KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

ANALISIS VEGETASI NEPENTHES SPP. DI HUTAN PENELITIAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) PT. Mua ra Sungai Landak Kabupaten Mempawah

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BEMBAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

KEANEKARAGAMAN JENIS TUPAI (TUPAIIDAE) DI DALAM KAWASAN HUTAN TEMBAWANG DESA SOMPAK KECAMATAN SOMPAK KABUPATEN LANDAK

IV. METODE PENELITIAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

IDENTIFIKASI SERANGGA YANG TERPERANGKAP PADA KANTONGSEMAR(Nepenthes spp.) Di KAWASAN KAMPUS UIN SUSKA RIAU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DALAM KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. BHATARA ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

STUDI HABITAT PELANDUK

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI PENYUSUN ZONASI HUTAN MANGROVE TANJUNG PRAPAT MUDA-TANJUNG BAKAU KABUPATEN KUBU RAYA

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

III. METODE PENELITIAN

SEBARAN POPULASI PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) DI KAWASAN HUTAN KOTA GUNUNG SARI SINGKAWANG. Tubel Agustinus Dilan, Wiwik Ekyastuti, Muflihati.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DALAM KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG ASUANSANG KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt)

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

KEANEKARAGAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI PULAU BATAM. DIVERSITY OF PITCHER PLANT (Nepenthes spp) IN BATAM ISLAND

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

PANDUAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN OLEH I GEDE SUDIRGAYASA

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

KEANEKARAGAMAN VEGETASI PADA HUTAN ADAT BUKIT TUNGGAL DI DESA BATU NANTA KECAMATAN BELIMBING KABUPATEN MELAWI

BAB IV METODE PENELITIAN

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STOMATA DAN KROMOSOM PADA TIGA SPESIES TANAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp.)

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

PENDAHULUAN Latar Belakang

INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest In Mountain Protected Semahung Saham Village Sengah Temila Landak Of District) Antonius Zakaria, Togar Fernando Manurung, dan Lolyta Sisillia Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124 E-mail : jaka.gumantar@yahoo.com ABSTRACT The main threat to the existence of pitcher plants (Nepenthes spp) in the protected forest of mount semahung areas caused by human activities such as illegal logging and land clearing. Therefore, conservation efforts should be made in order to remain sustainable existence. The research aimed to know the diversity of pitcher plants (Nepenthes spp) in the protected forest of Mount Semahung. The method of research was observational, sampling used double plots (20 m x 20 m) as much as 20 plots, each plots consisted of 16 small plots with size 5 m x 5 m. The research slowed that in the protected forest of Mount Semahung, there were 268 Nepenthes spp consisted of N. mirabilis, N. ampullaria, N. gracilis, N. hirsuta, and N. reinwardtiana. Based on Importance Value Index (IVI), N. mirabilis (IVI = 33.0495) and N. ampullaria (IVI = 31.5495%), were species that dominant with IVI values were respectively, rather than N. Gracilis (IVI = 9.9222%), N. Hirsuta (IVI = 7.0354%), and N. Reinwardtiana (IVI = 4.7736%). Dominance index value, species diversity index, and abundance index for each type of pitcher plants (Nepenthes spp) categorized as low as it had a value less than one. Keywords: Mountain Protection Forest Semahung, pitcher plants, species diversity. PENDAHULUAN Kalimantan Barat merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, salah satu jenis flora yang banyak ditemukan baik jumlah maupun jenisnya adalah kantong semar (Nepenthes spp). Kantong semar (Nepenthes spp) merupakan jenis tanaman yang unik karena memiliki kantong pada ujung daunnya. Inilah ciri khas dan daya tarik utama tumbuhan ini. Keunikan tumbuhan ini berupa bentuk, corak, ukuran dan warna kantongnya, sehingga menjadikan Nepenthes spp berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Ancaman utama pada keanekaragaman hayati lebih banyak disebabkan oleh penggunaan kekayaan alam yang semakin meningkat dengan semakin bertambahnya populasi manusia di muka bumi (Supriatna, Indrawan, Kranadibrata dan Primack. 1998). Kegiatan manusia serta ketergantungannya terhadap sumber daya hutan semakin hari semakin meningkat, sehingga sering kali menimbulkan dampak negatif terutama terhadap kelestarian sumber daya hayati itu 504

sendiri beserta ekosistemnya. Apalagi bila pemanfaatannya berlebihan seperti penebangan liar, pembukaan lahan untuk perkebunan, pertanian, industri, dan pembakaran lahan. Mengingat jenis dan potensi kantong semar (Nepenthes spp) yang terdapat dalam kawasan Gunung Semahung sampai saat ini belum banyak diketahui dan adanya kemungkinan semakin berkurangnya jenis kantong semar (Nepenthes spp) akibat kegiatan manusia, dan ketergantungan terhadap sumber daya hutan yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga seringkali menimbulkan akibat buruk terhadap kelestarian sumber daya alam itu sendiri. Selain itu, pemanfaatan hasil hutan yang berlebihan sekarang ini semakin mengkhawatirkan, karena secara tidak langsung merusak habitat kantong semar (Nepenthes spp) yang hidup di hutan tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui keanekaragaman jenis kantong semar (Nepenthes spp) dan perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis kantong semar tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung di Desa Saham Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak selama 2 minggu. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, kompas, GPS, meteran, tali, Thally sheet, parang, kamera, termohigrometer, buku identifikasi jenis N. mirabilis, N. ampullaria, N. gracilis, N. hirsuta, dan N. reinwardtiana. Metode pengamatan keanekaragaman jenis kantong semar (Nepenthes spp) menggunakan Teknik Petak Ganda dengan ukuran 20 m x 20 m sebanyak 20 buah petak, diletakan tersebar sesuai dengan keberadaan kantong semar (Nepenthes spp) tersebut. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi penelitian hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian yang meliputi data jenis kantong semar (Nepenthes spp), jumlah jenis kantong semar (Nepenthes spp), jumlah individu masing-masing jenis dan iklim di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi data tentang letak dan luas lokasi penelitian, data iklim, geologi, topografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan aksesibilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dikawasan Hutan Lindung Gunung Semahung terdapat 5 jenis kantong semar (Nepenthes spp). Jenis-jenis tersebut adalah N. mirabilis, N. ampullaria, N. gracilis, N. hirsuta, dan N. reinwardtiana. Hasil pengamatan penelitian keanekaragaman jenis kantong semar (Nepenthes spp) dikawasan Hutan Lindung Gunung Semahung dapat dilihat pada tabel 1. 505

Tabel 1. Jenis, Jumlah Individu, Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Jenis (H), dan Indeks Kelimpahan Jenis (e) Kantong Semar (Nepenthes spp) yang ditemukan pada Petak Pengamatan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung. No. Jenis Jumlah INP (%) C H E 1 N. mirabilis 121 33,0495 0,0273 0,1292 0,1197 2 N. ampullaria 109 31,5495 0,0249 0,1265 0,1172 3 N. gracilis 19 9,9222 0,0025 0,0647 0,0600 4 N. hirsuta 11 7,0354 0,0012 0,0511 0,0474 5 N. reinwardtiana 8 4,7736 0,0006 0,0387 0,0359 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didalam Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung diperoleh 5 jenis kantong semar (Nepenthes spp), dimana N. mirabilis dan N. ampullaria merupakan jenis yang kelimpahannya paling banyak ditemukan pada petak pengamatan. Sedangkan N. gracilis, N. hirsuta, dan N. reinwardtiana merupakan jenis yang kelimpahannya paling sedikit ditemukan pada petak pengamatan. Adanya perbedaan komposisi ini karena adanya perbedaan tempat tumbuh pada masing-masing kawasan yang lebih dipengaruhi oleh kondisi habitat antara lain vegetasi, suhu, kelembaban, curah hujan dan kondisi tanah yang relatif berbeda pada setiap kawasan. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1980), menyatakan bahwa banyaknya jenis dan jumlah individu pada suatu lokasi sangat tergantung pada keadaan tempat tumbuhnya. Selanjutnya dikemukakan pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi pada kondisi lingkungan yang optimal dan adanya kesesuaian habitat. Indeks nilai penting menunjukkan suatu jenis terhadap jenis yang lainnya dalam suatu komunitas. Semakin tinggi INP pada suatu jenis pada kawasan menunjukkan semakin dominan suatu jenis tersebut pada kawasan tersebut dan terhadap jenis-jenis yang lain dalam suatu kawasan. Semakin kecil nilai INP suatu jenis berarti semakin kecil dominansi jenis tersebut dalam suatu kawasan maupun terhadap jenis lain. Berdasarkan hasil analisis, indeks nilai penting pada kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung N. Mirabilis (INP=33,0495%), dan N. ampullaria (INP=31,5495%) merupakan jenis yang tertinggi. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1980), jenis yang mempunyai peran dalam suatu kawasan hutan dicirikan dengan indeks nilai penting yang tertinggi. Jenis yang memiliki nilai indeks nilai penting yang tertinggi menunjukan bahwa jenis tersebut dapat hidup dan berkembang dengan baik dalam suatu kawasan serta mampu menyesuaikan diri dengan kondisi tempat tumbuh yang beragam. Demikian sebaliknya jenis yang memiliki indeks nilai penting terkecil menunjukan bahwa jenis tersebut hanya dapat hidup dan tumbuh berkembang pada suatu habitat tertentu 506

sehingga penyebarannya relatif lebih terbatas. Menurut Odum (1993) indeks dominansi merupakan suatu nilai yang menunjukkan pola pemusatan dominansi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas hutan, dimana semakin tinggi dominansi suatu jenis pada suatu kawasan hutan menunjukkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis yang paling banyak dalam suatu komunitas hutan. Berdasarkan hasil analisis data, pada kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung khusus untuk masing-masing kantong semar (Nepenthes spp) nilai indeks dominansi jenis dapat dikategorikan rendah (nilai e kurang dari 1). Hal ini menunjukan bahwa pada kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung memiliki tingkat pola pemusatan dominansi dan penguasaan yang tinggi. Pola pemusatan dan penguasaan jenis pada suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh jumlah jenis dalam suatu kawasan, dengan adanya jumlah jenis yang sedikit maka penguasaan tempat tumbuh akan semakin besar. Indeks keanekaragaman jenis merupakan keanekaragaman jenis yang terdapat dalam suatu kawasan hutan. Semakin tinggi nilai H, maka tingkat keanekaragaman jenis semakin besar atau jenis-jenis yang dijumpai semakin banyak. Indeks keanekaragaman jenis adalah kebalikan dari indeks dominansi. Keanekaragaman jenis dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit yang dominan. Menurut Fachrul (2006), tinggi atau rendahnya tingkat keanekaragaman suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman jenis, H < 1 spesies yang sedikit atau rendah, H 1 3 spesies yang sedang, dan H > 3 spesies yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis data, keanekaragaman jenis masing-masing kantong semar (Nepenthes spp) pada petak pengamatan dikawasan Hutan Lindung Gunung Semahung termasuk pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai H kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa jenis masing-masing kantong semar (Nepenthes spp) yang ditemukan pada petak-petak pengamatan relatif sama atau tidak beranekaragam jenis. Apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dan jumlah individu maupun distribusinya tidak merata, maka komunitas tersebut memiliki indeks keanekaragaman yang rendah (Krebs, 1985). Indeks kelimpahan jenis adalah indeks yang digunakan untuk mengetahui pemerataan pembagian individu yang merata diantara jenis. Artinya semakin tinggi nilai kemerataan atau kelimpahan 507

jenis maka penyebaran suatu jenis akan semakin merata dalam komunitas tersebut. Berdasarkan hasil analisis data, penyebaran masing-masing kantong semar (Nepenthes spp) tidak merata dalam komunitas tersebut karena mempunyai nilai indeks kelimpahan jenis kurang dari 1 dan termasuk dalam kategori yang tinggi. Menurut Krebs (1985) nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Bila nilai indeks keseragaman mendekati 0 berarti keseragaman jenis suatu individu rendah, sedangkan bila mendekati 1 keseragamaannya tinggi. KESIMPULAN 1. Kantong semar (Nepenthes spp) yang terdapat pada kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu N. mirabilis, N. ampullaria, N. gracilis, N. hirsuta, dan N. reinwardtiana. 2. Jenis kantong semar (Nepenthes spp) yang paling dominan adalah jenis N. mirabilis (INP=33,0495%) dan N. ampullaria (INP=31,5495%). Sedangkan jenis terendah adalah N. reinwardtiana (INP=4,7736%). 3. Nilai indeks dominansi untuk masingmasing jenis kantong semar (Nepenthes spp) dapat dikategorikan rendah karena nilai C kurang dari 1. 4. Indeks keanekaragaman jenis untuk jenis-jenis tumbuhan yang diteliti termasuk kategori tinggi, sedangkan untuk jenis-jenis kantong semar (Nepenthes spp) tergolong rendah. 5. Nilai indeks kelimpahan jenis untuk jenis-jenis tumbuhan yang diteliti termasuk kategori tinggi, sedangkan untuk jenis-jenis kantong semar (Nepenthes spp) tergolong rendah. SARAN 1. Mengingat aktivitas masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada untuk berbagai keperluan semakin tinggi, maka perlu adanya usaha pengendalian kegiatan perladangan oleh masyarakat sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung. 2. Perlu dibuat suatu kawasan khusus untuk pengembangan kantong semar (Nepenthes spp), mengingat keberadaan kantong semar di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung mulai terancam kelestariannya. DAFTAR PUSTAKA Fachrul. M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Krebs. C. J. 1985. Ecology Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Herper and Row Publisher, Philadelphia. Odum. E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Soerinegara. I dan A. Indrawan. 1980. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan Pertanian Bogor. Bogor. Supriatna, Indrawan, Kranadibrata dan R. Primack. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 508