* JURNAL MEDIA SAINS 2 (1): P-ISSN : E-ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ca 2+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PAPAIN. THE ADDITION EFFECT OF THE METAL IONS Ca 2+ ON THE PAPAIN ACTIVITIES

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

Kata kunci : getah kamboja, aktivitas protease, perbandingan, tiga spesies.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

LACTOBACILLUS BULGARICUS SEBAGAI PROBIOTIK GUNA PENINGKATAN KUALITAS AMPAS TAHU UNTUK PAKAN CACING TANAH

BAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh

ISOLASI DAN PENENTUAN AKTIVIAS SPESIFIK ENZIM BROMELIN DARI BUAH NANAS (Ananas comosus L.) Wuryanti

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Protease adalah enzim yang memiliki daya katalitik yang spesifik dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

KARAKTERISASI AKTIVITAS ENZIM BROMELIN DARI KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr) YANG DIAMOBILISASI DENGAN SILIKA GEL DAN CMC

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

PEMANFAATAN KULIT BATANG UBI KAYU SEBAGAI SUMBER ENZIM PEROKSIDASE UNTUK PENURUNAN KADAR FENOL

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

3. METODOLOGI 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

Penyerapan Logam Berat Timbal (PB) Dengan Enzim Protease Dari Bakteri Bacillus Subtilis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Rizki Wulandari, Silvera devi, Andi Dahliaty

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

POTENSI ENZIM BROMELIN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus L.) DALAM MENINGKATKAN KADAR PROTEIN PADA TAHU

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI SUMBER KARBON DAN NITROGEN TERHADAP PRODUKSI PROTEASE ALKALI DARI Bacillus sp. M TERMOFILIK

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

Optimasi Amobilisasi Bromelin Menggunakan Matriks Pendukung Kitosan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

KARAKTERISASI BEBERAPA ION LOGAM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN (THE CHARACTERIZATION OF SEVERAL METAL IONS TOWARDS THE ENZYME TRYPSIN ACTIVITY)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Analisis kadar protein

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

Transkripsi:

JURNAL MEDIA SAINS 2 (1): 26-31 P-ISSN : 2549-7413 E-ISSN : 2620-3847 Aktivitas Proteolitik Buah Mangga Bacang (Mangifera Foetida) Dan Umbi Keladi Tikus (Typhonium Divaricatum) Dibandingkan Dengan Proteolitik Buah Nanas (Ananas Comosus) 1* Ni Luh Made Noviana Dewi, 1 A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, 1 Ni Komang Ariati 1 Prodi Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali. Indonesia *Email : niluhmade_novianadewi@yahoo.co.id ABSTRAK Buah nanas (Ananas Comosus) mengandung enzim bromelin yang dapat menimbulkan rasa gatal dan menyebabkan iritasi. Beberapa tumbuhan lain yang juga dapat menyebabkan rasa gatal dan mengakibatkan iritasi seperti mangga bacang (Mangifera Foetida), dan keladi tikus (Typhonium Divaricatum). Adanya rasa gatal kemungkinan besar disebabkan dengan adanya enzim proteolitik. Tujuan penelitian ini adalah uji aktivitas enzim proteolitik pada buah mangga bacang, dan umbi keladi tikus dibandingkan dengan buah nanas. Uji aktivitas proteolitik dilakukan secara spektrofotometri dengan metode Enggel. Hasil pengujian aktivitas proteolitik menunjukkan bahwa umbi keladi tikus dan buah mangga bacang memiliki aktivitas proteolitik, walaupun nilai aktivitasnya lebih rendah daripada buah nanas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh aktivitas proteolitik dari buah mangga bacang, dan umbi keladi tikus berturut - turut yaitu 0,199 ± 0,015 U/mL dan 0,184 ± 0,021 U/mL. Perbandingan aktivitas proteolitik buah mangga bacang dan umbi keladi tikus terhadap buah nanas berturut turut 1 : 2 dan 2 : 5. Kata Kunci: buah nanas, mangga bacang, keladi tikus, proteolitik ABSTRACT Pineapple fruit (Ananas Comosus) is known to contain bromelin enzyme that can cause itching and irritation. Some plants that also can cause itching and irritation namely mango bacang (Mangifera Foetida) and keladi tikus (Typhonium Divaricatum). The presence of itching is most likely due to the presence of proteolytic enzyme. The aims of this study was to test the activity of proteolytic enzyme in mango bacang and keladi tikus compared to proteolytic that of in pineapple fruit. Proteolytic activity test was done by spectrophotometry based enggel s method. The results found that mango bacang and keladi tikus had proteolytic activities, althougt the values of their activities were lower than that of pineapple fruit. The values of proteolytic activities of mango bacang and keladi tikus were 0.199 ± 0.015 U/mL and 0.184 ± 0.021 U/mL respectively. Comparison of proteolytic activity of mango bacang and keladi tikus against of that pineaple were 1 : 2 and 2 : 5, respectively. Keywords: pineapple fruit, mango bacang, keladi tikus, proteolytic PENDAHULUAN Enzim adalah suatu unit protein fungsional yang berfungsi sebagai biokatalisator pada reaksi kimia sehingga enzim mengkatalisis reaksi-reaksi dalam metabolisme sel dalam tubuh. Pengaruh enzim terhadap substratnya dapat mempercepat reaksi kimia tanpa produk samping (Lehninger, 1982). Penggunaan enzim sangatlah menarik kaitannya dengan pengembangan industri, pertanian, produk pangan maupun farmasi. Akan tetapi Indonesia hingga saat ini masih mengimpor enzim. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam hayati oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengembangkan teknik pengolahan enzim dari sumber alam. Enzim dari bahan alam memiliki sifat spesifik 26 J. Med.Sains Maret 2018

dan tidak beracun sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran. Kesadaran masyarakat masih kurang pada penggunaan bahan alam dalam penentuan aktivitas enzim, yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi yang ramah lingkungan. Proteolitik adalah suatu enzim yang mempunyai kemampuan mengkatalisis penguraian ikatan-ikatan peptide molekul protein sehingga dapat membentuk rantai peptida yang pendek dan asam amino bebas. Tanaman merupakan sumber enzim proteolitik terbesar (43,85%) bakteri (18,09%), jamur (15,08%), hewan (11.15%), alga (7,42%) dan virus ((4,41%). Enzim proteolitik dari tanaman memiliki spesifisitas substrat yang luas, aktivitas, kestabilan dan karakterisasi pada berbagai variasi seperti temperatur, ph, ion logam, inhibitor serta pelarut organik. (Poedjiadi,1994). Enzim proteolitik yang berasal dari tanaman, seperti pepaya ada (enzim papain), nanas (enzim beromelin) dan kiwi (enzim actinidin) (Poedjiadi,1994) Varietas tumbuhan yang sering digunakan dalam penelitian tentang enzim adalah nanas. Pada buah nanas ditemukan enzim proteolitik berupa bromelin yang merupakan endopeptidase. Enzim bromelin mempunyai gugus sulfhidril pada pusat aktifnya. Aktivitas optimumnya ditunjukkan pada ph 7,5 dan suhu 70ºC dengan waktu inkubasi selama 40 menit. Enzim ini biasanya ditemukan lebih banyak di bagian daging buah nanas yang termasuk dalam family bromeliaseae (Hui,1992). Saat ini belum banyak yang membandingkan buah nanas yang mengandung enzim proteolitik dengan tanaman lain yang kemungkinan mengandung enzim proteolitik. Buah nanas menimbulkan gatal yang dapat menyebabkan iritasi karena keberadaan enzim proteolitik. Adapun beberapa tumbuhan yang dapat menimbulkan gatal seperti mangga bacang, dan keladi tikus. (Hui,1992). Adanya rasa gatal kemungkinan besar disebabkan karena adanya enzim proteolitik sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap uji aktivitas enzim proteolitik dari beberapa jenis tanaman seperti buah mangga bacang dan keladi tikus yang selanjutnya dibandingkan dengan enzim dari buah nanas. Penentuan aktivitas enzim proteolitik dilakukan untuk mendapatkan informasi awal tentang mangga bacang, dan keladi tikus. Aktivitas proteolitik (U/ml) dinyatakan dalam unit aktivitas, yaitu satu unit (U) dinyatakan sebagai jumlah enzim yang dapat mengkatalisis reaksi hidrolisis kasein dan µmol tirosin setiap menit pada kondisi percobaan. MATERI DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian adalah buah mangga bacang, umbi keladi tikus, dan buah nanas. Bahan bahan kimia yang digunakan; akuades; tirosin; kasein 2%; K 2 HPO 4 0.05 M; KH 2 PO 4 0.05 M; asam trikhloroasetat (TCA) 0.11 M; natrium karbonat 0,5 M; dan reagen ninhidrin. Peralatan Alat alat yang digunakan dalam penelitian adalah pisau stainless steel, botol semprot, tabung sentrifugasi, tabung reaksi, alat sentrifugasi K3 series, pipet mikro, alat Vortex maxi mix II, blender, lemari pendingin, waterbath, neraca analitik, alat inkubasi memmert, dan spektrofotometer Genesys 10S UV-Vis. Preparasi sampel Buah nanas, buah mangga bacang, umbi keladi tikus diambil dengan cara yang sesuai dengan karakteristik tanaman tersebut. Daging buah nanas bagian dagingnya diperoleh dari mengupas kulit buah yang sudah matang dengan pisau stainless steel kemudian ditampung dalam cawan. Sedangkan untuk keladi tikus diperoleh dengan membelahnya menggunakan pisau stainless steel kemudian diambil bagian dagingnya. Masing-masing ditampung dalam cawan yang berbeda. Pada mangga bacang, diperoleh dengan mengupas bagian kulit mangga dengan pisau stainless steel kemudian dagingnya diambil dan ditampung dalam cawan. Ekstrak proteolitik kasar Masing masing sampel dibersihkan atau dicuci kemudian diparut kemudian 1 g hasil parutan dari masing-masing sampel dihomogenisasi dengan melarutkan dalam 4 27 J. Med.Sains Maret 2018

ml bufer fosfat 0.05 M ph 7 sedikit demi sedikit. Larutan yang diperoleh disentrifugasi pada 7000 rpm selama 15 menit, kemudian akan terpisah menjadi 2 fase yaitu supernatan dan endapannya (residu). Selanjutnya supernatan dipisahkan dari endapannya. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak kasar proteolitik. Selanjutnya disimpan pada suhu 4 0 C (Kuswanto, 1988). Penentuan aktivitas ekstrak proteolitik kasar Sebanyak 2 ml larutan kasein 2% (b/v) dimasukkan ke dalam tabung reaksi A dan diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 10 menit. Setelah 10 menit 2,5 ml larutan TCA 0,11 M ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan divortex. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan 1 ml ekstrak proteolitik kasar dan didiamkan selama 5 menit. Campuran selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selam 10 menit hingga terbentuk dua fase. Lapisan supernatan yang diperoleh selanjutnya ditentukan kadar tirosinnya secara kolorimetri. Metode penentuan aktivitas enzim mengikuti metode yang dimodifikasi oleh (Enggel et al,2004). Sebanyak 2 ml larutan kesein 2% (b/v) di pra-inkubasi pada suhu 37 0 C selama 5 menit dalam tabung B. Setelah 5 menit, sebanyak 1 ml ekstrak proteolitik kasar ditambahkan, lalu campuran ini divortex dan inkubasi pada suhu 37 0 C selama 10 menit. Pada akhir inkubasi reaksi hidrolisis dihentikan dengan menambahkan 2,5 ml larutan TCA 0,11 M. Setelah itu campuran divortex dan didiamkan selama 5 menit. Campuran selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selama 10 menit hingga terbentuk dua fase yaitu endapan dan supernatan. Supernatan yang diperoleh dari tabung 1 ditentukan kadar tirosinnya secara kolorimetri. Penentuan kadar tirosin secara kolorimetri dilakukan dengan menggunakan reagen ninhidrin. Masing masing sebanyak 1 ml supernatan yang didapatkan dari tabung A dan tabung B ditempatkan dalam tabung baru yang berbeda. Setelah itu, ke dalam masing masing tabung ditambahkan 1 ml Na 2 CO 3 0.5 M lalu divortex serta didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya campuran ditambahkan 1 ml reagen ninhidrin lalu campuran dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, larutan dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Konsentrasi tirosin hasil hidrolisis yang terdapat pada tabung A dan tabung B dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier kurva standar tirosin. Konsentrasi tirosin dalam sampel yang telah didapatkan selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar tirosin (µmol). Kadar tirosin hasil hidrolisis digunakan untuk menentukan aktivitas proteolitik sampel tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Proteolitik Kasar Sebelum melakukan uji aktivitas ekstrak proteolitik kasar, dilakukan pembuatan kurva standar tirosin. Tirosin sebagai larutan standar untuk mengukur aktivitas proteolitik dalam memecah protein menjadi asam amino. Konsentrasi standar divariasikan dari 55; 110; 220; dan 440 µm kemudian diukur absorbansinya dan dibuat kurva standar. Dari kurva standar diperoleh persamaan regresi linier kurva standar tirosin y = 0,0005x + 0,031 dengan koefisien regresi linier r = 0,965 (Gambar 1). Persamaan linier tirosin akan digunakan sebagai kurva standar untuk diinterplotasikan dengan nilai absorbansi yang diperoleh. Dalam penentuan ekstraksi proteolitik kasar cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses dimana terjadi pemisahan antara satu atau beberapa zat dan dapat larut dari suatu kesatuan yang tidak bisa larut dengan menggunakan bantuan bahan pelarut. Tujuan ekstraksi adalah untuk mengeluarkan enzim dari dalam sel sel jaringan. Dalam ekstraksi pada penelitian ini digunakan masing-masing1 gr sampel yang telah dihaluskan yaitu mangga bacang, keladi tikus dan buah nanas. Masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda, kemudian ditambahkan 4 ml buffer fosfat lalu disentrifugasi pada 7000 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifugasi diperoleh 2 fase yaitu supernatan dan endapan atau residu (Tabel 1). Supernatan yang diperoleh dipisahkan dari residunya yang disebut dengan istilah supernatant ekstrak kasar. 28 J. Med.Sains Maret 2018

Gambar 1. Kurva Standar Tirosin Tabel 1. Ciri Fisik Ekstrak Proteolitik Kasar Sampel Ekstrak Sampel Ekstrak Mangga Bacang Ekstrak Keladi Tikus Ekstrak Buah Nanas Pengamatan Supernatan : Warna keruh dan tidak berbuih Endapan : Tekstur padat dan tidak kental Supernatan : Warna sedikit Keruh dan tidak berbuih Endapan : Tekstur padat dan tidak kental Supernatan : Warna Keruh dan tidak berbuih Endapan : Tekstur padat dan tidak kental Pengujian Aktivitas Ekstrak Proteolitik Kasar Uji aktivitas yang dilakukan sesuai dengan metode Enggel et al (2004). Supernatan ekstrak kasar masing masing sampel sebanyak 1 ml diuji aktivitas proteolitiknya dengan menggunakan 2 ml kasein 2% sebagai substrat. Reaksi antara substrat dengan ekstrak proteolitik sampel dilakukan selama 10 menit pada suhu 37 0 C dalam inkubator dan ph 7. Setelah 10 menit, reaksi hidrolisis dihentikan dengan penambahan 2,5 ml TCA (asam trikloroasetat) 0,11 M. TCA dapat menghentikan aktivitas proteolitik dalam mengkatalisis reaksi hidrolisis karena asam trikloroasetat mampu mendenaturasi molekul protein. Oleh karena proteolitik merupakan molekul protein, maka proteolitik akan terdenaturasi dan kehilangan kemampuannya untuk mengkatalisa reaksi hidrolisis. Setelah reaksi hidrolisis dihentikan, asam amino yang dihasilkan selama kurun waktu 10 menit dapat ditentukan kadarnya dengan mengurangi jumlah asam amino setelah inkubasi dengan jumlah asam amino sebelum inkubasi. Hal ini disebabkan karena asam amino bebas secara alami merupakan salah satu komponen penyusun pada sampel, sehingga dengan mengurangi jumlah asam amino setelah inkubasi dengan asam amino sebelum inkubasi, maka didapatkan jumlah asam amino hasil hidrolisis (sebagai produk aktivitas proteolitik). Jumlah asam amino (tirosin) hasil hidrolisis digunakan untuk menentukan aktivitas sampel. Semakin banyak tirosin hasil hidrolisis maka aktivitas proteolitik semakin besar atau semakin banyak pula molekul protein yang dipecah menjadi monomer penyusunnya. Hasil uji aktivitas proteolitik buah nanas menunjukkan bahwa buah nanas memiliki aktivitas proteolitik sebesar 2.486 Unit/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas proteolitik yang ada pada buah nanas disebabkan karena nanas mengandung bromelain yang merupakan enzim proteolitik campuran protease sistein yang dapat menghidrolisis protein. Hasil uji aktivitas keladi tikus dan mangga bacang berturut turut sebesar 0,184 Unit/mL dan 0,199 Unit/mL. Perbedaan nilai aktivitas proteolitik pada buah nanas, keladi tikus dan mangga bacang yang dilakukan pada penelitian ini, disebabkan perbedaan kadar proteolitik (sifat kinetik) masing masing proteolitik sebagai 29 J. Med.Sains Maret 2018

katalis, sifat fisik (kondisi optimum) ataupun jenis proteolitik yang terkandung pada tanaman. Setiap jenis enzim memiliki sifat yang spesifik dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Ketidaksesuaian kondisi lingkungan dapat membuat turunnya aktivitas enzim, inaktifnya enzim dan rusaknya struktur enzim.kondisi lingkungan seperti suhu dan ph dapat memberikan pengaruh yang berbeda bagi setiap jenis proteolitik. Hasil pengujian aktivitas setiap milliliter sampel tanaman buah nanas, keladi tikus dan mangga bacang ditunjukkan pada Tabel 2. Perbandingan Aktivitas Proteolitik Perbandingan aktivitas proteolitik sampel tanaman keladi tikus, dan mangga bacang terhadap buah nanas ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 2 Hasil Uji Aktivitas Proteolitik Setiap Mililiter Sampel Tanaman Jenis Sampel Pengulangan A.P permililiter Sampel (U/mL) 1 0,270 Mangga Bacang 2 3 0,249 0,279 1 0,218 Keladi Tikus 2 0,184 3 0,181 1 3.150 Buah Nanas 2 3.205 3 3.104 Keterangan: A.P = Aktivitas Proteolitik Rata rata A.P Permililiter Sampel (U/mL) SD 0,199 ± 0,015 0,184 ± 0,021 2,486 ± 0,050 Tabel 3. Perbandingan Aktivitas Proteolitik Sampel Terhadap Buah Nanas Aktivitas Proteolitik Rasio Perbandingan Aktivitas Proteolitik Keladi Tikus : Buah Nanas 2 : 5 Mangga Bacang : Buah Nanas 1 : 2 Perbandingan aktivitas proteolitik mangga bacang dan keladi tikus terhadap buah nanas bila diurutkan dari perbandingan aktivitas sampel tanaman terhadap buah nanas dari yang tertinggi ke terendah berturut turut yaitu Mangga bacang dan Keladi Tikus. Hasil perbandingan aktivitas mangga bacang terhadap aktivitas buah nanas 1: 2 menunjukkan bahwa buah nanas memiliki aktivitas proteolitik yang lebih besar dibandingkan sampel mangga bacang. Hal ini menandakan bahwa mangga bacang memiliki potensi sebagai sumber proteolitik alternatif. Perbandingan aktivitas proteolitik keladi tikus terhadap buah nanas yaitu 2 : 5. Hasil perbandingan ini menandakan bahwa aktivitas proteolitik buah nanas lebih besar dibandingkan aktivitas proteolitik keladi tikus. Meskipun aktivitas proteolitik keladi tikus lebih kecil dibandingkan buah nanas. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa tanaman ini berpotensi sebagai sumber proteolitik alternatif. Hasil perbandingan aktivitas proteolitik keladi tikus dan mangga bacang terhadap buah nanas secara keseluruhan menunjukkan bahwa buah nanas memiliki aktivitas proteolitik lebih besar. SIMPULAN Hasil pengujian aktivitas proteolitik menunjukkan bahwa keladi tikus dan mangga bacang memiliki aktivitas proteolitik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 30 J. Med.Sains Maret 2018

aktivitas proteolitik dari tanaman mangga bacang, dan keladi tikus yaitu 0,199 U/mL dan 0,184 U/mL.Aktivitas proteolitik mangga bacang dan keladi tikus lebih kecil dibandingkan aktivitas proteolitik buah nanas yang mana perbandingan aktivitas proteolitik mangga bacang dan keladi tikus terhadap buah nanas berturut turut ( 1 : 2 ) dan ( 2 : 5). SARAN Perlu dilakukan penentuan aktivitas proteolitik khususnya untuk mangga bacang dan keladi tikus dengan metode lain yang dapat menentukan lebih jelas aktivitas enzim yang dimiliki. REFERENSI Arunachalam and Sarita. (2009). Protease Enzymes: An-Eco-Friendly Altenative for Leather Industry. Indian Journal of Science and Technology Vol.2 No.12. ISSN: 0974-6846 Bhaskar, N. (2008). Protein hydrolisate from visceral waste protein : optimization of hydrolysis condition for a commercial neutral protease. Journal Bioresource Technology 99:4150-4111 Engggel, J., Meriandini, A. & Natalia, L. (2004). Karakterisasi Protease Ekstraseluler Clostridium bifermentans R14-1-b. J. Mikrobiologi Indonesia 9 (1): 9-12 Harrach, T., Schulze, F.K., Nuck, R., Grunow, D., and Maurer, H.R. (1995). Isolation and Partial Characterization of Basic Proteinases from Stem Bromelain. J Protein Chem 14, 41-52 Herdyastuti N. (2006). Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar. Berk. Penel. Hayati vol. 12: 75-77 Hopkin & Norman. (2008). Introduction to plant 4 th edition. Wiley John Wiley & Sons Inc. United States of America Mahajan RT dan Shamnkant BB. (2010). Biological Aspect of Proteolytic Enzymes: A Review. India J. Pharm Research 3(9) : 2048-2068 Motyan, J. A,. F. Toth, dan J. Tozser. (2013). Research application of proteolitic enzymes in molecular biology. Biomolecules. Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine. Biomolecules 3: 923-942 Nadzirah, K.Z., Zainal, S., Noriham, A., and Normah, I. (2013). Efficacy of selected Purification Techniquis for Bromelain, International Food Research Journal, 20(1):43-46 31 J. Med.Sains Maret 2018