perencanaan ini terlebih dahulu melakukan studi pustaka. Yaitu mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan yang diperlukan. Seperti jenis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: Metcalf & Eddy: kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama dengan air tanah, air permukaan, dan

Lebih terperinci

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Sabua Vol.7, No.2: 437-445 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS PENGELOLAAN LUMPUR TINJA DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Brilsya Moningka 1, Veronica A. Kumurur 2, & Ingerid L. Moniaga

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

septic tank Septic tank

septic tank Septic tank septic tank Septic tank Pengertian Septic Tank Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat (onsite) dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL BAB VI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL TANGKI SEPTIK - FILTER UP FLOW 132 Nusa Idaman Said VI.1 PENDAHULUAN Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah menunjukkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB TNJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair Rumah Tangga Limbahcair rumah tangga adalah semua buangan dari hasil kegiatan rumah tangga mencakup mandi, mencuci dan buangan kotoran manusia (urin, dan tinja), (Suharjo,

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN COPY SNI 03-2398 - 2002 Pendahuluan Tat cara ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dalam pembangunan septik dengan sistem resapan. Tata

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Kondisi Fisik Lingkungan Dusun Sengkan merupakan salah satu lokasi pembangunan IPAL Komunal dari program SANIMAS

Lebih terperinci

DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH

DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 DESAIN IPAL KOMUNAL UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN SANITASI DI DESA LUENGBARO, KABUPATEN NAGAN RAYA, ACEH Meylis Safriani

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA

Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA Bab VI RUMUSAN REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN STRATEGI IMPLEMENTASINYA 6.1 Sintesa Hasil Simulasi 6.1.1 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan Hasil analisis terhadap keberadaan prasarana dan sarana kota menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menguraikan zat organik yang dikandungnya dan menghasilkan gas yang

BAB I PENDAHULUAN. akan menguraikan zat organik yang dikandungnya dan menghasilkan gas yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah Tinja merupakan air limbah yang dalam proses pembusukannya akan menguraikan zat organik yang dikandungnya dan menghasilkan gas yang berbau yang menimbulkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK)

BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK) BAB 3 INSTRUKSI KERJA (IK) 3.1. Start-Up IPAL Sebelum IPAL dioperasikan seluruh peralatan mekanik dan elektrik harus dipastikan dalam keadaan berjalan dengan baik dan siap untuk dioerasikan. Peralatan-peralatan

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Kondisi Umum Kualitas Air Limbah Penelitian ini terletak di Perumahan Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta,

Lebih terperinci

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA SISTEM KOLAM KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: IPLT SUKAWINATAN)

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA SISTEM KOLAM KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: IPLT SUKAWINATAN) PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA SISTEM KOLAM KOTA PALEMBANG (STUDI KASUS: IPLT SUKAWINATAN) Dwi Oktarina 1*, Helmi Haki 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya *Korespondensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug. 39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Limbah Cair Hotel Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK.

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK. - 2-2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Berita Negara Republik

Lebih terperinci

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ Laksmita Nararia Dewi *1), Retno Wulan Damayanti *2) 1,2) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD

PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PENGAWASAN BAB I PEMANTAUAN DAN EVALUASI SPALD A. UMUM

Lebih terperinci

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN

Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN 4.1 Pembagian Wilayah Kajian Pembagian wilayah kajian, ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pelestarian fungsi lingkungan hidup antara kota Majalaya

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN 4.1. Pendahuluan Rumah makan saat ini adalah suatu usaha yang cukup berkembang pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 2/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea

Lebih terperinci

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR Sucipto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Yudharta Pasuruan Abstract Dalam upaya meninkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR

PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PERENCANAAN DESAIN TANGKI SEPTIK KOMUNAL DI KAMPUNG CIHIRIS, DESA CISARUA KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR Femylia Nur Utama 1,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Telah ratusan bahkan jutaan tahun lamanya manusia sudah mulai memanfaatkan air dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya D13 Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya Gaby Dian dan Welly Herumurti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015 TIPIKAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SERI BIOFILTER MELALUI PROSES PENGENDAPAN (STUDI KASUS : PERUMAHAN DIAN REGENCY SUKOLILO SURABAYA) Siburian, Jimmi P 1, *), Karnaningroem, Nieke

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup langkah - langkah pelaksanaan penelitian dari awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel hidup seperti tumbuh-tumbuhan atau hewan,

Lebih terperinci

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1 Jadwal Kuliah 13:30-14:30 : Materi 14:30-15:30 : Tugas Kelas Menggambar Denah dan Potongan Jaringan Air Kotor 15:30-16:00 : Tugas Kelas Menghitung Kebutuhan Talang 16:00-16.10 : Presentasi Mahasiswa Terbaik

Lebih terperinci