BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB.II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN 2016 SAMPAI DENGAN TRIWULAN II...

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Pemerintah Provinsi Bali

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUANN. Sukabumi Tahun menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun RKPD tahun

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

\bi LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA BEKASI Nomor : 46 Tahun 207 Tanggal : 03 Agustus 207 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Sesuai dengan amanat tersebut, maka setiap pemerintah daerah diharuskan menyusun rencana pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif wilayah dan kemampuan sumberdaya keuangan daerah. Perencanaan pembangunan daerah tersebut salah satunya adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang terdiri dari RKPD, Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). RKPD ini merupakan arah pembangunan yang menjadi komitmen Pemerintah Kota Bekasi, masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran dari visi Kota Bekasi 203-208 yaitu Bekasi yang Maju, Sejahtera, dan Ihsan. RKPD Perubahan Kota Bekasi Tahun 207 disusun dengan mempedomai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200, I-

\bi pada pasal 285 ayat (): RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan tahun berjalan; (2) Perkembangan keadaan dalam tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (), seperti:. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah; 2. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan, dan/atau; 3. Keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Penyusunan RKPD Perubahan tahun 207 ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, bottom-up dan top-down. Hal tersebut dilakukan dengan tetap memperhatikan dan menekankan pada integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar urusan pemerintahan maupun antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pendekatan teknokratik, dan kerangka berfikir ilmiah digunakan untuk menyusun perencanaan pendapatan, perencanaan belanja dan perencanaan pembiayaan, termasuk melalui proses konsultasi dengan para pakar. Proses partisipatif dilakukan dengan mengikutsertakan seluruh pemangku kepentingan pembangunan di Kota Bekasi antara lain melalui mekanisme musrenbang. Proses bottom-up dilakukan secara berjenjang dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota, dan provinsi serta tingkat nasional. Sedangkan proses top-down antara lain diimplementasikan dalam bentuk program kerja dan atau program pembangunan. RKPD Perubahan Kota Bekasi Tahun 207 disusun sebagai landasan kegiatan perencanaan pembangunan tahunan dan dijadikan pedoman penyusunan RKPD Tahun 208. RKPD Perubahan memuat evaluasi pelaksanaan RKPD 207 sampai dengan Triwulan II dan capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, rancangan kerangka I-2

\bi ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif. Berdasarkan acuan dan kerangka tersebut, maka rencana kerja dan pendanaan RKPD akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Bekasi serta berbagai pemangku kepentingan lainnya sebagai wujud dari pola perencanaan partisipatif. Penyusunan RKPD Perubahan Tahun 207 memperhatikan hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya, isu-isu strategis yang akan dihadapi pada tahun 207 serta pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya, pertimbangan sinergitas antar sektor dan antar wilayah, serta memperhatikan azas koordinasi dengan seluruh SKPD serta berbagai pihak dan pemangku kepentingan lainnya. Memperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan RAPBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara, juga Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD, maka untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, dilakukanlah perubahan RKPD Tahun 207 yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bekasi dan menjadi landasan penyusunan perubahan Kebijakan Umum Anggarann (KUA) dan perubahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk menyusun perubahan APBD Tahun 207..2 Dasar Pertimbangan Perubahan Terjadinya perubahan asumsi dan kondisi eksisting, mempengaruhi perubahan kebijakan pengelolaan sumberdaya dan arah kebijakan pembangunan daerah, maka RKPD Tahun 207 perlu disesuaikan dengan perubahan tersebut. Perubahan RKPD Tahun I-3

\bi 207 yang terkait dengan perubahan asumsi dari Kebijakan Umum Anggaran Perubahan Tahun Anggaran 207 antara lain dengan melihat perkembangan perubahan kondisi dan realisasi capaian kegiatan tahun berjalan, serta adanya perubahan dan perkembangan ekonomi makro ditingkat nasional, regional dan lokal yang cukup berimbas pada perkembangan kondisi anggaran di daerah. Perubahan RKPD Tahun 207 diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Hasil Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Akhir Tahun 206, terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun 206 yang perlu dimanfaatkan seluruhnya untuk mendanai kegiatan pada tahun anggaran 207; b. Perkembangan pendapatan daerah Kota Bekasi tahun 207 yang mengalami pergeseran dari targetnya, serta dipengaruhi oleh realisasi beberapa pendapatan daerah tahun 207, khususnya dari pos pendapatan asli daerah; c. Perubahan atau pergeseran belanja program kegiatan karena perubahan target kinerja yg akan dicapai tahun anggaran 207; d. Adanya alokasi bantuan dari Pusat yang diterima oleh Pemerintah Kota Bekasi yang memerlukan pendampingan, dimana penganggarannya belum dipastikan atau jumlahnya kurang pada saat penyusunan APBD Tahun 207, oleh karenanya penganggarannnya harus dicantumkan pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 207; dan h. Pencapaian kinerja program dan kegiatan dengan berdasarkan evaluasi kinerja yang merupakan kebutuhan introspeksi untuk melihat kembali apakah program dan kegiatan yang telah dilaksanakan mampu mencapai sasaran. I-4

\bi.3 Perubahan Kerangka Ekonomi Daerah.3. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional dan Daerah Perubahan kerangka ekonomi daerah tahun 207 diajukan sebagai langkah untuk menyesuaikan perubahan asumsi dasar ekonomi makro, menampung perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBD tahun 207, dan juga untuk menampung inisiatif-inisiatif baru sesuai dengan visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD Kota Bekasi Tahun 203-208. Perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah disusun berdasarkan pergeseran asumsi nasional, provinsi, regional, serta perkembangan ekonomi tahun sebelumnya. Mengacu pada perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, serta berbagai tantangan perekonomian yang dihadapi, di level nasional Pemerintah telah mengajukan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang ditetapkan dalam APBN tahun 207. Asumsi dasar ekonomi makro yang diusulkan dalam RAPBNP tahun 207 diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2 persen, inflasi sebesar 4,3 persen, tingkat bunga SPN 3 bulan menjadi 5,2 persen, dan nilai tukar rupiah 3.400 per dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi global, yaitu ekonomi AS, Eropa, dan Jepang serta proyeksi dari lembaga internasional, yakni IMF sebesar 3,5 persen. Di samping itu, lembaga internasional IMF juga mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 207 sebesar 5, persen, Bank Dunia 5,2 persen, Fitch memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,4 persen, dan Standard & Poors 5,3 persen. Tabel. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional 206 dan 207 Indikator Ekonomi Realisasi 206 APBN 207 APBNP a. Pertumbuhan ekonomi (% yoy) 5,0 5, 5,2 b. Inflasi (% yoy) 3, 4,0 4,3 c. Nilai Tukar (Rp/USD) 3.307,0 3.300,0 3.400,0 d. Tingkat Bunga SPN 3 Bulan rata-rata (5) 5,7 5,3 5,2 I-5

\bi Indikator Ekonomi Realisasi 206 APBN 207 APBNP e. Harga Minyak Mentah Indonesia (USD/barrel) 40,0 45,0 45,0 f. Lifting Minyak Bumi (ribu barrel per hari) 829,0 85,0 85,0 g. Lifting Gas Bumi (ribu barrel setara minyak/hr).84,0.50,0.50,0 Sumber: Nota Keuangan dan APBNP 206, Kementerian Keuangan Berdasarkan pada kondisi perekonomian regional dan lokal tahun 206 serta tantangan yang dihadapi ke depan maka prospek perekonomian pada tahun 207 merujuk pada capaian indikator makro dalam RPJMD Kota Bekasi Tahun 203-208 adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi tahun 207 menurut harga konstan diperkirakan akan mengalami perbaikan dan diharapkan dapat tumbuh hingga sebesar 6,50 persen; b. Tingkat inflasi pada tahun 207 diperkirakan dapat dikendalikan pada kisaran angka dua digit kurang dari 6 persen. Perkembangan harga atau tingkat inflasi di Kota Bekasi yang berfluktuasi dan cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas global serta perubahan iklim yang ekstrim juga akan berdampak pada menurunkan produksi pangan yang saat ini merupakan penyumbang inflasi terbesar di Kota Bekasi; c. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun 206 tercatat sebesar Rp 29,8 juta dan pada tahun 207 diperkirakan akan meningkat sebesar Rp 32,86 juta; dan d. Persentase penduduk miskin pada tahun 207 diperkirakan sebesar 5,52 persen. Perkembangan dan perubahan keadaan ekonomi di tingkat nasional akan mempengaruhi perkembangan di daerah, sehingga daerah perlu melakukan penyesuaian terutama pada belanja pemerintah yang menstimulasi stabilitas kemampuan daya beli masyarakat dan meningkatkan kemampuan produksi masyarakat agar I-6

\bi terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dampak perubahan inflasi yang begitu besar tentunya juga akan berpengaruh pada daerah juga sangat besar. Perkembangan dan perubahan keadaan nilai inflasi pada tingkat nasional mempengaruhi perkembangan inflasi pada tingkat daerah. Peningkatan inflasi akan mendorong peningkatan suku bunga pinjaman bank sehingga mendorong penurunan investasi, dan pada gilirannya akan mengakibatkan permasalahan peluang penyerapan lapangan kerja, dengan demikian akan mempengaruhi pengurangan belanja modal. Tabel.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Kota Bekasi Tahun 207 Uraian APBD 207 APBDP 207 a. Pertumbuhan Ekonomi (% yoy) 6,50 6,50 b. Inflasi (% yoy) < 6 4,0 c. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliyun) 73,87 78,42 d. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Perkapita (juta) 28,97 32,86 e. Persentase Penduduk Miskin (%) 5,32 5,32 f. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 8,3 8,3 g. Rasio Pajak terhadap PDB 3,3 3,3 Dengan perubahan jumlah penduduk yang tetap, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan serta inflasi yang mengalami stabil, kita harapkan jumlah produksi domestik masih tetap. Sehingga untuk Produk Domestik Regional Bruto baik berdasarkan atas harga berlaku maupun konstan dalam perubahan kerangka ekonomi daerah ini tidak mengalami perubahan atau tetap. Jika PDRB tidak berubah dan juga pertumbuhan penduduk tidak berubah maka pendapatan perkapita juga tidak berubah atau tetap. Kebijakan perubahan asumsi kerangka ekonomi daerah yang paling esensial yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah dalam Perubahan RKPD Tahun 207 adalah pengalihan belanja kurang produktif ke belanja yang lebih produktif dalam rangka mempercepat pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan. Sementara itu, I-7

\bi perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dan langkah-langkah pengamanan perubahan RKPD Tahun 207 juga dilakukan baik pada pendapatan daerah, maupun pembiayaan..3.2 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 206, terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 587.746.870.029,98. Hasil penghitungan SiLPA tahun 206 ini selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dasar penghitungan perubahan pendapatan pada APBDP tahun anggaran 207 sebesar Rp 528.920.863.674,00..3.3 Kerangka Pendanaan a. Perubahan Pendapatan Pendapatan Daerah Kota Bekasi Tahun 206 secara keseluruhan tidak mencapai target, yaitu sebesar Rp 4,226,54,855,206.66 atau sekitar 98,5 persen (lihat pada tabel.3). Meskipun demikian, untuk Dana Perimbangan dapat melampaui target sebesar 3,46 persen. Penurunan pendapatan disumbang oleh penerimaan dari Pedapatan Asli Daerah (PAD) yang terdapat kekurangan target sebesar 4,63 persen dan untuk sektor Lain- Lain Pendapatan Daerah Yang Sah kekurangan target sebesar 4,04 persen. Tabel.3 dan Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 206 No Uraian Realisasi I PENDAPATAN ASLI DAERAH Prosentase Capaian,686,660,486,524.00,608,589,849,289.66 95.37% Pajak Daerah,240,204,065,300.00,40,945,42,34.00 92.00% 2 Retribusi Daerah 94,743,40,600.00 82,594,563,374.00 87.8% 3 Hasil Pengelolaan 4,347,038,600.00 2,54,959,82.00 84.72% I-8

\bi No Uraian Realisasi 4 Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Prosentase Capaian 337,366,242,024.00 372,908,872,84.66 0.52% II DANA PERIMBANGAN,592,275,828,878.00,647,365,27,72.00 03.46% III Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 67,728,648,336.00 47,700,42,065.00 88.06% 2 Dana Alokasi Umum,099,677,780,342.00,233,705,774,000.00 2.9% 3 Dana Alokasi Khusus 324,869,400,200.00 265,959,30,07.00 8.87% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah,0,389,84,255.00 970,559,788,745.00 95.96% Pendapatan Hibah 6,000,000,000.00 2,073,000,000.00 34.55% 2 Dana Darurat - - - 3 4 5 Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Pemerintah Propinsi Atau Pemerintah Daerah Lainnya TOTAL PENDAPATAN DAERAH 727,544,244,255.00 75,262,630,045.00 98.3% - - - 277,845,570,000.00 253,224,58,700.00 9.4% 4,290,326,29,657.00 4,226,54,855,206.66 98.5% Sumber dari Bidang Perencanaan Pendapatan Dispenda Kota Bekasi Hasil audit oleh BPK Sektor Dana Perimbangan adalah penyumbang terbesar dari struktur APBD Pemerintah Kota Bekasi yakni sebesar 38,98 persen, yang kedua adalah sektor PAD dari sebesar 38,98 persen dan yang terakhir adalah sektor Lain-lain PAD yang Sah sebesar 22,96 persen. Hal ini menggambarkan bahwasanya kemandirian daerah Kota Bekasi dalam membangun daerah mengandalkan dari sumber penerimaan Dana Perimbangan. I-9

\bi Gambar. Kontribusi Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 206. Pendapatan Asli Daerah Pada realisasi target 206 Pendapatan Asli Daerah belum memenuhi target, yakni sebesar 95,37 persen, terdiri dari sektor pajak daerah belum memenuhi target sebesar 92,00 persen, retribusi daerah belum memenuhi sebesar 87,8 persen dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan sebesar 84,72 persen serta dari sektor Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah melampaui target sebesar 0,52 persen. Berdasarkan gambar berikutnya dapat dilihat bahwa komponen penyumbang terbesar sektor PAD adalah Pajak Daerah sebesar 70,93 persen, yang kedua adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar 23,8 persen, dan berikutnya adalah Retribusi Daerah sebesar 5,3 persen dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan sebesar 0,76 persen. I-0

\bi Gambar.2 Kontribusi Realisasi Pendapatan Asli Daerah 206 2. Dana Perimbangan Pada realisasi target 206 Dana Perimbangan melampaui target, yaitu mencapai 03,46 persen. Dari tiga elemen capaian penerimaan dari target yang ditetapkan terhadap penerimaan Dana Perimbangan, pertama dari sektor Dana Alokasi Khusus melampaui target sebesar 2,9 persen dan sektor Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak belum mencapai target sebesar 88,06 persen dan dari sektor Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 8,87 persen. Pada gambar berikutnya terlihat kontribusi terbesar dari komponen Dana Perimbangan adalah sektor Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 74,89 persen, yang kedua dari sektor Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 6,4 persen, dan yang terakhir adalah sektor Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar 8,97 persen. I-

\bi Gambar.3 Kontribusi Dana Perimbangan Tahun 206 3. Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Realisasi target 206 untuk Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah tidak mencapai target dan hanya mencapai 95,96 persen, yaitu meliputi Pendapatan Hibah mencapai sebesar 34,55 persen, bagi hasil pajak dari Provinsi dan pemerintah daerah lainnya mencapai 98,3 persen, dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah lainnya mencapai sebesar 9,4 persen. I-2

\bi Gambar.4 Kontribusi Lain-lain PAD Yang Sah Tahun 206 Berdasarkan gambar di atas kontribusi penyumbang terbesar dari komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah dari sektor Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan pemerintah daerah lainnya, yaitu sebesar 73,70 persen, yang kedua dari sektor Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar 26,09 persen, yang ketiga dari sektor Pendapatan Hibah sebesar 0,2 persen dan tidak ada penerimaan dari sektor Dana Darurat tahun ini. Pendapatan Asli Daerah utamanya adalah berasal dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah yang merupakan pendapatan paling memungkinkan untuk dioptimalkan, sedangkan pendapatan dari dana perimbangan kenaikannya sangat tergantung kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan pendapatan Tahun Anggaran 206 adalah optimalisasi dan intensifikasi/ekstensifikasi sumber sumber pendapatan daerah dan diupayakan tanpa membebani masyarakat. Kebiijakan ini diarahkan untuk mencapai sasaran meningkatnya kemandirian keuangan daerah sebagai daya saing daerah guna peningkatan pembangunan di Kota Bekasi. Pengelolaan Pendapatan Daerah yang perlu diperhatikan dalam penganggaran pendapatan daerah adalah :. Perencanaan target Pendapatan Asli Daerah supaya memperhatikan kondisi perekonomian yang terjadi pada tahun sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi Tahun 206 dan realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya; I-3

\bi 2. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Dalam upaya pengelolaan dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, agar tidak menetapkan kebijakan yang memberatkan dunia usaha dan masyarakat. 4. Dalam menganggarkan rencana pendapatan daerah dari hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, hendaknya rasional dibandingkan dengan nilai kekayaan yang dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal. Maka strategi yang ditempuh untuk mencapai target pendapatan daerah yang optimal antara lain adalah sebagai berikut:. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber sumber pendapatan daerah adalah upaya untuk merealisasikan target Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 206 melalui upaya yang lebih serius untuk memungut pajak dan retribusi yang ada dengan meningkatkan pemberian pelayanan yang maksimal debirokrasi aturan sehingga masyarakat diberikan kemudahan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga diharapkan adanya dampak positif yaitu pengurangann jumlah tunggakan pajak dan retribusi, penambahan jumlah wajib pajak dan wajib retribusi, peningkatan jumlah penerimaan pajak dan retribusi; 2. Penyempurnaan regulasi tentang pengelolaan pendapatan daerah; 3. Meningkatkan peran sosialisasi untuk ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah supaya informasi tentang I-4

\bi pajak daerah dan retribusi daerah terinformasikan kepada masyarakat (WP/WR) dan tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat; 4. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD; 5. Meningkatkan penerimaan pendapatan melalui penyertaan modal atau investasi; 6. Meningkatkan peran koordinasi baik antar SKPD penghasil maupun ke Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Pusat; 7. Optimalisasi pemanfaatan asset daerah dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi; 8. Pembangunan sistem pajak online. Pada perubahan APBD tahun 207, diproyeksikan terdapat peningkatan pendapatan, yang semula ditargetkan sebesar Rp 4.532.976.286.43,00 menjadi Rp 4.950.872.9.333,00 atau naik sebesar 9,22 persen. Peningkatan target terdapat di Pendapatan Asli Daerah sebesar 9,59 persen dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 9,30 persen. Sedangkan untuk Dana Perimbangan mengalami penurunan sebesar -6,40 persen. I-5

\bi Kode Rekening Tabel.5 Proyeksi Perubahan Pendapatan Kota Bekasi 207 PAGU ANGGARAN U R A I A N MURNI SESUDAH PERUBAHAN 2 3 4 5=4-3 PENDAPATAN 4.532.976.286.43,00 4.950.872.9.333,00 47.896.624.902,00. PENDAPATAN ASLI DAERAH.827.07.722.405,00 2.85.082.604.342,00 357.974.88.937,00.. Pendapatan Pajak Daerah.379.239.76.600,00.476.990.056.00,00 97.750.879.500,00.. 2 Hasil Retribusi Daerah 00.579.334.700,00 40.025.729.200,00 39.446.394.500,00.. 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6.499.094.400,00 6.499.094.400,00 0.. 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 330.790.6.705,00 55.567.724.642,00 220.777.607.937,00. 2 DANA PERIMBANGAN.798.904.798.784,00.683.803.865.749,00-5.00.933.035,00. 2. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 73.856.036.02,00 74.02.652.762,00 56.66.750,00. 2. 2 Dana Alokasi Umum.323.057.769.772,00.22.033.53.000,00 -.024.238.772,00. 2. 3 Dana Alokasi Khusus 30.990.993.000,00 297.757.68.987,00-4.233.3.03,00. 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 906.963.765.242,00.08.986.44.242,00 75.022.676.000,00. 3. Pendapatan Hibah 0 0 0. 3. 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 694.099.775.242,00 694.099.775.242,00 0. 3. 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 52.94.282.000,00 52.94.282.000,00 0. 3. 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 59.922.708.000,00 334.945.384.000,00 75.022.676.000,00 I-6

\bi b. Proyeksi Perubahan Belanja Arah kebijakan belanja daerah Kota Bekasi tahun 206 sebagaimana telah digariskan dalam RPJMD Kota Bekasi 2008-203, mengacu kepada visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih yang pengelolaannya akan didasarkan pada prioritas penyediaan infrastruktur dan utilitas dasar yang menjadi pendorong bagi masuknya modal pihak swasta seperti jaringan jalan, jaringan listrik, dan ketersediaan air bersih dengan didukung oleh peningkatan pelayanan transportasi serta perumahan dan permukiman dengan dibarengi pengendalian terhadap pemanfaatan ruang. Kebijakan anggaran belanja tahun 206 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, upaya tersebut antara lain: Belanja Tidak Langsung, yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja aparatur yaitu dengan memprioritaskan untuk: ) membiayai belanja pegawai; 2) membiayai kebutuhan setiap unit kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan; 3) meningkatkan SDM dan kesejahteraan pegawai dengan tujuan meningkatkan motivasi dan prestasi kerja. Belanja Langsung, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, yaitu dengan memprioritaskan untuk: ) meningkatkan kualitas SDM dan perluasan lapangan kerja; 2) meningkatkan penegakan hukum; 3) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan; 4) meningkatkan pelayanan umum berdasarkan azas profesionalitas; 5) meningkatkan kehidupan beragama, budaya daerah, olah raga dan peran perempuan dalam pembangunan; 6) menanggulangi penyandang masalah sosial; 7) meningkatkan UKM; I-7

\bi 8) memberdayakan potensi agribisnis dan industri rumah tangga; 9) mengembangkan lembaga keuangan syariah dan BUMD; 0) meningkatkan penanaman modal (investasi); ) meningkatkan kelancaran lalu lintas; 2) meningkatkan daya dukung lingkungan, air (badan air/ sungai) dan udara; 3) meningkatkan penataan permukiman dan lingkungan kumuh; 4) meningkatkan pelayanan utilitas kota, pengelolaan persampahan dan jaringan air bersih; 5) menurunnya jumlah lokasi genangan air; dan 6) meningkatkan kinerja penataan ruang. Penerimaan pendapatan daerah untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial, kejadian luar biasa (KLB) dan pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Belanja Daerah pada APBD Kota Bekasi Tahun Anggaran 206 setelah perubahan dianggarkan sebesar Rp 5.035.435.75.577,40 dan sampai dengan akhir bulan Desember 206 terealisasi sebesar Rp 4.404.495.32.94,82 atau sekitar 87,47 persen, sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp 630.940.583.382,58. Untuk rincian anggaran belanja dapat diuraikan sebagai berikut: Belanja Tidak Langsung Belanja Tidak Langsung pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp.765.98.053.737.40 dan terealisasi sebesar Rp.64.077.50.75.00 atau 9.40 persen, sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp 5.840.552.562,40. Belanja Langsung Belanja Langsung pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 3.269.57.66.840,00 dan sampai dengan akhir bulan Desember 206 terealisasi sebesar Rp 2.790.47.63.09,82 atau 85.34 persen, sehingga terdapat sisa anggaran sebesar Rp 479.00.030.820,8. I-8

\bi Tabel.6. dan Realisasi Belanja APBD Setelah Perubahan TA 206 KODE TAHUN 206 URAIAN REKENING REKENING PAGU ANGGARAN REALISASI LEBIH/ (KURANG) 5 BELANJA 5,035,435,75,577.40 4,404,495,32,94.82 (630,940,583,382.58) 5. BELANJA TIDAK LANGSUNG,765,98,053,737.40,64,077,50,75.00 (5,840,552,562.40) 5.. Belanja Pegawai,633,764,922,436.40,504,47,822,877.00 (29,293,099,559.40) 5.. 2 Belanja Bunga 300,000,000.00 63,246,793.00 (236,753,207.00) 5.. 4 Belanja Hibah 82,63,660,000.00 74,297,227,000.00 (8,334,433,000.00) 5.. 5 Belanja Bantuan Sosial 39,80,797,000.00 29,254,800,000.00 (0,546,997,000.00) Belanja Bantuan Keuangan 5.. 7 kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan,058,82,800.00 964,438,70.00 (93,744,630.00) Desa 5.. 8 Belanja Tidak Terduga 8,36,49,50.00 5,025,966,335.00 (3,335,525,66.00) 5. 2 BELANJA LANGSUNG 3,269,57,66,840.00 2,790,47,63,09.82 (479,00,030,820.8) 5. 2. Belanja Pegawai 53,747,62,530.00 478,765,877,324.00 (34,98,735,206.00) 5. 2. 2 Belanja Barang dan Jasa,0,300,868,28.00 883,52,56,289.82 (27,779,306,99.8) 5. 2. 3 Belanja Modal,744,469,8,029.00,428,30,92,406.00 (36,338,988,623.00) SURPLUS / DEFISIT (745,09,585,920.40) (79,80,75,786.42) 565,928,870,33.98 Sumber : BPKAD Kota Bekasi 206 Proyeksi total belanja daerah pada RKPD Perubahan 207, diperkirakan sejumlah Rp 5.685.799.477.89,00 naik sebesar Rp 375.644.92.259,00 atau 7,07 persen dari Belanja Daerah pada APBD Induk TA 207 sejumlah Rp 5.30.54.555.930,00. Belanja Tidak Langsung mengalami penurunan,60 persen menjadi sebesar Rp.952.697.54.542,00 sedangkan untuk Belanja Langsung naik sebesar 2,25 persen menjadi sebesar Rp 3.733.02.322.647,00. I-9

\bi Tabel.7. Proyeksi Perubahan Belanja Kota Bekasi 207 PAGU ANGGARAN Kode U R A I A N Rekening SESUDAH MURNI PERUBAHAN 2 3 4 5=4-3 2 BELANJA 5.30.54.555.930,00 5.685.799.477.89,00 375.644.92.259,00 2. BELANJA TIDAK LANGSUNG.984.36.656.30,00.952.697.54.542,00-3.664.50.768,00 2.. Belanja Pegawai.785.444.355.50,00.789.805.058.68,00 4.360.702.658,00 2.. 2 Belanja Bunga 300.000.000,00 300.000.000,00 0 2.. 3 Belanja Subsidi 0.700.000.000,00.700.000.000,00 2.. 4 Belanja Hibah 80.359.8.000,00 73.709.638.000,00-6.649.480.000,00 2.. 5 Belanja Bantuan Sosial 74.200.000.000,00 83.030.62.474,00 8.830.62.474,00 2.. 7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 4.058.82.800,00.5.836.900,00-39.906.345.900,00 2.. 8 Belanja Tidak Terduga 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 0 2. 2 BELANJA LANGSUNG 3.325.792.899.620,00 3.733.02.322.647,00 407.309.423.027,00 2. 2. Belanja Langsung Penunjang Urusan 426.820.803.000,00 493.37.827.500,00 66.55.024.500,00 2. 2.2 Belanja Langsung Urusan 2.898.972.096.620,00 3.239.730.495.47,00 340.758.398.527,00 SURPLUS / (DEFISIT) -777.78.269.499,00-734.926.565.856,00 42.25.703.643,00 I-20

\bi c. Proyeksi Perubahan Pembiayaan Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam anggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Kebijakan anggaran pembiayaan terdiri atas dua sisi yaitu penerimaan pembiayaan daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Perubahan penerimaan pembiayaan daerah berasal dari SILPA tahun anggaran sebelumnya yang terdiri atas: - pelampauan penerimaan PAD; - pelampauan penerimaan Dana Perimbangan; - pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan yang Sah; dan - sisa penghematan belanja atau akibat lainnya. Sedangkan pengeluaran pembiayaan daerah dialokasikan untuk: - penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah; - badan usaha milik daerah (BUMD); - dana bergulir; dan - pembayaran pokok hutang jatuh tempo kepada pihak ketiga. Penerimaan Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan Daerah pada APBD perubahan Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 786.239.955.720,40 dan sampai dengan akhir bulan Desember 206 terealisasi sebesar Rp 786.239.955.720,40 atau 0.00%. Sumber penerimaan pembiayaan daerah terdiri dari: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 786.239.955.720,40 dan sampai akhir bulan Desember 206 terealisasi sebesar Rp 786.239.955.720,40 atau 00,00%. Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 4.30.369.800,00 sampai akhir bulan Desember terealisasi Rp 9.32.369.904,00 atau 46.95% sehingga terdapat sisa pembiayaan sebesar Rp I-2

\bi 2.87.999.896,00. Pengeluaran Pembiayaan Daerah tersebut dialokasikan untuk: ) Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah Penyerahan Modal (investasi) Pemerintah Daerah pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 40.800.000.000,00 sampai akhir bulan Desember terealisasi Rp 9.000.000.000,00 atau 87.02%. sehingga terdapat sisa pembiayaan sebesar Rp 2.800.000.000,00. Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah tersebut dialokasikan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 2) Pembayaran Pokok Utang Pembayaran Pokok Utang pada APBD Tahun Anggaran 206 dianggarkan sebesar Rp 330.369.800,00 dan sampai dengan akhir bulan Desember terealisasi Rp 32.369.904,00 atau 94.55% sehingga terdapat sisa pembiayaan sebesar Rp 7.999.896,00. Pembayaran Pokok Utang tersebut dialokasikan untuk Pembayaran pokok utang yang jatuh tempo kepada pihak ketiga. Tabel.8 Realisasi Pembiayaan APBD Setelah Perubahan Tahun Anggaran 206 NO URAIAN BELANJA PAGU ANGGARAN REALISASI LEBIH/(KURANG) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 786,239,955,720.40 786,239,955,720.40 0.00 A. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 786,239,955,720.40 786,239,955,720.40 0.00. Pelampauan Penerimaan PAD - - - Pelampauan Penerimaan Dana 2. Perimbangan Pelampauan Penerimaan Lainlain Pendapatan Daerah yang 3. Sah Sisa Penghematan Belanja atau 4. Akibat Lainnya PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Penyertaan Modal (investasi) A. Pemerintah daerah Badan Usaha Milik Daerah ) (BUMD) - - - - - - 0.00 679,957,406,977.00 679,957,406,977.00 4,30,369,800.00 9,32,369,904.00 (2,87,999,896.00) 40,800,000,000.00 9,000,000,000.00 (2,800,000,000.00) 40,800,000,000.00 9,000,000,000.00 (2,800,000,000.00) 2) Dana Bergulir - - - 3) Pembayaran Pokok Utang 330,369,800.00 32,369,904.00 (7,999,896.00) 4) Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo kepada Pihak Ketiga 330,369,800.00 32,369,904.00 (7,999,896.00) PEMBIAYAAN NETTO 745,09,585,920.40 766,927,585,86.40 2,87,999,896.00 SISA LEBIH /KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN Sumber : BPKAD Kota Bekasi 206 0.00 587,746,870,029.98 587,746,870,029.98 I-22

\bi Proyeksi total pembiayaan pada perubahan RKPD Tahun 207, diperkirakan sejumlah Rp 490.66.500.229,98 berkurang sebesar Rp 287.0.769.269,02 atau terjadi penurunan sebesar 36,93 persen dari pembiayaan pada APBD Murni Tahun Anggaran 207 sejumlah Rp 777.78.269.499,00. Lebih jelasnya dapat dilihat rincian perubahan tersebut pada Tabel.9. I-23

\bi Tabel.9. Proyeksi Perubahan Pembiayaan Kota Bekasi 207 PAGU ANGGARAN Kode U R A I A N Rekening SESUDAH MURNI PERUBAHAN 2 3 4 5=4-3 3 PEMBIAYAAN DAERAH 777.78.269.499,00 490.66.500.229,98-287.0.769.269,02 3. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 859.758.639.299,00 587.746.870.029,98-272.0.769.269,02 3.. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 859.758.639.299,00 587.746.870.029,98-272.0.769.269,02 3.. 6. Penerimaan Piutang Daerah dari Pendapatan Daerah 0 0 0 3.. 6.2 Penerimaan Piutang Daerah dari Pemerintah Provinsi 0 0 0 3. 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 82.580.369.800,00 97.580.369.800,00 5.000.000.000,00 3. 2. 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 72.250.000.000,00 87.250.000.000,00 5.000.000.000,00 3. 2. 3. Pembayaran Pokok Utang 330.369.800,00 330.369.800,00 0 3. 2. 3. Dana Bergulir 0.000.000.000,00 0.000.000.000,00 0 3. 2. 3.3 Pembayaran Hutang Kepada Rekanan 0 0 0 PEMBIAYAAN NETTO 777.78.269.499,00 490.66.500.229,98-287.0.769.269,02 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN 0-244.760.065.626,02-244.760.065.626,02 I-24

\bi Tabel.0. Proyeksi Perubahan Pembiayaan Kota Bekasi 207 PAGU ANGGARAN Kode U R A I A N Rekening SESUDAH MURNI PERUBAHAN 2 3 4 5=4-3 PENDAPATAN 4.532.976.286.43,00 4.950.872.9.333,00 47.896.624.902,00. PENDAPATAN ASLI DAERAH.827.07.722.405,00 2.85.082.604.342,00 357.974.88.937,00.. Pendapatan Pajak Daerah.379.239.76.600,00.476.990.056.00,00 97.750.879.500,00.. 2 Hasil Retribusi Daerah 00.579.334.700,00 40.025.729.200,00 39.446.394.500,00.. 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6.499.094.400,00 6.499.094.400,00 0.. 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 330.790.6.705,00 55.567.724.642,00 220.777.607.937,00. 2 DANA PERIMBANGAN.798.904.798.784,00.683.803.865.749,00-5.00.933.035,00. 2. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 73.856.036.02,00 74.02.652.762,00 56.66.750,00. 2. 2 Dana Alokasi Umum.323.057.769.772,00.22.033.53.000,00 -.024.238.772,00. 2. 3 Dana Alokasi Khusus 30.990.993.000,00 297.757.68.987,00-4.233.3.03,00. 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 906.963.765.242,00.08.986.44.242,00 75.022.676.000,00. 3. Pendapatan Hibah 0 0 0. 3. 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 694.099.775.242,00 694.099.775.242,00 0. 3. 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 52.94.282.000,00 52.94.282.000,00 0. 3. 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 59.922.708.000,00 334.945.384.000,00 75.022.676.000,00 2 BELANJA 5.30.54.555.930,00 5.685.799.477.89,00 375.644.92.259,00 2. BELANJA TIDAK LANGSUNG.984.36.656.30,00.952.697.54.542,00-3.664.50.768,00 2.. Belanja Pegawai.785.444.355.50,00.789.805.058.68,00 4.360.702.658,00 2.. 2 Belanja Bunga 300.000.000,00 300.000.000,00 0 2.. 3 Belanja Subsidi 0.700.000.000,00.700.000.000,00 2.. 4 Belanja Hibah 80.359.8.000,00 73.709.638.000,00-6.649.480.000,00 I-25

\bi PAGU ANGGARAN Kode U R A I A N Rekening SESUDAH MURNI PERUBAHAN 2 3 4 5=4-3 2.. 5 Belanja Bantuan Sosial 74.200.000.000,00 83.030.62.474,00 8.830.62.474,00 2.. 7 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 4.058.82.800,00.5.836.900,00-39.906.345.900,00 2.. 8 Belanja Tidak Terduga 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00 0 2. 2 BELANJA LANGSUNG 3.325.792.899.620,00 3.733.02.322.647,00 407.309.423.027,00 2. 2. Belanja Langsung Penunjang Urusan 426.820.803.000,00 493.37.827.500,00 66.55.024.500,00 2. 2.2 Belanja Langsung Urusan 2.898.972.096.620,00 3.239.730.495.47,00 340.758.398.527,00 SURPLUS / (DEFISIT) -777.78.269.499,00-734.926.565.856,00 42.25.703.643,00 3 PEMBIAYAAN DAERAH 777.78.269.499,00 490.66.500.229,98-287.0.769.269,02 3. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 859.758.639.299,00 587.746.870.029,98-272.0.769.269,02 3.. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 859.758.639.299,00 587.746.870.029,98-272.0.769.269,02 3.. 6. Penerimaan Piutang Daerah dari Pendapatan Daerah 0 0 0 3.. 6.2 Penerimaan Piutang Daerah dari Pemerintah Provinsi 0 0 0 3. 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 82.580.369.800,00 97.580.369.800,00 5.000.000.000,00 3. 2. 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 72.250.000.000,00 87.250.000.000,00 5.000.000.000,00 3. 2. 3. Pembayaran Pokok Utang 330.369.800,00 330.369.800,00 0 3. 2. 3. Dana Bergulir 0.000.000.000,00 0.000.000.000,00 0 3. 2. 3.3 Pembayaran Hutang Kepada Rekanan 0 0 0 PEMBIAYAAN NETTO 777.78.269.499,00 490.66.500.229,98-287.0.769.269,02 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN 0-244.760.065.626,02-244.760.065.626,02 I-26

\bi.4 Landasan Hukum Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 206 memperhatikan ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut:. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 996 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 ahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025; 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 204 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) I-27

\bi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 205 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun 204 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 205 Nomor 24); 0. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 200 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 200-204; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 200 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang I-28

\bi Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 206 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 207; 2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 200 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029; 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 200 tentang Perubahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025; 23. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Bekasi; 24. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 3 Tahun 20 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bekasi Tahun 20-203; 25. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 2 Tahun 203 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 05 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Bekasi; dan 26. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 0 Tahun 203 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bekasi..5 Tujuan, Sasaran, dan Fungsi.5. Tujuan Tujuan perubahan RKPD 206 Pemerintah Kota Bekasi adalah sebagai berikut: a. Menyusun dokumen rancangan perencanaan antar SKPD dan stakeholder pada setiap sektor pembangunan di Kota Bekasi secara sinergis; b. Optimalisasi sumberdaya pembangunan Pemerintah Kota Bekasi dalam mencapai target pembangunan sesuai hasil review RPJMD Kota Bekasi Tahun 203-208; dan c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam tahapan dan proses perencanaan pembangunan di Kota Bekasi. I-29

\bi.5.2 Sasaran Sasaran perubahan RKPD Tahun 207 adalah tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi Tahun 207 yang telah disesuaikan, yang memuat arah kebijakan dan strategi pembangunan, indikasi program dan kerangka anggaran pembangunan daerah dan rencana kerja indikatif, sebagai dasar pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah dan partisipasi masyarakat..5.3 Fungsi RKPD Perubahan Kota Bekasi Tahun 207 berfungsi sebagai: a. Pedoman Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD); dan b. Pedoman Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), dalam rangka penyusunan Rancangan APBD Perubahan Kota Bekasi Tahun Anggaran 207..6. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Perubahan RKPD tahun 207 disusun dengan memperhatikan beberapa dokumen lainnya yang terkait, antara lain RPJMD Kota Bekasi Tahun 203-208 sebagai dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan yang disusun mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 205 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 205-209. Perubahan RKPD Tahun 207 juga mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 206 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 207, bahwa penyusunan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 berpedoman ke Hasil Review RPJMD Kota Bekasi (Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor Tahun 206 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor Tahun 203 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi Tahun 203-208). Hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan program dan kegiatan pembangunan daerah di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahapan penyusunan I-30

\bi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang juga terdiri dari Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA- PD). Selain hal-hal tersebut di atas, dokumen perencanaan pembangunan pemerintah daerah yang terdiri dari RPJPD, RPJMD, dan RKPD merupakan hirarki yang saling berhubungan. RPJPD adalah dokumen perencanaan yang menjelaskan tentang visi, misi, arah dan sasaran pembangunan daerah selama 20 (dua puluh) tahun yang kemudian dijabarkan dalam arah pembangunan tiap lima tahun dalam bentuk RPJMD. Selanjutnya RPJMD dijabarkan ke dalam tahapan pelaksanaan tujuan dan sasaran untuk satu tahun dalam bentuk RKPD sehingga konsistensi antar dokumen perencanaan dapat terjaga dan berjalan dalam satu arahan yang saling terkait. Dalam memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perencanaan pembangunan, terdapat hubungan antara RKPD dengan dokumen perencanaan pembangunan lainnya yaitu: a. Hubungan RKPD dengan RPJMD Dokumen RPJMD dijabarkan ke dalam RKPD sebagai dokumen operasional tahunan yang memuat rancangan kerangka ekonomi makro daerah beserta kerangka pendanaan, prioritas, sasaran pembangunan, dan rencana program kegiatan prioritas pembangunan daerah. Tahun 207 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Tahun 203-208, dengan tema yaitu Pro Aktif Membangun Fasilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Daerah Menuju Kota Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan. b. Hubungan RKPD dengan Rencana Kerja SKPD Dokumen RKPD Kota Bekasi sebagai pedoman penyusunan dan penetapan Rencana Kerja SKPD. Selanjutnya Rencana Kerja SKPD digunakan sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. I-3

\bi Gambar.5 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan Pembangunan Proses perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: penyusunan rancangan Perubahan RKPD 207, perumusan Rancangan Akhir Perubahan RKPD 207; dan penetapan Perubahan RKPD. a. Penyusunan Rancangan Perubahan RKPD dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut: Rancangan Perubahan RKPD disusun berdasarkan gambaran tentang perubahan kerangka ekonomi daerah dan hasil evaluasi laporan realisasi Renja SKPD Triwulan I dan Triwulan II Tahun 207 yang disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Kepala Bappeda; Gambaran tentang perubahan kerangka ekonomi daerah disajikan ke dalam format sebagaimana dicontohkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 206 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 207; Evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir pertama meliputi realisasi pencapaian target kegiatan, penyerapan dana, dan kendala yang dihadapi menunjukkan perlu dilakukannya perubahan dengan pertimbangan: ) perkembangan keadaan yang tidak sesuai dengan asumsi awal kerangka ekonomi daerah yang berdampak terhadap pagu yang mengakibatkan terjadinya penambahan atau I-32

\bi pengurangan target kinerja dan pagu kegiatan, penambahan atau penghapusan kegiatan; 2) faktor lain yang mengakibatkan perlunya dilakukan pergeseran kegiatan antar SKPD, perubahan lokasi dan/ atau kelompok sasaran, dan penghapusan kegiatan; 3) adanya kegiatan lanjutan Tahun 206 dan/atau kegiatan baru/alternatif yang harus ditampung dalam perubahan RKPD Tahun 207; dan/atau 4) adanya keadaan luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50 persen (lima puluh persen). Format Evaluasi Hasil RKPD Kota Bekasi Tahun 207 sampai dengan Triwulan II mengikuti format terlampir pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 206 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 207; Bappeda merumuskan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada butir ketiga ke dalam rancangan Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207; Kepala Bappeda menyiapkan rancangan Surat Edaran Walikota perihal Pedoman Penyusunan Rancangan Perubahan Renja SKPD Kota Bekasi Tahun 207; Rancangan perubahan RKPD dan rancangan Surat Edaran Walikota sebagaimana dimaksud pada butir kelima dan butir keenam disampaikan kepada Walikota Bekasi untuk memperoleh persetujuan; Surat Edaran sebagaimana dimaksud pada butir keenam yang dilampiri dengan rancangan Perubahan RKPD disampaikan kepada seluruh SKPD untuk dijadikan sebagai pedoman penyusunan rancangan perubahan Renja SKPD; Rancangan Perubahan RKPD yang memuat kegiatan, target kinerja, pagu indikatif, lokasi dan kelompok sasaran yang mengalami perubahan dan tidak mengalami perubahan I-33

\bi dirumuskan dalam Format Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Dalam Perubahan RKPD Tahun 207 dengan format sebagaimana terlampir pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 206 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 207. b. Perumusan Rancangan Akhir Perubahan RKPD Kepala Bappeda melakukan verifikasi terhadap Rancangan Perubahan Renja SKPD sebagaimana diajukan Kepala SKPD di lingkungan Kota Bekasi; Verifikasi sebagaimana dimaksud pada angka butir pertama dilakukan untuk menilai dan memastikan bahwa rancangan Perubahan Renja SKPD telah disusun sesuai dengan Surat Edaran perihal Pedoman Penyusunan Rancangan Perubahan Renja SKPD; Berdasarkan rancangan perubahan Renja SKPD yang telah diverifikasi, Bappeda menyempurnakan rancangan Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 menjadi rancangan akhir Perubahan RKPD Kota Bekasi tahun 207; dan Bappeda menyiapkan rancangan Peraturan Walikota tentang Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207. c. Penetapan Perubahan RKPD Bappeda mengajukan rancangan Peraturan Walikota tentang Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 kepada Walikota Bekasi untuk memperoleh persetujuan dan penetapan; Peraturan Walikota tentang Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 ditetapkan paling lambat minggu keempat bulan Juli Tahun 207; Walikota menyampaikan Peraturan Walikota Bekasi tentang Perubahan RKPD Kota Bekasi Tahun 207 kepada Gubernur Provinsi Jawa Barat c/q Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan. I-34