BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,


BAB V KONSEP PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan. Konsep ini sangat baik karena memanfaatkan potensi alam yang mendukung kenyamanan kegiatan didalam bangunan, serta mendukung kegiatan untuk penghematan energi listrik. Melihat segala permasalahan yang timbul pada kawasan beriklim tropis, misalnya suhu dan kelembaban yang relatif tinggi, bangunan berkonsep green design dengan penerapan kenyamanan thermal dengan ventilasi alami pada wisma atlet di Senayan diharapkan dapat menjawab permasalahan itu dengan penerapan dan aplikasi teknis berupa penyesuaian bentuk jendela, orientasi bangunan, bentuk massa bangunan, sistem pencahayaan dan penghawaan, serta bagaimana mengupayakan pengaplikasian serta pengintegrasian bangunan yang hemat energi listrik dengan sistem bangunan yang dapat memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Hal inilah yang ingin diterapkan pada bangunan wisma atlet di Senayan. V.1.1. Data Proyek Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m 2. Keliling tapak 477,74m 1. GSB = 10m ( Utara ) dan 8m ( Selatan ) atau sesuai gambar. KDB = 20% Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 = 2.178.24m 2. Maksimum lapis = 24 lapis. KLB = 2,5. Luas total bangunan yang boleh dibangun= 2,5 x 10.891,18 = 27.227,95 m 2 111

V.2. V.1.2. Topik dan Tema Wisma atlet di Senayan dirancang dengan pendekatan green design, untuk pengupayaan penghematan konsumsi energi listrik. Untuk keberlanjutan penggunaan energi, pada desain kali ini dihubungkan dengan iklim kawasan terutama pada penghawaan alami. Penyusun memilih hal ini karena bertujuan untuk menghemat penggunaan energi listrik yang dibutuhkan untuk penghawaan. Pemanfaatan penghawaan alami dengan memanfaatkan potensi-potensi alam yang ada di sekitar lingkungan. Pengaplikasian green design yang mengacu pada penerapan kenyamanan thermal dengan ventilasi alami pada wisma atlet di Senayan agar dapat tercipta sebuah rancangan desain yang dapat menghemat penggunaan energi listrik untuk penghawaan di dalam bangunan. Konsep Perencanaan dan Perancangan Makro V.2.1. Konsep Penentuan dan Pengolahan Pintu Masuk Pengolahan pintu masuk bagi pejalan kaki adalah melalui sisi lahan tapak, lalu menuju ke lobby atau tengah bangunan, sehingga tidak menggangu sirkulasi kendaraan. Gambar V.2.1.1. Sirkulasi pejalan kaki Sirkulasi pejalan kaki dari jl.pintu Satu Senayan Sirkulasi pejalan kaki dari jl.manila Terdapat 2 akses bagi pejalan kaki untuk masuk ke dalam tapak yaitu melalui sisi pedestrian tempat masuk mobil dan sisi tempat masuk sepeda motor. 112

Gambar V.2.1.2. Area pejalan kaki Area pejalan kaki yang berada di luar tapak Area pejalan kaki yang berada di dalam tapak Gambar V.2.1.3. Sirkulasi kendaraan Keluar-masuk motor & sepeda Parkir motor & sepeda Masuk mobil & bus Keluar mobil & bus Keluar masuk mobil Posisi masuk antara kendaraan roda empat dan roda dua di pisahkan, agar tidak terjadi gangguan sirkulasi didalam tapak. tempat parkir mobil berada di basement, sedangkan tempat parkir motor dan sepeda disediakan area khusus parkir motor dan sepeda. Gambar V.2.1.4. Sirkulasi servis Masuk basement Keluar masuk basement Keluar masuk kendaraan servis hanya terdapat di area belakang tapak 113

Sirkulasi servis dibuat satu jalur untuk keluar - masuk kendaraan pada area tapak. Hal ini dimaksudkan agar tidak menggangu sirkulasi kendaraan pengunjung maupun pejalan kaki yang ada di dalam area wisma atlet. V.2.2. Konsep Pengolahan Ruang Luar Terdapat plaza dan ruang komunal pada tapak. Plaza merupakan ruang publik yang dirancang sebagai ruang berkumpulnya orang-orang dan melakukan aktivitasnya. Perancangan plaza juga akan diterapkan pada bagian bangunan. Pada salah satu bagian bangunan akan dibuat sebuah area terbuka untuk tempat duduk-duduk pengunjung dan tempat bersantai. Gambar V.2.2.1. Konsep ruang luar plaza dan taman Menciptakan konsep suasana nyaman, tentram & suasana bersantai Menciptakan konsep suasana ramai & hiburan-hiburan untuk refresing dan web google Vegetasi-vegetasi yang ada dalam penerapan rancangan dapat berfungsi selain sebagai penyejuk, keindahan juga sebagai pembatas antar ruang. V.2.3. Konsep Zoning Horizontal Pada lantai dasar, semua difungsikan sebagai area publik, baik itu sebagai tempat kumpul-kumpul, ruang bersama sampai kepenyediaan fasilitas penunjang bagi penghuni. 114

Gambar V.2.3.1. Zoning horizontal Unit kamar Unit kamar Servis area Servis area Fasilitas penunjang Lobby &fasilitas publik Fasilitas penunjang V.2.4. Konsep Zoning Vertikal Lantai dasar difungsikan sebagai area publik termasuk fasilitasfasilitas penunjangnya seperti restaurant, plaza, area bersama, dll. Sedangkan untuk area privat dan semi privat diletakan di lantai-lantai tipikal atas. Gambar V.2.4.1. Zoning vertikal Unit hunian Unit hunian Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang Lobby & fasilitas publik V.3. Untuk unit hunian kamar dibuat menyatu dengan fasilitas penunjangnya. Hal ini dimaksudkan agar penghuni dapat langsung menuju ke area fasilitas penunjang tanpa menggangu area publik. Konsep Perancangan Mikro V.3.1. Konsep Pengolahan Fisik Bangunan Massa bangunan menggunakan bentuk dasar persegi panjang akan tetapi pengolahan massanya di buat bergelombang. Gelombang pada bentuk bangunan berfungsi untuk mengatasi permasalahan 115

kecepatan angin yang menerpa bangunan dan pembayangan matahari yang cukup baik dari bentuk masa lengkung atau gelombang dan juga dari segi estetika dapat menciptakan suatu bentuk bangunan yang tampak dinamis tidak monoton. Gambar V.3.1.1. Olahan massa bangunan View tengah bangunan tepat menuju ke stadion GBK Pemanfaatan bentuk lengkung bangunan untuk mengatisipasi arah datang cahaya matahari & sirkulasi angin/udara Fisik bangunan akan diolah sesuai dengan analisa bentuk bangunan, yaitu bentuk yang bergelombang. Maksud dari penerapan bentuk ini adalah untuk menangkap view yang di tuju yaitu sekitar kawasan GBK (Gelora Bung Karno). Gambar V.3.1.2. Bentuk massa bangunan yang tanggap terhadap lingkungan View bangunan menghadap ke stadion utama GBK & area RTH Pola bentuk bangunan menggunakan pola linear yang berbelok. Hal ini dimaksudkan untuk menanggapi bentuk tapak yang memanjang, sehingga adanya keserasian antara tapak dan bangunannya. 116

V.3.2. Konsep Olahan Tampak Bangunan Pengolahan fasad bangunan terdiri dari bagian unit-unit kamar yang diberi balkon pada masing-masing kamar. balkon ini selain sebagai ruang bersantai, juga dimanfaatkan dengan memberi tanaman-tanaman yang berfungsi selain sebagai estetika juga dapat menyejukan ruangan. Gambar V.3.2.1. Olahan tampak bangunan Bingkai kaca yang dibagi menjadi 4 bagian & masing-masing dari kaca tersebut dapat dibuka sehingga udara yang masuk dapat disesuaikan Konsep desain pada bagian balkon akan diberi box-box tanaman yang berfungsi untuk menaruh tanaman pada bagian atasnya, sedangkan bagian bawahnya untuk menyembunyikan outdoor AC. Konsep rancangan bentuk jendela dengan menambahkan bingkai kaca yang dibagi menjadi 4 bagian agar dapat dibuka sesuai dengan ke inginan atau kebutuhan. V.3.3. Konsep Dimensi Ruang Tabel V.3.3.1. Kelompok ruang dan luasan Aliran udara No Kelompok Ruang luasan 1 Unit kamar kapasitas 2 orang 12.000 m 2 /tower 2 Fasilitas penunjang 2.819,5 m 2 117

3 Ruang Pengelola 76 m 2 4 Servis 750 m 2 5 Parkir 3.725 m 2 Total 19.370,5 m 2 Sumber : Perhitungan kebutuhan luas bangunan wisma atlet Senayan V.3.4. Konsep Hubungan Ruang Gambar V.3.4.1. Skema hubungan ruang entrance Servis Fasilitas Publik Function Room Parkir Servis Servis Fasilitas Penunjang Taman Hunian Lobby Hunian Retail Restaurant Parkir Mobil Plaza Parkir Motor ATM Entrance Mobil Entrance Entrance Motor Fitness Room V.3.5. Konsep Sirkulasi Horizontal Pada Lantai Tipikal Konsep koridor pada bangunan wisma atlet menggunakan sistem double louded. Penggunaan sistem ini diupayakan untuk memaksimalkan fungsi ruang dan menghemat lahan. Untuk menunjang kenyamanan thermal maka penggunaan kombinasi penghawaan alami dan buatan, diterapkan didalam bangunan unit hunian. Agar kerja AC tidak terlalu berat maka perlu didukung pembuatan ventilasi alami yang menunjang kenyamanan thermal dalam ruangan. 118

Gambar V.3.5.1. Sirkulasi horizontal bangunan double louded dan web google V.3.6. Konsep Sirkulasi Vertikal Sebagai alat sirkulasi vertikal penyusun menggunakan tangga dan lift. Pada perancangan bangunan wisma atlet, ditempatkan 5 buah lift. 4 lift untuk hunian dan 1 lift sebagai bagian dari lift servis. Pada setiap ujung bangunan pada area hunian di sediakan tangga darurat yang jarak pencapaiannya tidak boleh lebih dari 30 meter berdasarkan standar bangunan tinggi. Posisi lift akan berada pada tengah bangunan atau core, yang diapit oleh dua tower yang berfungsi sebagai hunian. Selain tangga dan lift, juga di sediakan ramp sebagai bagian dari sirkulasi vertikal, yang berfungsi untuk sirkulasi bagi penyandang cacat dan juga untuk mengangkut barang menggunakan troli yang di letakan pada setiap pintu masuk dengan kemiringan 1:10. Gambar V.3.6.1. Sirkulasi vertikal bangunan Core lift Lobby dan web google V.3.7. Konsep Kenyamanan Thermal Penerapan kenyamanan thermal pada bangunan memiliki beberapa cara untuk dilakukan, yaitu: 119

1. Penempatan Orientasi Bangunan Orientasi bangunan yang ideal untuk daerah yang beriklim tropis adalah menghadap ke arah Utara Selatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari cahaya matahari yang berasal dari Barat Timur, karena pengaruh intensitasnya terlalu tinggi terhadap bangunan. Gambar V.3.7.1. Orientasi bangunan Sisi yang terkena cahaya matahari Barat Lokasi pembayangan dari bangunan yang dapat menjaga area publik yang ada di sekitar tapak wisma atlet Sisi yang terkena cahaya matahari Timur U 2. Penggunaan Ventilasi Alami Bukaan-bukaan alami dapat menurunkan suhu panas dalam ruangan bangunan. Hal ini dikarenakan aliran udara yang bersirkulasi di dalam ruangan sehingga menyebabkan udara sejuk di dalam ruangan. Gambar V.3.7.2. Sirkulasi udara melalui ventilasi alami Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis 3. Pembangunan Lingkungan Lingkungan yang berada di sekitar bangunan wisma atlet harus dibangun RTH (Ruang Terbuka Hijau) atau pembangunan lingkungan yang dapat menghasilkan lingkungan yang produktif untuk menunjang kenyamanan thermal, seperti penanaman tanaman 120

atau pohon sehingga dapat menciptakan oksigen yang baik untuk lingkungan sekitar dan tempat duduk-duduk komunal di sekitar taman sehingga dapat menunjang kenyamanan pada penghuni wisma atlet yang duduk-duduk di daerah taman. 4. Penerapan Teknologi Penerapan teknologi untuk menunjang kenyamanan thermal, dapat berupa penggunaan bahan material Styrofoam yang dilapisi pada dinding sebelum proses akhir pengolahan dinding. Hal ini bertujuan untuk mengurangi radiasi matahari terhadap bangunan yang dapat meningkatkan suhu lingkungan. Selain penggunaan bahan material, juga dapat menggunakan objek tanaman untuk mengatasi radiasi matahari terhadap bangunan. Penggunaan objek tanaman membutuhkan perawatan khusus seperti penyiraman, pemupukan dan pengguntingan daun. Oleh sebab itulah dibutuhkan sebuah sistem seperti menggunakan gondola untuk mengerjakan perawatan tanaman tersebut. Foto V.3.7.1. Sistem servis menggunakan gondola Sumber : Google web Untuk mengurangi biaya perawatan yang mahal maka dipilihlah tanaman yang perawatannya cukup mudah dan membutuhkan jangka waktu lama untuk perawatan seperti tanaman rosemary. Tanaman ini juga berfungsi untuk mengusir nyamuk melalui wangi bunganya yang tertiup angin. 121

Foto V.3.7.2. Tanaman rosemary Sumber : Google web Pada perancangan bangunan wisma atlet di Senayan akan digunakan tanaman-tanaman yang di letakan di setiap balkon ruangan dan juga penggunaan sun shading untuk mengurangi radiasi matahari pada bangunan, sehingga kenyamanan thermal dalam ruangan dapat tercapai. V.3.8. Konsep Pencahayaan Penggunaan sistem pencahayaan alami dan buatan pada setiap ruangan pada wisma atlet. Perancangan mengikuti kondisi iklim yang ada di Jakarta, dimana intensitas cahaya matahari cukup terang pada siang hari. Oleh sebab itulah pemanfaatan cahaya alami perlu untuk di terapkan untuk mengurangi penggunaan cahaya buatan. Gambar V.3.8.1. Pencahayaan alami pada bangunan Pembayangan yang terjadi akibat lekukan bangunan Konsep desain dengan sun shading Sinar matahari dapat dihalau dengan sun shading sehingga cahaya matahari yang masuk dapat terkontrol dengan baik. 122

Pemanfaatan dari cahaya alami juga dapat dilakukan melalui orientasi dan bentuk massa bangunan. Pada bangunan wisma atlet yang berlokasi di Senayan menggunakan bentuk massa yang bergelombang untuk menangkap cahaya matahari untuk masuk ke ruangan bangunan. Gambar V.3.8.2. Sirkulasi cahaya matahari Area yang perlu penanganan khusus karena bagian samping bangunan langsung berhadapan dengan cahaya matahari Barat & Timur U V.3.9. Konsep Penghawaan Sistem penghawaan juga menggunakan kombinasi antara penghawaan alami dengan penghawaan buatan. Maksud dari penggunaan sistem kombinasi ini adalah untuk menghemat konsumsi energi listrik pada bangunan. Pada perancangan bangunan wisma atlet akan menggunakan sistem waktu penggunaan penghawaan buatan. Penghawaan buatan hanya akan diaktifkan pada jam-jam tertentu, seperti malam hari dari jam 21.00-04.00 WIB. Untuk jam-jam di luar waktu yang telah ditentukan menggunakan penghawaan alami. Gambar V.3.9.1. Sirkulasi udara alami Udara dominan dari arah selatan Bentuk lengkung bangunan berfungsi untuk menangkap aliran udara 123

Agar dapat tercipta ventilasi silang maka massa bangunan dirancang pipih dan bergelombang. Hal ini dimaksudkan agar bangunan dapat menangkap udara ke dalam ruangan serta untuk membelokan aliran udara yang melalui massa bangunan wisma atlet. Untuk membelokan aliran udara dapat menggunakan tanamantanaman seperti pepohonan, agar aliran angin yang datang tidak langsung mengenai bangunan, tetapi mengenai tanaman terlebih dahulu sehingga udara yang mengenai bangunan akan lebih baik dan bersih. V.3.10. Konsep Utilitas 1. Plumbing Berdasarkan kebutuhan air bagi penggunanya yaitu penghuni wisma atlet, yang berdasarkan perhitungan yaitu : Kebutuhan air bersih = volume air dingin + air hangat + air kebakaran = 180.590L+ 209.510L+ 669.660L= 1.059.760L Volume tangki bawah tanah = 40% x volume total = 40% x 1.059.760L = 423.904L = 450 m 3 = 10m x 9m x 5m Volume reservoir atas = 15% x volume total = 15% x 1.059.760L = 158.964L = 160 m 3 = 8m x 5m x 4m Perkiraan volume STP = 9m x 9m x 9m. Dimensi pipa pembuangan air hujan 5 dan volume sumur resapan min. 32m 3. Gambar V.3.10.1. Peletakkan bak penampungan air Peletakan reservoir atas Peletakan reservoir bawah 124

2. Instalasi Listrik Kebutuhan listrik bersumber dari PLN, dialirkan ke gardu dan melalui kabel-kabel tiang listrik di alirkanlah listrik ke ruang panel induk pada bangunan. Setelah itu disalurkan ke panel-panel yang ada pada setiap lantai. Dari setiap panel yang pada masing-masing lantai, listrik di salurkan ke setiap ruangan yang membutuhkan. Jika terjadi pemadaman lampu oleh PLN maka penggunaan listrik yang berasal dari genset sangat diperlukan sebagai alternatif sementara sampai listrik dari PLN hidup kembali. Karena mesin genset yang diperlukan cukup besar maka mesin genset diletakan pada ruang khusus yang ada di semi basement, agar tidak menggangu aktivitas manusia. 3. Pengolahan Air Limbah Air kotor yang berasal dari kamar mandi akan di tampung di sumur resapan. Dari sumur resapan air akan mengalami proses penyaringan dan air yang sudah bersih di tampung kembali untuk digunakan untuk kebutuhan seperti menyiram tanaman, menyiram kloset. Air kotor yang berasal dari dapur sebelum dialirkan ke sumur resapan, air yang mengandung lemak tersebut akan disaring oleh penangkap lemak, dan setelah itu baru dialirkan ke sumur resapan. Gambar V.3.10.2. Penangkap lemak Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi Air yang berasal dari air hujan akan ditampung di sebuah tangki, dan akan dimanfaatkan kembali untuk mencuci piring, menyiram tanaman. 125

4. Pengolahan Sampah Sampah dibuang ke shaft penampungan sementara yang berada di semi basement yang kemudian akan diangkut oleh truck servis ke TPA. 5. Antisipasi Kebakaran Bangunan akan menggunakan kosntruksi tahan api, yang dapat menahan api minimal 2 jam agar penghuni dapat menyelamatkan diri. Setiap komponen bangunan menggunakan sistem ini, terutama pada bagian lift dan tangga darurat. Penempatan tangga darurat tiap jarak 60 meter dengan radius jangkauan kurang dari 30 meter. Sistem deteksi seperti smoke detector, sprinkleri, diletakan pada setiap ruangan dan koridor bangunan. Pemadam api berupa hidran di letakkan dekat tangga darurat. 6. Penangkal Petir Pada bangunan wisma atlet akan dipasang 2 buah penangkal petir sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius sekitar 125 m. Sistem ini dianggap cocok karena cukup efisien tidak perlu kepala penangkap petir yang banyak, cukup satu tiang yang di salurkan ke tapak bumi. Jangkauan yang dilindungi cukup besar sangat cocok sekali karena di sekitar bangunan terdapat area publik dan pepohonan yang tinggi-tinggi. V.3.11. Konsep Sistem Struktur Pondasi yang akan digunakan adalah kombinasi antara tiang pancang dan bored pile karena dapat menahan beban yang cukup besar serta tidak menimbulkan kebisingan atau gangguan lain pada lingkungan sekitar pembangunan. Sistem struktur yang akan digunakan pada bangunan wisma atlet adalah sistem struktur rangka dan konstruksi beton bertulang, karena 126

konstruksi tersebut cukup kuat, tahan lama dan tidak dapat berkarat. Untuk bentang lebar akan di gunakan truss, karena jangkauannya yang cukup besar yaitu 8m 24m. Jenis penutup atap bangunan, akan menggunakan roof garden dan perpaduan atap skylight. penggunaan sistem ini sesuai dengan topik yang telah diterapkan pada bangunan wisma atlet di Senayan yaitu green design. Selain itu juga bertujuan untuk menciptakan kenyamanan thermal suhu pada ruang yang berhubungan langsung dengan atap bangunan. Gambar V.3.11.1. Proses pemasangan roof garden Sumber : Web google Modul yang akan digunakan dalam bangunan wisma atlet di Senayan ini adalah modul perencanaan dan modul struktur. Dengan modul ini, ukuran unit hunian dapat disesuaikan dengan modul struktur rangka sehingga kebutuhan luas ruang terpenuhi dan bahan struktur yang digunakan dapat dihemat. Material yang akan digunakan adalah : Tabel V.3.11.1. Penggunaan bahan material Lantai Dinding Pelapis Plafond Dinding Granit Hebel Cat Gypsum Pertimbangan penggunaan bahan material berdasarkan dari efisiensi dari bahan tersebut dan dampak dari bahan material tersebut terhadap bangunan serta yang paling penting adalah dapat menunjang kenyamanan thermal bagi penghuninya. 127

Area parkir, plaza, dan pedestrian, menggunakan material yang dapat meresapkan air hujan ke tanah seperti konblok atau grassblock. Dengan begitu penyerapan air akan lebih maksimal dan akan terhindar dari resiko banjir. Gambar V.3.11.2. Grassblock dan web google 128