4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem

BAB I PENDAHULUAN. Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT DI POLIKLINIK THT-KL RSUP. PROF. DR. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

Kata kunci : Otitis Media Akut, Karakteristik, Anak, Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani

ABSTRAK PROFIL PIODERMA PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JUNI JUNI 2016

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi akut, demam, otalgia, dan iritabilitas. (WHO, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara, dan Indonesia menduduki tempat ke-6, dengan jumlah kasus 6 juta kasus

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

Transkripsi:

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR SINGKATAN... xi BAB I PENDAHALUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.4.1 Akademis... 4 1.4.2 Praktis... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Definisi Otitis Media Akut... 5 2.2 Epidemiologi Otitis Media Akut... 5 2.3 Etiologi Otitis Media Akut... 7 2.4 Faktor Resiko Otitis Media Akut... 7 2.5 Patofisiologi dan Patogenesis Otitis Media Akut... 8 2.6 Gejala dan Tanda Otitis Media Akut... 9 2.7 Diagnosis Otitis Media Akut... 10 2.8 Tingkat Keparahan Otitis Media Akut... 11 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN... 14 3.1 Kerangka Berpikir... 14 3.2 Konsep Penelitian... 15 3.3 Hipotesa Penelitian... 15 BAB IV METODE PENELITIAN... 16 4.1 Jenis Rancangan Penelitian... 16 4.2 Subyek dan Sampel Penelitian... 16 4.2.1 Variabilitas Populasi... 16 4.2.2 Kriteria Subyek... 16 4.2.2.1 Kriteria inklusi... 16 4.2.2.2 Kriteria eksklusi... 17 4.2.1 4.2.2 4.2.3 Teknik Penentuan Sampel... 17 4.1 4.2 4.3 Variabel Penelitian... 18 viii

4.3.1 Identifikasi Variabel... 18 4.3.2 Definisi Operasional Variabel... 18 4.1 4.2 4.3 4.4 Instrumen Penelitian... 19 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 19 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 19 4.7 Alur Penelitian... 21 4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data... 22 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 23 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 23 5.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 23 5.2.1 Deskripsi Berdasarkan Bulan Kunjungan... 23 5.2.2 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin... 24 5.2.3 Deskripsi Berdasarkan Kelompok Usia... 25 5.2.4 Deskripsi Berdasarkan Stadium... 27 5.2.5 Deskripsi Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena... 27 5.2.6 Deskripsi Berdasarkan Riwayat Alergi... 28 5.2.7 Deskripsi Berdasakan Tingkat Pendidikan... 29 5.3 Analisa Hubungan Usia dengan Angka Kejadian Otitis Media Akut... 29 5.1 5.2 5.3 5.4 Keterbatasan Penlitian... 31 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 33 6.1 Kesimpulan... 33 6.2 Saran... 33 DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 37 LAMPIRAN 1... 37 LAMPIRAN 2... 38 LAMPIRAN 3... 40

ABSTRAK HUBUNGAN USIA DENGAN ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR Otitis media akut (OMA) adalah suatu inflamasi yang disertai dengan pus pada telinga tengah, diikuti oleh gejala dan tanda infeksi telinga. OMA, infeksi saluran tengah, terjadi di belakang membran timpani. Otitis media akut merupakan suatu penyakit infeksi bakteri tersering yang ditemukan pada anakanak, mengenai 75% anak dibawah usia lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental cross-sectional analitik. Sampel penelitian ini adalah pasien OMA yang memeriksakan diri di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Juli 2015 30 Juni 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah dan instalasi rekam media RSUP Sanglah. Angka kejadian OMA pada balita sebanyak 45,9%, jika dibandingkan dengan semua kasus OMA. Sedangkan kejadian OMA pada balita adalah 89,4% dibandingkan seluruh kasus THT-KL yang mengenai balita. Hubungan usia dengan angka kejadian OMA menunjukkan hubungan yang bermakana secara statistik (p= 0,000; PR= 2,46 IK95%= 2,35 2,57), dengan usia balita merupakan resiko untuk terjadinya Otitis Media Akut, dimana resiko untuk terjadi Otitis Media Akut 2, 46 kali lebih besar. Perlu diadakan penelitian yang lebih banyak lagi mengenai Otitis Media Akut, baik mengenai angka kejadian, faktor resiko, dan hubungannya di Indonesia, khususnya di Bali dengan cakupan sampel dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi. Kata kunci: Usia, Angka Kejadian, Otitis Media Akut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media merupakan salah satu gangguan kesehatan telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga tuli, bahkan dapat mengancam jiwa sehingga mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, dan masyarakat (Rumimpunu, dkk., 2014). Otitis media adalah proses peradangan yang terjadi pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid (Priyono, dkk., 2011). World Develompment Report 1993: Investigating in Health yang diterbitkan oleh Bank Dunia dan WHO menyatakan bahwa otitis media adalah penyebab kematian dari 51.000 anak usia kurang dari lima tahun di negara berkembang (World Bank, 1993). Otitis media akut (OMA) adalah suatu inflamasi yang disertai dengan pus pada telinga tengah, diikuti oleh gejala dan tanda infeksi telinga (Anonim, 2008). Otitis media akut ini berbeda dengan otitis media dengan efusi, dimana otitis media dengan efusi terdapat cairan pada telinga tengah tanpa terjadinya infeksi (Torpy, 2010). Penelitian yang dilaksanakan oleh Torpy (2010) mendapatkan bahwa OMA, infeksi saluran tengah, terjadi di belakang membran timpani dan biasanya disebabkan karena infeksi bakteri. Bakteri patogen utama penyebab OMA tidak berubah secara signifikan selama lebih dari dua dekade untuk bayi, anak, dan dewasa, yaitu Streptococcus pneumonia, Haemophilis influenzae, dan Moraxella catharralis (Anonim, 2008; Ghanie, 2010). Pada beberapa kasus,oma

sering terjadi secara berulang. Lama episode dan kekambuhan episode OMA dapat memicu timbulnya penurunan pendengaran, keterlambatan perkembangan berbicara, yang selanjutnya akan memengaruhi perkembangan anak di sekolah (Teele, dkk., 1989). OMA merupakan salah satu alasan tersering pemberian antimikroba pada anak di Amerika Serikat (Worrall, 2007; Teele, 1989). Guideline pembatasan penggunaan antimikroba pada pasien OMA dari Belanda, yang diadaptasi di Amerika Serikat, menunjukan bahwa dengan pembatasan penggunaan antimikroba pada pasien OMA dapat menghemat pengeluaran sebesar sekitar 18 juta dolar tiap tahunnya (Froom, dkk., 2001). Otitis media akut merupakan suatu penyakit infeksi bakteri tersering yang ditemukan pada anak-anak, mengenai 75% anak dibawah usia lima tahun (Klein, 1994), dan juga dewasa (Torpy, 2010). Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya otitis media. Pada pasien dengan OMA, pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu (Ghanie, 2010). OMA dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu oklusi tuba, hiperemis, perforasi, supuratif, dan resolusi (Soepardi, dkk., 2007; Yates, Anari, 2008). Gold standard untuk menegakkan diagnosis OMA adalah dengan timpanosintesis (Sakran, dkk,, 2006). Angka kejadian OMA di Inggris diperkirakan mencapai angka 70% (Anonim, 2008). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Liese, dkk., (2013) menyatakan angka kejadian OMA di German, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris adalah sebesar 256/ 1000 anak per tahun. Angka kejadian paling rendah

terjadi di Italia dan paling tinggi di Spanyol. Komplikasi terjadi kurang dari 1% episode OMA. Anak yang diteleti kurang dari lima tahun (Liese, dkk., 2013). Otitis media akut merupakan satu dari sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi pada poliklinik rawat jalan THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2010 (Pembodo, dkk., 2013). Hasil Survei Kesehatan Indera Pendengaran yang dilaksanakan pada tahun 1994-1996 di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi morbiditas Telinga, Hidung dan Tenggorok 38,6% (Menkes RI, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Samuel Rudolf (2012) mendapatkan bahwa angka kejadian OMA di RSUP H. Adam Malik sebesar 0,22% pada tahun 2009 dan 0,08% pada tahun 2010. Kasus OMA terbanyak ditemukan pada usia di atas 9 tahun. Belum ada data yang jelas mengenai angka kejadian otitis media akut di Indonesia. Faktor resiko terjadinya OMA dibedakan menjadi faktror internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadinya OMA antara lain usia muda (Worrall, 2007; Casselbrant dan Mandel, 1999; Ghanie, 2010; Umar, et al, 2013), jenis kelamin laki-laki (Anonim, 2008; Casselbrant dan Mandel, 1999). Faktor eksternal terjadinya OMA antara lain kunjungan ke penitipan anak (Worrall, 2007; Uhari, dkk., 1996; Froom, dkk., 2001; Anonim, 2008), paparan asap rokok (Froom, et. al, 2001; Anonim, 2008; Casselbrant dan Mandel; Uhari, et. al, 1996), infeksi saluran nafas atas (Casselbrant dan Mandel, 1999; Ghanie, 2010; Umar, dkk., 2013), dan penggunaan botol susu (Uhari, et. al., 1996). Pemberian ASI merupakan faktor protektif (Froom, dkk., 2001; Uhari, dkk., 1996; Anonim, 2008). 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Peneletian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat beberapa pihak sebagai berikut. 1.4.1 Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan usia dengan angka kejadian otitis media akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 1.4.2 Praktis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahun, khususnya bidang kesehatan, sebagai tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut dan menambah kepustakaan fakultas kedokteran dalam bidang karya tulis.