BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang. mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

2015 PENINGKATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.1. 2 Tatang S, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.14.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN. dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan ungkap dan paparkan mengenai hasil. penelitian yang telah dirumuskan sebagaimana berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

Jurnal Pendidikan Ekonomi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajad Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

Oleh: Nanik Tri Sumarti 05667/2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 80.

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 3 ISSN X. Ni Ketut Mirniati

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sidomulyo sebagian masih menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI VARIASI MODEL THINK PAIR AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

BAB I PENDAHULUAN. belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No.20 Tahun 2003 dalam Sagala,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan penggunaan teknologi informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1999), hlm Ibnu Ahmad Shaleh, Penyelenggaraan Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FIQIH TENTANG ZAKAT MELALUI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA SISWA KELAS VIII-A

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepibadian yang utama. 1. professional yang dituntut untuk melakukan transformasi pengetahuan agar

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ICARE ( INTRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT AND EXTEND

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Materi Globalisasi. Tarini

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseriusan dan kesungguhan sebuah penanganan pendidikan tergantung kepada sejauhmana keseriusan pendidik dalam menjalani profesinya dan juga pelaksana pengembangan kualitas pendidikan. Artinya bahwa pendidik tetap menjadi sentral dalam menghadapi persoalan pendidikan tersebut. Sebagai pendidik harus bisa terpenuhi tingkat profesionalnya seperti penguasaan bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, dan memahami situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas.1 Dengan demikian, pendidik itu sangat penting perannya dalam suatu pembelajaran agar dapat tercapai tujuan pendidikan dari apa yang diharapkan. Tentu saja keberhasilan implementasi suatu pembelajaran di dalam kelas tergantung pada kepiawaian pendidik dalam menggunakan model, metode, teknik, dan strategi pembelajaran tersebut. Kelas yang baik sangat dipengaruhi oleh manajemen kelas dari seorang pendidik. Oleh karena itu, proses pembelajaran di dalam kelas harus benar-benar dirancang sebaik mungkin oleh pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. pendidik akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan peserta didik bila dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak peserta didik.2 Dapat diambil kesimpulan, bahwa sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu pendidik membuat rancangan pembelajaran dengan menyesuaikan model pembelajaran yang tepat, supaya peserta didik akan lebih semangat dan termotivasi dalam memahami materi pelajaran. 1 2 Sulthon, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm. 9. Nasution, Sosiologi Pendidikan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 79. 1

2 Pembelajaran merupakan bantuan dari pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan keyakinan peserta didik.3 Sedangkan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membangun kurikulum, untuk merancang bahan pembelajaran yang diperlukan serta untuk memandu pengajaran di dalam kelas atau situasi pembelajaran yang lain. 4 Dengan demikian, model pembelajaran ini sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran diri, menguasai materi, kemampuan berpikir dan meningkatkan keefektifan dalam suatu pembelajaran. Mengingat di dalam kelas peserta didik itu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, maka seorang pendidiklah harus mampu menghidupkan pembelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara menjadi menarik dan peserta didik pun diharuskan semua terlibat dan faham akan materi yang disampaikan. Memasuki era Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang ini sangat dirasakan kebutuhan dan pentingnya penggunaan TIK dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Teknologi Informasi berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan komunikasi dan teknologi yang menunjang terhadap praktik kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran melalui media televisi/radio, pembelajaran berbasis komputer seperti tutorial, pembelajaran berbasis web dan sebagainya adalah beberapa bentuk pemanfaatan TIK yang perlu dikembangkan dan dilaksanakan dalam dunia pendidikan dewasa ini.5 Pemanfaatan teknologi yang ada akan membuat sebuah daya tarik tersendiri jika diterapkan dalam sebuah pembelajaran di sekolah. Hal ini akan menjadikan pembelajaran semakin mudah diterima oleh peserta didik apabila penggunaan TIK tersebut sesuai dengan prosedur yang ada. 3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Prenadamedia Group, Jakarta, 2013, hlm. 19. 4 Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar dan Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 148. 5 Rusman, Deni Kurniawan, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi; Mengembangkan Profesionalitas Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 6.

3 Model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) merupakan model pembelajaran yang terdiri dari unsur Introduction, Connect, Apply, Reflect, and Extend. Dimana kelima unsur tersebut saling berkaitan satu sama lain.6 ICARE merupakan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, maupun kurikulum-kurikulum sebelumnya, yang tentunya diharapkan untuk mencetak pendidik dan peserta didik yang berkualitas. Pembelajaran model ICARE sudah diterapkan di MTs Hasyim Asy ari Welahan Jepara pada mata pelajaran Fiqih di kelas VIII (delapan) A - C. Pada penerapannya di kelas, pendidik menjelaskan/memperkenalkan materi pelajaran kepada peserta didik setelah itu pendidik menyuruh kepada semua peserta didik untuk bertanya atau mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang tentang pelajaran yang belum mereka fahami, kemudian pendidik menyajikan soal atau pertanyaan tadi di depan kelas dengan maksud untuk merangsang peserta didik yang memahami dapat membantu menyelesaikan apabila pertanyaan tersebut belum terselesaikan maka pendidik melanjutkan dengan model yang selanjutnya yaitu mempraktikkan apa yang dipelajari semisal tentang pelaksanaan ibadah haji dan lain lain. Setelah mempraktikkan, peserta didik memiliki kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. Selanjutnya pendidik memperluas atau memperkuat materi pelajaran dengan memberikan suatu latihan atau tugas untuk menindaklanjuti materi agar dapat terserap dalam diri peserta didik. Sehingga penggunaan model ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena peserta didik yang semula pasif dan hanya mendengarkan saja, kini dengan menggunakan model ini peserta didik semakin aktif dalam berkomunikasi di dalam kelas, baik itu bertanya, berpendapat, maupun menambahi pendapat dari temannya7. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ICARE, 6 T im Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 251. 7 Hasil wawancara dengan Zainuri, selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Hasyim Asy ari Welahan Jepara, Tanggal 5 Desember 2016, pukul : 09.30.

4 pembelajaran Fiqih semakin menarik dan bisa memotivasi peserta didik untuk lebih aktif bertanya di dalam kelas. Sedangkan Tutorial Based Instruction merupakan model pembelajaran berupa tutorial yang didesain dengan petunjuk belajar secara audio visual. Kedua model belajar tersebut dapat dikembangkan melalui media atau perantara seperti berbasis komputer.8 Sehingga model tutorial ini dalam praktiknya membutuhkan media pendukung seperti laptop, LCD, Proyektor dan sebagainya agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Model pembelajaran Tutorial Based Instruction pada mata pelajaran Fiqih telah diterapkan. Pada penerapannya di kelas, pendidik menggunakan salah satu metode yaitu diskusi kelompok. Pendidik ikut aktif dalam mengarahkan pembelajaran dengan membentuk kelompok, hal ini bertujuan untuk memecahkan persoalan yang diberikan oleh pendidik, agar peserta didik mampu berpikir kritis dengan adanya suatu permasalahan tersebut. Dalam penerapan Tutorial Based Instruction memiliki prinsip saling membantu dan saling bekerjasama dalam memahami materi pembelajaran, yaitu apabila ada peserta didik yang kurang mampu dalam memahami materi pembelajaran yang berupa persoalan yang diberikan oleh pendidik, maka peserta didik lain dalam kelompok masing-masing segera membantunya.9 Dengan begitu, maka peserta didik yang awalnya kesulitan dalam memahami materi pelajaran Fiqih secara individual, kini semakin terbantu dengan teman kelompok yang mampu menjawab persoalan-persoalan Fiqih yang diberikan pendidik dengan maksimal. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam kegiatan belajar Fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction tampak dari keberanian peserta didik dalam memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan kata-katanya sendiri dari pembelajaran yang telah didapatnya 8 Tim Pengembang MKDP, Tutorial Based Instruction merupakan model pembelajaran, Op. Cit., hlm. 252. 9 Hasil observasi di Kelas VIII MTs Hasyim Asy ari Tanggal 8 Desember 2016, Pukul 09.45 WIB.

5 yang sebelumnya melalui beberapa proses pembelajaran yang dilalui peserta didik yaitu dengan bertanya dan mengungkapkan pendapat, aktif berdiskusi dan memecahkan masalah di dalam kelas, aktif berpartisipasi dan memberikan penjelasan kepada temannya10. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, yang mana peserta didik di dalam kelas benar-benar memahami pembelajaran dengan melihat peserta didik mampu memberikan penjelasan dengan kata-katanya sendiri dengan baik. Terlihat keaktifan dalam pelajaran Fiqih, bahwa peserta didik mempunyai keberanian untuk menjelaskan materi di depan kelas, bertanya, berpendapat, bahkan peserta didik dengan semangat untuk menambahi argumen di depan kelas tanpa disuruh oleh pendidik.11 Sehingga dapat peneliti simpulkan, bahwa kemampuan peserta didik pada kegiatan pelajaran Fiqih sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, peserta didik mampu bertanya, menyelesaikan masalah sudah merupakan termasuk dalam kemampuan berpikir kritis. Dengan diterapkannya kedua model pembelajaran tersebut, maka peserta didik mampu untuk memahami mata pelajaran Fiqih. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu pembelajaran, kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunyai struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta mengevaluasi suatu permasalahan. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pelajaran Fiqih di sekolahan, yang menitikberatkan pada konsep, prinsip, serta kaitan yang ketat antara suatu unsur dengan unsur lainnya. Dalam perkembangannya, peserta didik cepat ataupun lambat pasti akan mengalami kesenjangan antara 10 Hasil wawancara dengan Zainuri, selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Hasyim Asy ari Welahan Jepara, Tanggal 5 Desember 2016, pukul : 09.35. 11 Hasil observasi di Kelas VIIIB MTs Hasyim Asy ari Tanggal 8 Desember 2016, Pukul 10.25 WIB.

6 tugas dan kemampuannya. Dengan demikian ilmu Fiqih menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan karena permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan hubungan syariat agama yang tertera dalam mata pelajaran fiqih. Mata pelajaran fiqih mengajarkan mengenai berpikir logis dan sistematis. Hal ini akan sangat berguna dalam memecahkan masalah peserta didik nantinya yang akan terjadi di kehidupan masyarakat yang akan mendatang. Pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan yang saat ini berkembang pada sebagian besar peserta didik adalah bahwa belajar fiqih merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan sering dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari, kenyataan di masyarakat umumnya merasa ilmu fiqih adalah ilmu yang mudah tapi sulit untuk dipahami jika tidak langsung dipraktikkan. Menurut bapak Zainuri, proses pembelajaran Fiqih di MTs Hasyim Asy ari mengalami beberapa kendala, di antaranya adalah pertama, aspek waktu yaitu waktu yang disediakan terbatas dengan muatan materi yang begitu padat. Kedua, aspek peserta didik, yaitu terdapat peserta didik yang kurang memperhatikan pendidik, melamun, mengganggu teman yang lain, malas mencatat, dan mengantuk. Beberapa kendala ini mengakibatkan hasil pembelajaran menjadi kurang optimal.12 Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran yang digunakan haruslah berbeda. Hal ini menjadikan begitu pentingnya penerapan model pembelajaran ICARE dan Tutorial Based Instruction dalam mata pelajaran Fiqih yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Persepsi dari hal seperti ini juga terjadi pada peserta didik MTs Hasyim Asy ari. Banyak peserta didik yang beranggapan bahwa fiqih pelajaran yang kelihatannya mudah tapi sulit dipahami. Karena dalam kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru dengan cara yang masih konvensional. Sehingga peserta didik hanya mendengarkan apa yang 12 Hasil wawancara dengan Zainuri, selaku Guru Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII di MTs Hasyim Asy ari Welahan Jepara, Tanggal 5 Desember 2016, pukul : 09.40.

7 diterangkan oleh guru, yang akhirnya peserta didik tidak terbiasa mengemukakan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya. Inilah yang membuat peserta didik menjadi pasif dan akhirnya malas untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.13 Menyadari pentingnya suatu model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka mutlak diperlukan adanya pembelajaran fiqih yang lebih banyak melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat terwujud melalui suatu bentuk model pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan keterlibatan peserta didik secara aktif yang menanamkan kesadaran berpikir kritis. Peneliti memandang bahwa model pembelajaran ICARE dan Tutorial Based Instruction memiliki banyak kelebihan jika digunakan sebagai alternatif pelajaran Fiqih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dari uraian tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect And Extend) Dan Tutorial Based Instruction Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs Hasyim Asy ari Kalipucang Wetan Welahan Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend), Tutorial Based Instruction dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 13 Berdasarkan Wawancara dengan Peserta Didik bernama Ahmad Hariyanto, Tanggal 21 November 2016, Pukul 13.50 WIB.

8 2. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend) terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 3. Adakah pengaruh Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 4. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas untuk dapat memperoleh hasil yang baik maka diperlukan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Mengetahui model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend), Tutorial Based Instruction dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran (Introduction, Connect, Apply, Reflect, Extend) terhadap ICARE kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 3. Mengetahui pengaruh Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017? 4. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTs Hasyim Asy ari Tahun Pelajaran 2016/2017?

9 D. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Verifikasi pengaruh penerapan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih. 2. Secara Praktis a. Bagi Madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitian ini berlangsung, mengenai model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih. b. Bagi Pendidik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pendidik dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction. c. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan model pembelajaran ICARE (Introduction, Connect, Apply, Reflect and Extend) dan Tutorial Based Instruction.