DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH Oleh: DR. MOCH ARDIAN N. Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH 2018 1
2
KEBIJAKAN DBH 3
PENETAPAN DAERAH PENGHASIL & PENERIMAAN DBH Pasal 289 Ayat 5 Pasal 289 Ayat 6 Pasal 289 Ayat 7
Pengertian: DBH merupakan pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH PAJAK SDA PBB-P3 PPh CHT Kehutanan Minerba Migas Panas Bumi Perikanan Tujuan: Untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. PEMBAGIAN : By Origin o Dibagi kepada daerah penghasil sesuai dengan porsi yang ditetapkan dalam UU No. 33/2004. o Dibagi dengan imbangan Daerah penghasil mendapatkan porsi lebih besar, dan Daerah lain (dalam provinsi yang bersangkutan) mendapatkan bagian pemerataan dengan porsi tertentu yang ditetapkan dalam UU. PENYALURAN: Based on Actual Revenue Penyaluran DBH berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan (Pasal 23 UU 33/2004) 5
KEBIJAKAN DBH DALAM APBN TA 2018 UMUM Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan DBH; Memperbaiki pola penyaluran dengan mempertimbangkan kondisi kas negara dan kas daerah. Mempercepat penyelesaian kurang/lebih bayar DBH 25% yang bersifat umum digunakan untuk belanja infrastruktur publik DBH PPh dan PBB DBH SDA Dana Reboisasi Alokasi TA 2018 Rp89,2 T Membagihasilkan PPh Pasal 25/29 WPOPDN yang pemungutannya bersifat final Membagi penerimaan PBB Bagian pusat sebesar 10% secara merata kepada seluruh Kabupaten dan Kota; Penggunaan Biaya Pemungutan PBB sebesar 9% yang merupakan bagian daerah digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah (block grant). Menambah cakupan DBH PBB, termasuk sektor lainnya (PBB perikanan, dan PBB atas kabel bawah laut, di luar PBB sektor pertambangan, perkebunan, dan perhutanan); DBH CHT Penggunaan DBH CHT sesuai UU No. 39/2007 tentang Cukai dengan focus prioritas untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional; Pengaturan detail akan diatur dalam PMK (sedang tahap finalisasi), dimana 50% DBH CHT digunakan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan serta dapat digunakan untuk mendukung masyarakat miskin yang belum tercover PBI. 50% digunakan sesuai UU No. 39/2007 dengan perluasan pada detail pembinaan lingkungan social sehingga termasuk mengcover pembangunan infrastruktur Mengalokasikan DBH SDA Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dari semula ke Kabupaten/Kota Penghasil menjadi ke Provinsi Penghasil memperluas penggunaan di Propinsi, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan kegiatan pendukungnya (termasuk untuk upaya pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan serta perhutanan sosial) Memperluas penggunaan atas sisa DBH DR yang masih terdapat di kas daerah kab./kota s.d. tahun 2016 oleh kab./kota, serta menunjuk Organisasi Perangkat Daerah (OPD) oleh bupati/walikota untuk melaksanakan sisa DBH DR dimaksud. Pengaturan detail dalam PMK (dalam tahap finalisasi) DBH SDA Migas Menegaskan DBH SDA sebagai dana block grant dengan menghilangkan earmarked 0,5% dari DBH SDA Minyak dan Gas Bumi untuk bidang pendidikan 6
KEBIJAKAN DAU 7
DANA ALOKASI UMUM UU 23/2014 PASAL 290 1 2 3 4 5 6 DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar - Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi DAU suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal Proporsi DAU antara Daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan pertimbangan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal Daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, baik Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar dan tidak terkait Pelayanan Dasar maupun Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1). Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan Daerah yang berasal dari pendapatan asli Daerah dan DBH. 7 Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8
KEBIJAKAN DAU DALAM APBN 2018 Alokasi TA 2018 Rp401,5 T Pagu DAU nasional sebesar 28,7% dari PDN Netto dalam APBN 2018, dengan ketentuan besaran pagu tersebut tidak bersifat final atau dapat berubah sesuai perubahan PDN Neto dalam APBNP tahun berjalan Menyempurnakan formulasi DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar (gaji PNSD), bobot masing2 variable dalam Celah Fiskal, serta tidak terjadi penurunan DAU untuk seluruh daerah sehingga terjadi pemerataan yang lebih baik Memberikan afirmasi kepada daerah kepulauan dengan meningkatkan bobot luas wilayah laut dalam variabel luas wilayah menjadi 100 persen. Memperhitungkan beban pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan dengan porsi DAU provinsi sebesar 14,1% dan porsi kabupaten/kota sebesar 85,9%. Paling sedikit 25% untuk belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik dan perekonomian daerah 9
KEBIJAKAN DAK 10
KEBIJAKAN DAK FISIK DALAM APBN TA 2018 Alokasi TA 2018 Rp62,4 T KEBIJAKAN DAK FISIK TA 2018 Penajaman jenis dan bidang DAK Fisik sesuai dengan prinsip money follow program, berbasis proposal, serta sinkronisasi DAK dengan belanja K/L; Penguatan peran Provinsi dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik ; Prioritas alokasi DAK di daerah yang terkait dengan: 1. pelayanan dasar untuk pemenuhan SPM; 2. pengembangan industri, perdagangan, pariwisata, sektor perekonomian lainnya; Pembangunan Berkelanjutan Prinsip Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Daerah Prinsip Sinkronisasi usulan kegiatan : 1. Antar Bidang; 2. Antar Daerah, termasuk antara kabupaten/kota dengan provinsi; dan ; 3. Sumber Pendanaan antara Kegiatan DAK dengan kegiatan yang didanai dari non DAK; Prinsip Sinkronisasi Pendanaan Pembangunan Daerah Memperbaiki penyaluran DAK Fisik per bidang menjadi 3 tahap dan berbasis kinerja pelaksanaan; Mewajibkan daerah melaporkan capaian output/outcome. Usulan kegiatan harus: 1. Menjadi kewenangan daerah; 2. Bagian dari RPJMD dan RKPD yang selaras dengan prioritas nasional; dan 3. Kegiatannya menghasilkan output/ outcome yang bermanfaat langsung bagi masyarakat; Prinsip Pengalokasian berbasis kinerja pelaksanaan Memperhitungkan tingkat penyerapan anggaran dan capaian output/outcome tahun sebelumnya: Komitmen daerah atas usulan DAK Fisik; Pemenuhan ketentuan pelaksanaan DAK Fisik; 11
KEBIJAKAN PINJAMAN DAERAH 12
FILOSOFI PINJAMAN DALAM APBD PENDAPATAN < BELANJA DEFISIT PENERIMAAN PEMBIAYAAN 1. SiLPA 2. PENCAIRAN DANA CADANGAN 3. HASIL PENJUALAN KEKAYAAN YANG DIPISAHKAN 4. PENERIMAAN PINJAMAN DAERAH 13
PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH PINJAMAN DAERAH HARUS MERUPAKAN INISIATIF PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KEGIATAN YANG AKAN DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAERAH HARUS SESUAI DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH PINJAMAN DAERAH MERUPAKAN ALTERNATIF PENDANAAN APBD YANG DIGUNAKAN UNTUK MENUTUP: A. DEFISIT APBD; B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN C. KEKURANGAN ARUS KAS PEMERINTAH DAERAH DAPAT MENERUSKAN PINJAMAN DAERAH SEBAGAI PINJAMAN, HIBAH, DAN/ATAU PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD DALAM KERANGKA HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMDA DAN BUMD. 14
SUMBER PINJAMAN 1. Pemerintah 2. Pemerintah Daerah Lain 3. Lembaga Keuangan Bank 4. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5. Masyarakat (Obligasi Daerah) Pasar Modal 15
PENGUNAAN PINJAMAN DAERAH 1 JANGKA PENDEK MENUTUP ARUS KAS PADA TAHUN ANGGARAN YANG BERSANGKUTAN 2 3 JANGKA MENENGAH JANGKA PANJANG MEMBIAYAI KEGIATAN prasarana/sarana terkait PELAYANAN PUBLIK YANG TIDAK MENGHASILKAN PENERIMAAN (tidak melebihi masjab KDH, Persetujuan DPRD) MEMBIAYAI KEGIATAN INVESTASI PRASARANA DAN/ATAU SARANA DALAM RANGKA PENYEDIAAN PELAYANAN PUBLIK YANG (1) MENGHASILKAN PENERIMAAN BAGI APBD, (2) PENGHEMATAN APBD APBILA KEG TSB TDK DILAKSANKAN, (3) MANFAAT EKSOS (dapat melebihi masjab KDH, Persetujuan DPRD) 16
PERSYARATAN PINJAMAN DAERAH (pasal 15 PP 30/2011) Dalam melakukan Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah WAJIB memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; 2. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah; dan 3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman; 4. Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah. KHUSUS, (kecuali pinjaman jangka pendek): 5. Pinjaman Jangka Menengah dan Pinjaman Jangka Panjang WAJIB mendapatkan 17 persetujuan DPRD.
18
MARI KITA SUKSESKAN TERIMA KASIH 19