The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

TINDAKAN PERSONAL HYGINE (VULVA HYGINE) SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH X SURABAYA. Supatmi 1), Asta Adyani 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. awal dari usaha menjaga kesehatan wanita. Organ seksual/ reproduksi wanita

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI TINGKAT I TENTANG VULVA HYGIENE DI AKBID MAMBA UL ULUM SURAKARTA TAHUN Oleh

Transkripsi:

Peran Orang Tua Dalam Perilaku Perawatan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi Pada Siswi SMP Negeri Di Boyolali Annisa Citra Mashita 1, Indarwati 2 STIKES Aisyiyah Surakarta 1 Prodi/Ilmu Keperawatan 2 Prodi Keperawatan *indarstikes@gmail.com Abstrak Keywords: Peran Orang Tua; Perilaku Perawatan; Genitalia Eksterna; Saat Menstruasi Latar Belakang; Remaja merupakan individu yang mengalami masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche, banyak remaja yang belum paham tentang kesehatan reproduksi khususnya cara merawat organ genitalia eksterna saat menstruasi dengan benar. Orang tua memiliki pengaruh paling besar terhadap perilaku anak, di sisi lain remaja merasa enggan untuk menyampaikan masalah dan mencari jawaban dari orang tuanya karena mereka menganggap hal tersebut terlalu privasi untuk dibicarakan. Tujuan, mengetahui gambaran peran orang tua dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi pada siswi SMP Negeri Boyolali. Metode; Penelitian deskriptif, dilakukan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat tentang peran orang tua dalam perawatan genetalia remaja saat menstruasi. Sampling proportionate stratified random dilakukan dan terambil 83 responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Analisa data secara univariat. Hasil; Hasil penelitian diperoleh bahwa 90.4% orang tua berperan baik dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi, 51.8% orang tua berpendidikan menengah, 90.4% orang tua bekerja. dan 88.0% responden berperilaku baik dalam perawatan genitalia eksterna saat menstruasi. Kesimpulan; orang tua responden berperan baik dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi, masih cukup banyak orang tua yang belum mampu sebagai sumber informasi dalam hal perawatan genetalia eksterna. Sebagian besar pendidikan orang tua adalah pendidikan menengah. Sedangkan status pekerjaan orang tua sebagian besar adalah bekerja. Responden dalam perawatan genitalia eksterna saat menstruasi dikategorikan berperilaku baik. 1. PENDAHULUAN Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut WHO ( World Health Organization), remaja ( adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun (Marmi, 2013). Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan (Marmi, 2013). 621

Hasil penelitian Puspitaningrum, et al (2012) menyatakan dari 550 anak perempuan yang sudah mengalami menarche dini didapatkan 66% mempunyai praktik kurang dalam perawatan organ genitalia eksternal dan yang memiliki praktik baik dalam perawatan genitalia eksternal sebanyak 34%. Merawat organ intim tanpa kuman wajib dilakukan sehari-hari, begitu juga pada saat menstruasi.darah haid merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab keputihan dan infeksi. Pembalut yang seharian dipakai akanmenimbulkan keluhan gatal di sekitar vagina (B Pribakti, 2010). Banyak remaja merasa enggan untuk menyampaikan masalah dan mencari jawaban dari orang tuanya sementara banyak juga orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan dan merasa risih untuk membicarakan mengenai perkembangan biologis, psikologis serta masalah kesehatan reproduksi remaja dengan anak-anak mereka. Menurut SKKRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja) 2002-2003, 51% remaja perempuan dan 47% remaja lakilaki mengaku mendapat pelajaran kesehatan reproduksi pada saat sekolah di SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Ini berarti bahwa peran sekolah dalam menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi belum optimal.akibatnya kebutuhan remaja terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi remaja masih kurang. Hal ini serius karena informasi yang diterima dari teman sebaya yang masih sama-sama belum mengetahui secara benar banyak yang disalahartikan dan diselewengkan.dengan kekeliruan ini sulit mengharapkan remaja membentuk perilaku reproduksi sehat, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan keluarga berkualitas (Pinem, 2009). Sebagian besar remaja wanita membicarakan kesehatan reproduksi dengan teman 60%, ibu 44%, dan guru 43%.Pada remaja pria membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan teman 59% dan guru 39%.Persentase remaja yang membicarakan masalah kesehatan reproduksinya di cirikan dengan mereka yang berdomisili di perkotaan dan berpendidikan lebih tinggi. Peran petugas kesehatan dan pemuka agama masih rendah (masing-masing 17% dan 11%) (SDKI, 2012). Penelitian Puspitaningrum, et al (2012) menyatakan yang paling berpengaruh dalam praktik perawatan genitalia eksternal adalah peran orang tua dengan OR = 1,213 artinya responden yang menyatakan pernah mendapatkan informasi dari orang tua tentang cara perawatan organ genetalia eksternal mempunyai kemungkinan 1,2 kali lebih besar untuk melakukan praktik yang baik dalam perawatan organ genetalia eksternal dibandingkan responden yang menyatakan tidak pernah mendapatkan informasi dari orang tuanya tentang cara perawatan organ genetalia eksternal. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di lokasi penelitian memberikan gambaran bahwa belum pernah ada penelitian tentang perawatan genitalia eksterna. Selain itu berdasarkan penuturan beberapa siswi, menjelaskan bahwa orang tua tidak pernah mendiskusikan tentang kesehatan reproduksi bahkan cara perawatannya dan mereka belum paham cara merawat organ genitalia eksterna. Dari hasil studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik mengajukan penelitian tentang Peran orang tua dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi pada Siswi SMP Negeri di Boyolali Penelitian ini penting dilakukan di lokasi tersebut, untuk mendapatkan gambaran bagaimana sebenarnya peran orang tua dalam hal pendidikan perawatan alat genetalia eksterna saat menstruasi. Dan selanjutnya dapat memberikan kontribusi dalam perencanaan program kesehatan reproduksi remaja di SMP Boyolali tersebut. Melalui penelitian ini akan dijabarkan bentuk peran orang tua senagai pendidik, sebagai panutan, sebagai sumber informasi, pembimbing dan pengawas. Juga dijelaskan pula basic pendidikan dan pekerjaan orang tua. 2. METODE Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cros sectional. Bertujuan mendeskripsikan beberapa variable terkait peran orang tua, basic pendidikan dan status 622

pekerjaan, serta perilaku siswi dalam merawat genetalia. Alat pengumpul data dengan kuesioner. Analisa univarite untuk mendeskripsikan variable dengan distri busi frekuensi. Penelitian dilakukan di SMP Boyolali dengan populasi siswi kelas VII yang sudah mengalami menarche sebanyak 104 siswi, sampel yang diambil sebanyak 83 responden dihitung dengan tingkat signifikasi 5% 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Peran Orang Tua Hasil penelitian mengenai peran orang tua dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Peran Orang Tua Dalam Perawatan Genetalia Siswi SMP di Boyolali Peran Orang Tua Frekuensi Prosentase (%) Kurang Baik 8 75 9.6 90.4 Total 83 100.0 Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa mayoritas orang tua responden yaitu sebanyak 75 orang dengan prosentase 90.4% berperan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryani, et al. (2015) bahwa peran orang tua responden mayoritas baik sebanyak 66 orang. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi olehke adaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada ituasi social tertentu (Harmoko, 2012). Adapun yang ditelitidalam peran orang tua dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi meliputiperan orang tua sebagai pendidik, peran orang tua sebagai panutan, peran orang tua sebagai sumber informasi, peran orang tua sebagai pembimbing, dan peran orang tua sebagai pengawas Tabel 2. Indikator Peran Orang Tua Dalam Perawatan Genetalia Siswi SMP Negeri Di Boyolali Kategori Peran Orang Tua Baik Kurang Total % % % Sebagai Pendidik 78 94.0 5 6.0 83 100 Sebagai Panutan 82 98.8 1 1.2 83 100 Sebagai Sumber Informasi 61 73.5 2 26.5 83 100 2 Sebagai Pembimbing 79 95.2 4 4.8 83 100 Sebagai Pengawas 80 96.4 3 3.6 83 100 Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa mayoritas orang tua berperan baik sebagai panutan, dan sebagian kecil orang tua berperan baik sebagai sumber informasi. Puspitaningrum, et al (2012) menjelaskan bahwa orang tua paling berperan dalam praktik perawatan genitalia eksternal, responden yang menyatakan pernah mendapatkan informasi dari orang tua tentang cara perawatan organ genetalia eksternal mempunyai kemungkinan 1,2 kali lebih besar untuk melakukan praktik yang baik dalam perawatan organ genetalia eksternal dibandingkanr esponden yang menyatakan tidak pernah 623

mendapatkan informasi dari orang tuanya tentang cara perawatan organ genetalia eksternal. 3.2 Pendidikan Distribusi frekuensi pendidikan orang tua siswi SMP Negeri di Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Pendidikan Orang Tua Siswi SMP Negeri di Boyolali Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) Dasar Menengah Tinggi 14 43 26 16.9 51.8 31.3 Total 83 100.0 Sumber : Data primer, diolahbulanagustus 2017 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3. menunjukkan bahwa pendidikan orang tua responden sebagian besar berpendidikan menengah yaitu sebanyak 43 orang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmaini (2013) bahwa pendidikan orang tua mayoritas berpendidikan SMU atau bisa juga dikatakan berpendidikan menengah. Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Faturrahman, et al 2012). Penelitian Suprapti dan Indarwati ( 2013) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua merupakan variabel yang mempunyai kontribusi paling besar terhadap pengetahuan remaja, dimana orang tua yang berpendidikan tinggi serta mampu berperan baik untuk member informasi terhadap remaja maka akan meningkatkan pengetahuan remaja. Dengan demikian semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin luas juga pengetahuannya. Orang tua seharusnya sangat memperhatikan kesehatan anaknya terkait perawatan genitalia eksterna saat menstruasi.bila perawatan genitalia eksterna saat menstruasi pada anak diperhatikan, tentu resiko salah dalam berperilaku dapat dihindari. 3.3 Pekerjaan Distribusi frekuensi pekerjaan orang tua siswi SMP Negeri di Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Pekerjaan Orang Tua Siswi SMP N di Boyolali Pekerjaan Prosentase (%) TidakBekerja 9.6 Bekerja 90.4 Total 100.0 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua responden yaitu sebanyak 75 orang (90.4%) bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmaini (2013) bahwa orang tua mayoritas tidak berada di dekat anak selama berada di rumah (bekerja). Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun ecara tidak langsung (Mubarak, et al 2007). Dalam penelitian Agustini, et al (2012) mayoritas orang tua (ibu) bekerja yaitu 624

sebanyak 14 responden dari 23 responden. Rata-rata ibu bekerja sehingga ibu mempunyai wawasan dan pergaulan yang cukup luas. Peneliti berasumsi orang tua yang bekerja masih dapat meluangkan waktu untuk bertukar pendapat dengan anaknya ketika berada di rumah, sehingga anak masih mendapatkan informasi dari orang tuanya. 3.4 Perilaku Perawatan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi Distribusi frekuensi perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi secara umum pada siswi SMP di Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Perilaku Perawatan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi Siswi SMP Negeri di Boyolali Perilaku Perawatan Genitalia Frekuensi Prosentase (%) Kurang Baik 10 73 12.0 88.0 Total 83 100.0 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 73 orang (88.0%) berperilaku baik dalam perawatan genitalia eksterna saat menstruasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maidartati, et al (2016) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku baik dalam merawat organ genitalia eksterna saat menstruasi. Adapun yang diteliti dalam perawatan genitalia eksterna saat menstruasi meliputi cara penggunaan pembalut, cara cebok, penggunaan pakaian dalam, dan perawatan genitalia eksterna dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 6. Indikator Perilaku Perawatan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi Siswi SMP Negeri di Boyolali Kategori Perilaku Baik Kurang Total % % % Cara penggunaan pembalut 81 97.6 2 2.4 83 100 Cara cebok 75 90.4 8 4.8 83 100 Penggunaan pakaian dalam 77 92.8 6 7.2 83 100 Perawatan genitalia eksterna 34 41.0 49 59.0 83 100 Sumber : Data primer, diolahbulanagustus 2017 Berdasarkan tabel 6. dapat diketahui bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam penggunaan pembalut yaitu sebanyak 81 orang (97.6%), tetapi dalam perawata n genitalia eksterna masih banyak responden yang berperilaku kurang yaitu sebanyak 49 orang (59.0%). Hal ini dikarenakan masih ada orang tua yang kurang dalam memberi informasi terkait perawatan genitalia eksterna saat menstruasi kepada anaknya. Penelitian ini didukung dengan penelitianyusiana dan Saputri (2016) menyatakan mayoritas responden memiliki perilaku personal hygiene cukup, mereka mendapatkan informasi secara teori tetang menstruasi dari guru pengajar di sekolah. Responden yang memiliki perilaku personal hygiene kurang dikarenakan mereka mengalami menarche usia dini dan mereka hanya melihat kebiasaan orang tua serta tidak mendapatkan penjelasan secara langsung, karena orang tua menganggap personal hygiene saat menstruasi adalah hal yang bersifat privasi. Penelitian Maidartati, et al. (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku vulva hygiene 625

saat menstruasi. Pengetahuan tentang vulva hygiene yang baik mendorong responden untuk berperilaku baik dan benar saat menstruasi karena responden mengetahui pentingnya menjaga vulva hygiene saat menstruasi. 4. KESIMPULAN Orang tua responden berperan baik dalam perilaku perawatan genitalia eksterna saat menstruasi, masih cukup banyak orang tua yang belum mampu sebagai sumber informasi dalam hal perawatan genetalia eksterna. Sebagian besar pendidikan orang tua adalah pendidikan menengah. Sedangkan status pekerjaan orang tua sebagian besar adalah bekerja. Dan Responden dalam perawatan genitalia eksterna saat menstruasi dikategorikan berperilaku baik. REFERENSI Agustini, L., Wuryanto, A., dan Ratnaningsih, E. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Orang Tua Siswi Kelas 4 Dan 5 Sekolah Dasar Islam Alazhar 14 Semarang Dalam Memberikan Edukasi Tentang Menstruasi.Jurnal Kebidanan Panti Wilasa Vol. 3 No. 1. B, Pribakti. 2010. Tips dan Trik Merawat Organ Intim. Sagung Seto. Jakarta. Faturrahman, Ahmadi, I. K., Amri, S., dan Setyono, H. A. 2012.Pengantar Pendidikan. Prestasi Pustakarya. Jakarta. Harmaini.2013. Keberadaan Orang Tua Bersama Anak.Jurnal Psikologi Vol. 9 No. 2 hh 81-93. Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Haryani, D. S., Wahyuningsih, Haryani, K. 2015. Peran Orang Tua Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja di SMKN 1 Sedayu.Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia Vol. 3 No. 3 hh 140-144. Infodatin.2014. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/inf odatin-anak.pdf. Diakses 24 Februari 2017 jam 00.20 WIB. Maidartati, Hayati, S.,dan Nurhida, L. A. 2016. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Vulva Hygiene pada saat Menstruasi Remaja Putri.Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 4 No 1 hh 50-57. Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Mubarak, W. I., Chayatin, N., Rozikin, K., dan Supradi. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi.Trans Info Media. Jakarta. Puspitaningrum, D., Suryoputro, A., dan Widagdo, L. 2012. Praktik Perawatan Organ Genitalia Eksternal pada Anak Usia 10-11 Tahun yang Mengalami Menarche Dini di Sekolah Dasa Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 No. 2 hh 126-135. Suprapti dan Indarwati. 2013. Peran Orang Tua dan Pengetahuan Remaja tentang Pubertas di Salah Satu SMP Negeri Boyolali. Gaster Vol. 10 No.1 hh 20-29. SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/sdki- 2012-Remaja-Indonesia.pdf. Diakses 23 Februari 2017 jam 23.31 WIB. Yusiana, M. A.,dan Saputri, M. S. T. 2016. Perilaku Personal Hygiene Remaja Puteri Pada Saat Menstruasi.Jurnal Stikes Vol. 9 No 1 hh 14-19. 626