DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR SINGKATAN... xi BAB I PENDAHALUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.4.1 Akademis... 4 1.4.2 Praktis... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1 Definisi Otitis Media Akut... 5 2.2 Epidemiologi Otitis Media Akut... 5 2.3 Etiologi Otitis Media Akut... 7 2.4 Faktor Resiko Otitis Media Akut... 7 2.5 Patofisiologi dan Patogenesis Otitis Media Akut... 8 2.6 Gejala dan Tanda Otitis Media Akut... 9 2.7 Diagnosis Otitis Media Akut... 10 2.8 Tingkat Keparahan Otitis Media Akut... 11 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN... 14 3.1 Kerangka Berpikir... 14 3.2 Konsep Penelitian... 15 3.3 Hipotesa Penelitian... 15 BAB IV METODE PENELITIAN... 16 4.1 Jenis Rancangan Penelitian... 16 4.2 Subyek dan Sampel Penelitian... 16 4.2.1 Variabilitas Populasi... 16 4.2.2 Kriteria Subyek... 16 4.2.2.1 Kriteria inklusi... 16 4.2.2.2 Kriteria eksklusi... 17 4.2.1 4.2.2 4.2.3 Teknik Penentuan Sampel... 17 4.1 4.2 4.3 Variabel Penelitian... 18 viii
4.3.1 Identifikasi Variabel... 18 4.3.2 Definisi Operasional Variabel... 18 4.1 4.2 4.3 4.4 Instrumen Penelitian... 19 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 19 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data... 19 4.7 Alur Penelitian... 21 4.8 Cara Pengolahan dan Analisis Data... 22 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 23 5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 23 5.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 23 5.2.1 Deskripsi Berdasarkan Bulan Kunjungan... 23 5.2.2 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin... 24 5.2.3 Deskripsi Berdasarkan Kelompok Usia... 25 5.2.4 Deskripsi Berdasarkan Stadium... 27 5.2.5 Deskripsi Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena... 27 5.2.6 Deskripsi Berdasarkan Riwayat Alergi... 28 5.2.7 Deskripsi Berdasakan Tingkat Pendidikan... 29 5.3 Analisa Hubungan Usia dengan Angka Kejadian Otitis Media Akut... 29 5.1 5.2 5.3 5.4 Keterbatasan Penlitian... 31 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 33 6.1 Kesimpulan... 33 6.2 Saran... 33 DAFTAR PUSTAKA... 34 LAMPIRAN... 37 LAMPIRAN 1... 37 LAMPIRAN 2... 38 LAMPIRAN 3... 40
ABSTRAK HUBUNGAN USIA DENGAN ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT DI RUMAH SAKIT SANGLAH DENPASAR Otitis media akut (OMA) adalah suatu inflamasi yang disertai dengan pus pada telinga tengah, diikuti oleh gejala dan tanda infeksi telinga. OMA, infeksi saluran tengah, terjadi di belakang membran timpani. Otitis media akut merupakan suatu penyakit infeksi bakteri tersering yang ditemukan pada anakanak, mengenai 75% anak dibawah usia lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental cross-sectional analitik. Sampel penelitian ini adalah pasien OMA yang memeriksakan diri di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Juli 2015 30 Juni 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah dan instalasi rekam media RSUP Sanglah. Angka kejadian OMA pada balita sebanyak 45,9%, jika dibandingkan dengan semua kasus OMA. Sedangkan kejadian OMA pada balita adalah 89,4% dibandingkan seluruh kasus THT-KL yang mengenai balita. Hubungan usia dengan angka kejadian OMA menunjukkan hubungan yang bermakana secara statistik (p= 0,000; PR= 2,46 IK95%= 2,35 2,57), dengan usia balita merupakan resiko untuk terjadinya Otitis Media Akut, dimana resiko untuk terjadi Otitis Media Akut 2, 46 kali lebih besar. Perlu diadakan penelitian yang lebih banyak lagi mengenai Otitis Media Akut, baik mengenai angka kejadian, faktor resiko, dan hubungannya di Indonesia, khususnya di Bali dengan cakupan sampel dan lokasi penelitian yang lebih besar lagi. Kata kunci: Usia, Angka Kejadian, Otitis Media Akut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media merupakan salah satu gangguan kesehatan telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga tuli, bahkan dapat mengancam jiwa sehingga mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga, dan masyarakat (Rumimpunu, dkk., 2014). Otitis media adalah proses peradangan yang terjadi pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid (Priyono, dkk., 2011). World Develompment Report 1993: Investigating in Health yang diterbitkan oleh Bank Dunia dan WHO menyatakan bahwa otitis media adalah penyebab kematian dari 51.000 anak usia kurang dari lima tahun di negara berkembang (World Bank, 1993). Otitis media akut (OMA) adalah suatu inflamasi yang disertai dengan pus pada telinga tengah, diikuti oleh gejala dan tanda infeksi telinga (Anonim, 2008). Otitis media akut ini berbeda dengan otitis media dengan efusi, dimana otitis media dengan efusi terdapat cairan pada telinga tengah tanpa terjadinya infeksi (Torpy, 2010). Penelitian yang dilaksanakan oleh Torpy (2010) mendapatkan bahwa OMA, infeksi saluran tengah, terjadi di belakang membran timpani dan biasanya disebabkan karena infeksi bakteri. Bakteri patogen utama penyebab OMA tidak berubah secara signifikan selama lebih dari dua dekade untuk bayi, anak, dan dewasa, yaitu Streptococcus pneumonia, Haemophilis influenzae, dan Moraxella catharralis (Anonim, 2008; Ghanie, 2010). Pada beberapa kasus,oma
sering terjadi secara berulang. Lama episode dan kekambuhan episode OMA dapat memicu timbulnya penurunan pendengaran, keterlambatan perkembangan berbicara, yang selanjutnya akan memengaruhi perkembangan anak di sekolah (Teele, dkk., 1989). OMA merupakan salah satu alasan tersering pemberian antimikroba pada anak di Amerika Serikat (Worrall, 2007; Teele, 1989). Guideline pembatasan penggunaan antimikroba pada pasien OMA dari Belanda, yang diadaptasi di Amerika Serikat, menunjukan bahwa dengan pembatasan penggunaan antimikroba pada pasien OMA dapat menghemat pengeluaran sebesar sekitar 18 juta dolar tiap tahunnya (Froom, dkk., 2001). Otitis media akut merupakan suatu penyakit infeksi bakteri tersering yang ditemukan pada anak-anak, mengenai 75% anak dibawah usia lima tahun (Klein, 1994), dan juga dewasa (Torpy, 2010). Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama terjadinya otitis media. Pada pasien dengan OMA, pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu (Ghanie, 2010). OMA dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu oklusi tuba, hiperemis, perforasi, supuratif, dan resolusi (Soepardi, dkk., 2007; Yates, Anari, 2008). Gold standard untuk menegakkan diagnosis OMA adalah dengan timpanosintesis (Sakran, dkk,, 2006). Angka kejadian OMA di Inggris diperkirakan mencapai angka 70% (Anonim, 2008). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Liese, dkk., (2013) menyatakan angka kejadian OMA di German, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris adalah sebesar 256/ 1000 anak per tahun. Angka kejadian paling rendah
terjadi di Italia dan paling tinggi di Spanyol. Komplikasi terjadi kurang dari 1% episode OMA. Anak yang diteleti kurang dari lima tahun (Liese, dkk., 2013). Otitis media akut merupakan satu dari sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi pada poliklinik rawat jalan THT-KL RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2010 (Pembodo, dkk., 2013). Hasil Survei Kesehatan Indera Pendengaran yang dilaksanakan pada tahun 1994-1996 di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi morbiditas Telinga, Hidung dan Tenggorok 38,6% (Menkes RI, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Samuel Rudolf (2012) mendapatkan bahwa angka kejadian OMA di RSUP H. Adam Malik sebesar 0,22% pada tahun 2009 dan 0,08% pada tahun 2010. Kasus OMA terbanyak ditemukan pada usia di atas 9 tahun. Belum ada data yang jelas mengenai angka kejadian otitis media akut di Indonesia. Faktor resiko terjadinya OMA dibedakan menjadi faktror internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadinya OMA antara lain usia muda (Worrall, 2007; Casselbrant dan Mandel, 1999; Ghanie, 2010; Umar, et al, 2013), jenis kelamin laki-laki (Anonim, 2008; Casselbrant dan Mandel, 1999). Faktor eksternal terjadinya OMA antara lain kunjungan ke penitipan anak (Worrall, 2007; Uhari, dkk., 1996; Froom, dkk., 2001; Anonim, 2008), paparan asap rokok (Froom, et. al, 2001; Anonim, 2008; Casselbrant dan Mandel; Uhari, et. al, 1996), infeksi saluran nafas atas (Casselbrant dan Mandel, 1999; Ghanie, 2010; Umar, dkk., 2013), dan penggunaan botol susu (Uhari, et. al., 1996). Pemberian ASI merupakan faktor protektif (Froom, dkk., 2001; Uhari, dkk., 1996; Anonim, 2008). 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Peneletian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kategori usia terhadap angka kejadian Otitis Media Akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat beberapa pihak sebagai berikut. 1.4.1 Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan usia dengan angka kejadian otitis media akut di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 1.4.2 Praktis Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahun, khususnya bidang kesehatan, sebagai tambahan informasi untuk penelitian lebih lanjut dan menambah kepustakaan fakultas kedokteran dalam bidang karya tulis.